BARUSAN, iseng saya
melihat-lihat mobil yang berjajar di car park basement tempat kerja saya. Biasa, kalau
hari Sabtu begini, mobil yang tidak keluar lumayan banyak, sehiggga
benda itu berderet-deret di parkiran lebih banyak dari hari kerja.
Ini tentu bisa dimengerti, karena para penghuni (yang sebagian besar
adalah para bos perusahaan) sedang tidak ngantor. Mereka sedang
dirumah saja. Paling tidak untuk pagi ini. Karena agak siang nanti,
biasanya saya akan lihat para driver memanggul tas besar panjang
berisi beberapa stick golf, siap mengantar sang majikan olah raga
layaknya Tiger Wood.
Sudahlah, itu soal lain.
Dalam melihat-lihat mobil para bos itu,
saya dapati mereka memajang nopol cantik di kendaraanya. Tidak semua
memang. Tetapi ada beberapa. Yang saya catat adalah, L 1881 HF, S 1 D,
atau W 777 JI. (Sengaja saya tidak sebut jenis dan warna mobilnya
karena alasan tertentu.) Yang lebih menarik perhatian saya, ini; dua
buah mobil (mewah tentu saja) yang saya ingat betul sudah
bertahun-tahun tak tersentuh tangan, untuk dicuci atau sekadar
dipanasi mesinnya. Kondisinya sedemikian kotornya, dengan roda-roda yang kempis kehabisan angin. Bacalah, pasti sampeyan bisa menebak siapa
yang mempunyainya; AG 8 GG dan AG 90 GG.
Dijalanan, sering juga saya dapati
nopol cantik menempel pada kendaaran yang berseliweran. (Dengan
menyebut kata 'cantik', tentu saya menjadi tahu jenis kelamin
nopol-nopol itu). Tempo hari, saya disalip mobil warna kuning dari
jenis Mazda Sport (kalau tidak salah ingat sih), nopolnya L 1 AR.
Jelas, kalau dibaca menjadi Liar. Ini tentu, paling tidak,
menggambarkan jiwa pengendaranya yang tidak suka dikekang dan
dibatasi. Bebas. Merdeka. Tetapi semoga masih selalu mau mengikuti
peraturan lalu lintas.
Kali lain, saya dapati yang agak lain.
Entah itu nopol pesanan atau memang adalah nomor 'alamiah'; L 461 BU.
Ini saya maknai sebagai bahasa iklan sebagaimana sering saya baca pada iklan-iklan baris sebuah harian. Karena ia bisa dibaca menjadi
LAGI BU (Butuh Uang).
Untuk nopol kendaraan operasional PT HM
Sampoerna (baik mobil sedan sampai truk-truk besar pengangkut
rokok), kalau jeli kita akan selalu menemukan angka 9 (sembilan)
sebagai hasil penjumlahan dari tiga atau empat angka dalam nopol itu.
Misalnya, L 8019 XX, atau L 7263 YY, L 4221 YX, atau yang langsung
bisa dipahami adalah sebuah mobil sedan warna hitam dengan nopol L
234 YX!
Begitulah, ada yang menganggap jumlah
sembilan sebagai bilangan keberuntungan, ada juga yang memercayai 8
sebagai angka yang mencerminkan kejayaannya. Saya tidak terlalu
memercayai prinsip-prinsip itu, tetapi karena nopol kendaraan saya
adalah L 6299 DY, saya lebih cenderung ke yang jumlah 8 karena total
dari nopol saya menunjuk ke bilangan itu.
Sekarang, berapa nopol kendaraan
sampeyan?
S 1 D = #1901. W 777 JI = #2706. GG = super big boss :p
BalasHapusnopolku juga cakep, blkangnya TT, means tantri tantiiik.. *maksa mode= on
dengan adanya situs dipendajatim, situs samsat paling keren kalau saya bilang, tidak perlu dirahasikan lagi. saya sudah tahu kok kalau yang Anda sebut di atas itu Harier dan CRV, hehe...
BalasHapusBung Edi: yang mungkin Anda belum pergoki adalah sedan dengan pajak termahal yang saya tahu selam ini, L-1-JP. Siapa yang tak tahu "JP"? hahaha...
BalasHapusKalau milik saya "649" nomornya, "nampak sembilan" bacanya. :-)
Iya, tadinya saya juga akan menulis tentang mobil pak Dahlan Iskan itu. Tapi lupa.
Hapus'649'? Ah, nampak Dji Sam Soe kalau begitu. Hehehe....
(Kalau yang AG 8 GG dan AG 90 GG, menurut penelusuran sampeyan, itu Volvo type berapa dan keluaran tahun berapa? Gossipnya sih, itu kendaraan 'bekas pakai' para pemimpin negara saat ada KTT di Indonesia beberapa tahun lalu.)
nopol motor saya ( D 0 RIS )
BalasHapusWah, kalau pakai rumus itu, apa dong nopol cantik yang sesuai dengan nama saya?
Hapus