Kamis, 25 Desember 2014

Toleransi Hati

SETIAP Idul Fitri saya banyak sekali menerima ucapan Selamat Hari Raya dari teman. Dan di era gadget sekarang ini, mengirim ucapan selamat macam itu sama sekali tak ribet dan relatif tak mahal. Asal mau saja. Padahal dulu, saat jaman kartu ucapan, duh betapa makan waktu dan biaya; memilih jenis dan warna kartu yang pas, misalnya warna apa untuk siapa. Belum lagi menuliskan kata-kata di lembaran itu. Menempeli prangko kemudian membawanya ke kotak pos. (Belum lagi kalau kita merasa tulisan tangan kita jelek dan untuk itu kita memakai jasa orang lain untuk menuliskannya. Dengan imbalan, tentu saja.) Kartu ucapan itu memakan sekian waktu untuk sampai ke orang yang dituju.

Sekarang, detik ini dikirim, detik ini pula sampai. Nyaris sama sekali tak ada jeda.

Kembali ke ucapan Selamat Idul Fitri yang saya terima; ia datang tak sekadar dari teman sesama muslim, tetapi tak sedikit pula dari yang non-muslim. Kartu ucapan lewat SMS itu memang sekadar ucapan, tetapi secara makna tentu ia lebih dari itu. Ungkapan 'minal aidin wal faizin' sampai yang hanya 'skor kita sekarang 0-0, ya?' adalah bentuk pendek dan sederhana dari ungkapan hati yang sesungguhnya. Dan urusan hati, Anda tahu, hanya si punya hati itu dan Tuhan saja yang tahu. Tapi penjelasannya tentu bisa panjang. Misalnya, orang yang hatinya sungguh baik, tidak akan mungkin melakukan hal yang tidak baik.

Pendek kata, walau tak selalu, perkara toleransi (beragama) lebih kepada urusan hati, bukan sekadar casing semata. Setiap akhir Desember, ramai bertebaran 'fatwa' haram bagi muslim mengucapkan selamat Natal kepada teman-teman Nasrani. Benar, urusan akidah adalah hal yang sangat prinsip. Bahwa kemudian ada pihak/tokoh muslim yang dengan ringan bilang mengucapkan selamat Natal itu tidak apa-apa, inilah yang malah bikin saya --yang dangkal ilmu agamanya ini-- menjadi bertanya dalam hati; ikut pendapat yang mana?

Dalam berhubungan, kita memang tak melulu secara vertikal antara makhluk dan Sang Khalik. Yang secara horizontal, dengan teman dan relasi dari berbagai agama, adalah sebuah hubungan yang niscaya. Dan dalam hubungan sosial itu diperlukan komunikasi yang semestinya; yang saling menghargai, saling mengerti.

Antara saya dan Tuhan tak perlulah ditawar apa yang mesti saya lakukan sebagai makhluk dan Pencipta, tetapi kepada sesama itu, yang selama ini berhubungan sangat baik walau beda agama itu, kadang yang bikin hati ini tidak nyaman. Tidak mengucapkan Selamat Natal tidak enak, mengucapkan Selamat Natal tidak boleh. Hmm...

Tetapi, sekali lagi, urusan toleransi itu perkara hati. Tentang 'larangan' yang harus saya patuhi itu sepertinya semua teman saya yang Kristiani sudah mengerti. Dan mengerti adalah inti dari toleransi. Maka, ketika antar hati sudah saling mengerti, adakah ucapan yang perlu mewakili? *****

Jumat, 19 Desember 2014

Green Building Awareness Award 2014

DATA yang ada menunjukkan, gedung (hotel, apartement, mall dan perkantoran) menyumbang emisi CO2 sebesar 27 persen. Dan angka ini diprediksi akan mencapai 40 persen pada tahun 2030 mendatang. Untuk menghambat lajunya, diperlukan kepedulian banyak pihak untuk makin bergaya hidup hijau.

Menghargai upaya para pengelola gedung di Surabaya, Pemerintah Kota menggelar acara Green Building Awareness Award yang puncaknya diselenggarakan di Gedung Pabbeko lantai 3 kemarin siang (Kamis, 18 Desember 2014). Berikut catatan saya yang hadir di acara tersebut.


Banyak sudah penghargaan yang diterima kota Surabaya dalam bidang lingkungan. Baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional. Tetapi, “Untuk menjadikan Surabaya sebagai Green City, Pemkot tentu tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan kepedulian banyak pihak dalam mewujudkannya,” urai Sekota Surabaya, Ir Hendro Gunawan MA, dalam sambutannya di hadapan perwakilan pengelola gedung di Surabaya. Turut hadir dalam acara itu, selain para penerima penghargaan, juga pula para tokoh yang sangat concern terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan. Diantaranya adalah pakar tata kota dari ITS Prof. Johan Silas, serta arsitek yang dalam setiap rancangannya selalu berkonsep green building, Ir Jimy Prijatman M-Arch.

Dalam ajang Green Building Awareness Award 2014, pertama-tama ada 138 gedung di kota Pahlawan ini yang dinilai. Dari jumlah tersebut, lalu dikerucutkan lagi menjadi 59, dan diperas lagi hanya tersisa 27. Nah, dari 27 itu disisakan 12 yang berhak mendapat penghargaan.

Ada enam kriteria utama yang harus dipenuhi agar suatu bangunan bisa dikatakan Green Building. Yakni; tepat guna lahan, efisiensi konservasi energi, konservasi air, sumber dan siklus material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan yang terakhir, managemen lingkungan dalam bangunan.

Dibacakan oleh I Gusti N Antariyama PhD, berikut adalah penerima penghargaan Green Building Awareness Award 2014:


Kategori Pelopor

Hotel:
  • Grand Darmo
  • Majapahit
  • Novotel
  • Santika Jemursari
  • Singgasana
Apartement:
  • Metropolis
  • Puncak Permai
Perkantoran:
  • Graha Bukopin
  • Graha Pena
  • Graha Pangeran
  • Graha Wismilak
(Untuk kategori Mall tidak ada.)

Untuk penghargaan kategori Utama:

Hotel:
  • Sheraton
  • Sedari awal, gedung hasil rancangan Ir Jimy Prijatman M.Arch ini
    memang berkonsep Green Building. (sumber foto: Google)
    Mercure Grand Mirama
  • JW Marriot
Apartement:
  • Water Place Residence
  • Cosmopolis
  • Trillium Office & Residence
Mall:
  • Grand City Mall & Convec
  • Plasa Tunjungan
  • Lenmarc
Perkantoran:
  • Intiland
  • Esa Sampoerna
  • Grha Wonokoyo. *****




Rabu, 17 Desember 2014

Mengejar TVRI, Menangkap tvOne

Penampakan antv dengan STB PF-209
Scan pakai Getmecom HD-9
SUDAH dua hari ini on air-nya, Kang,” begitu kata seorang teman lewat telepon tadi malam, beberapa saat setelah saya menulis status demi mengabarkan MUX Viva grup pada 490MHz/Ch.23 telah kembali mengudara di Surabaya.

Dengan kembali megudaranya tvOne dan antv di kanal digital, menjadikan hanya MUX Emtek Grup (SCTV, Indosiar dan O Channel –538MHz/Ch.29) yang belum kembali on air di kota Pahlawan ini..

Terbilang sudah agak lama saya tidak menyalakan set top box DVB-T2 karena channel yang ada cuma itu-itu saja. Bukannya content bertambah, malah sering berkurang. Pernah suatu kali MetroTV berhari-hari menghilang dari udara, juga MNC grup. Walau yang saya sebut tadi sekarang sudah on lagi, tetapi yang lumayan lama 'tidur' ya MUX Viva dan Emtek.


Semalam saya kembali menyalakan STB karena membaca status seorang teman Facebook di Semarang yang menulis bahwa TVRI telah menambah content; ada TVRI Budaya dan TVRI Sport. Ini hal yang langsung saya hubungkan dengan yang hari-hari ini saya baca di grup satelit pada jejaring sosial media. Bahwa, sekalipun sinyalnya masih pelit, pada siaran satelit TVRI telah menambah content demi melengkapi siaran TVRI Nasional yang ada selama ini. Ya, yang saya maksud tentu yang ada di satelit Palapa, bukan beberapa siaran TVRI Daerah yang ada di satelit Telkom-1.


tvOne hasil scan STB PF-209
Kalaulah saya sejauh ini belum bisa lock transponder 3767 H 4000 (ada pula yang bilang 3768 H 4000) yang dihuni TVRI Sport dan TVRI Budaya, bukan disebabkan masih pelitnya sinyal di frekuensi itu, tetapi lebih disebabkan kurang pinternya saya dalam hal tracking. Atau, ini kecurigaan saya, posisi dish dan atau LNB saya belum pas betul ke arah Palapa-D.
tvOne scan pakai Getmecom HD-9


TVRI Nasional cling tidak pakai cekot-cekot.
Masih gagal lock pakai DVB-S, saya banting setir menyalakan DVB-T2 dan (tidak seperti yang dibilang teman dari Semarang) di kawasan Surabaya TVRI masih belum ada perubahan. Masih –sekalipun siaran empat saluran-- isinya ya tetap sami mawon alias mak plek sama. Mungkin yang dialami teman-teman di Semarang itu masih dalam taraf uji coba. Tapi bersyukurlah, paling tidak, telah ada tambahan content baru. Harapannya, tentu saja, progress siaran televisi digital terrrestrial dengan Monkominfo yang baru sekarang ini makin jelas, dan tidak sekadar jalan di tempat.
Sinyal TVRI baru di Palapa-D milik saya masih 0%.
Untuk siaran satelit, saya scan pakai
reciever Matrix Apple III PVR.


Saya belum tahu apakah di kawasan lain.semua MUX yang telah ditetapkan sudah bersiaran secara full power sekaligus full time. Informasi seorang teman, untuk MUX Emtek (SCTV dkk) di Surabaya ini, pengerjaan infrastrukturnya dibarengkan dengan persiapan beroperasinya pay tv sistem antena biasa bernama NexMedia.*****


Minggu, 14 Desember 2014

Parikan di Jalan

SAYA kurang paham betul kesenian Ludruk itu berasal dari Jombang atau Surabaya. Yang saya tahu, dalam ludruk ada segmen yang selalu ditunggu. Biasanya dimunculkan setelah tari remo dan paduan suara para 'wandu' yang berdiri berjajar setelah penari remo turun panggung.

Ya, Anda betul. Segmen itu adalah munculnya dagelan. Dalam ludruk, dagelan itu muncul sebagai penyegar. diawali dengan monolog yang ditingkahi jula-juli yang kadang bercampur pula dengan parikan, pantun khas ludruk.

Pada segmen dagelan ini, selain sebagai lucu-lucuan, jula-juli dan atau parikan yang disampaikan, tidak jarang mengusung pula pesan-pesan. Mulai pesan tentang keseharian sampai ke hal-hal yang sifatnya kerohanian. Saya jadi ingat cerita Cak Nun tentang Syiir Tanpo Waton Gus Dur yang selalu berkumandang dari surau-surau atau masjid menjelang waktu adzan itu. Entah ini serius atau hanya 'dagelan ala Jombang', dalam acara Kongkow Budaya yang ditayangkan AswajaTV itu, Cak Nun bilang, orang salah kalau menganggap lagu Syiir Tanpo Waton itu asli ciptaan Gus Dur. Yang benar adalah, karena sejak kecil Gus Dur suka nonton ludruk, belakangan, paduan suara 'wandu' yang biasanya bernyanyi selamat datang, para penonton, dst, dst' mengilhami Gus Dur untuk menggubahnya menjadi, akeh kang apal, qur'an hadits-e.... dst, dst.

Kalau ludruk identik dengan Suroboyo (sekalipun orang akan agak sulit menemukan tempat menonton ludruk di Surabaya ini selain di THR. Lebih-lebih bila dibandingkan dengan sangat mudahnya orang menemukan para penari Kecak atau Janger di Bali), mau tidak mau, jula-juli dan parikan turut pula menjadi ciri khas kota Pahlawan ini. Tak terkecuali yang dilakukan pihak berwenang dalam kampanye keselamatan berlalulintas. Harapannya jelas; pesan yang dibungkus dengan bahasa 'ludruk' plus ditambah kartun berwajah Suro dan Boyo, akan bisa dilirik dan dibaca para pengendara untuk kemudian diterapkan dalam berlalulintas.*****

wandu: adalah laki-laki yang berdandan sebagai perempuan. Dalam ludruk, semua pemainnya adalah laki-laki, sehingga semua tokoh perempuan dalam lakon ludruk selalu yang memerankannya adalah laki-laki yang bergaya kemayu laksana perempuan betulan. Karena begitu menjiwai sebuah peran atau sebab lain, sering sekali lelaki pemeran perempuan itu dalam kehidupan nyatab di luar panggung tetap saja bergaya kemayu dan memainkan mata secara genit ketika melihat laki-laki tampan. Itu dulu, entah kalau sekarang.