Jumat, 23 Desember 2011

Daun yang Menipu


...di alam nyata
apa terjadi
buah semangka
berdaun sirih...”

PERCAYALAH, itu hanya ada dalam syair lagu. Tepatnya lagi, lagunya Broery Pesolima

Dialam nyata yang sesungguhnya, sering saya dapati daun penipu. Lihat dan perhatikan lebih jeli; dilapak-lapak pedagang buah dipinggir jalan, untuk memberi kesan buah nan segar, seringkali para pedagang buah menyelipkan dedaunan disela ikatan buah rambutan yang dipajang. Yakinlah, itu bukan daun rambutan sesungguhnya. Karena, mana ada orang membawa rambutan dari kampung sekalian sak daun-daunnya.

Ya, melihat bentuknya, saya curigai itu adalah daun pohon sono yang memang banyak ditanam Dinas Kebersihan dan Pertamanan di pinggir-pinggir jalan, berdekatan dengan lokasi para pedagang buah mangkal.

Masih tentang daun yang kadang menipu.
Begini; dikampung saya, ketika ada tetangga yang hendak menggelar selamatan, salah satu indikasinya adalah pagi ia akan mengambil daun-daun pisang. Daun yang masih menyatu dengan pelepahnya itu, kemudian disandarkan didinding rumah dihadapkan ke sinar matahari. Tujuannya agar daun itu layu. Sehingga ketika digunakan untuk membungkus 'berkat', daun itu tidak gampang sobek.

Melihat itu, biasanya para ibu tetangga kanan kiri sudah ambil langkah antisipasi. Kalau tidak membatalkan menanak nasi untuk dikonsumsi disore hari, paling tidak akan mengurasi porsinya. Alasannya jelas, bila ada tetangga selamatan, sebungkus 'nasi berkat'-nya bisa untuk mengenyangkan perut seisi rumah berpenghuni empat sampai lima jiwa.

Itu kalau beruntung. Kalau tidak (misalnya ternyata si tetangga mengambil daun pisang untuk dijual kepasar besok pagi), bagi yang sudah kadung tidak memasak, bukan tidak mungkin si ibu bakalan diprotes orang serumah.

Satu lagi.
Sampeyan tahu lemper? Iya, jajanan tradisional berbahan ketan yang dibentuk sedemikian rupa, dengan dibubuhi irisan daging atau abon dibagian tengahnya. Si lemper ini mempunyai ciri yang khas. Bungkusnya, yang dari daun pisang, selalu rangkap dua. Bagian dalam, adalah daun pisang agak tua, yang warnanya menjadi lebih tua karena ikutan ditanak dalam proses pembuatannya. Bungkus luar, tetap memakai daun pisang, tetapi dipilih yang daun muda. Sehingga warnanya cenderung lebih cerah; hijau kekuningan. Itu dulu. Sekarang, sekalipun bagian dalam tetap sama, bungkus luar adalah imitasi belaka; bukan daun pisang tulen. Sekalipun warnanya dibuat sepersis mungkin, ia adalah plastik semata.

Bagaimana, masih tertarik dengan daun muda?*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar