Tampilkan postingan dengan label Set Top Box. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Set Top Box. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Mei 2014

Kepekaan Set Top Box

Si C dan si D milik saya.
Tetapi tentu saja penilaian seperti yang
saya tulis di artikel di samping ini adalah
subyektif semata.
Jadi, pilihan tentu terserah Anda.
WALAU jumlah salurannya masih sedikit dibanding analog, tampilan siaran TVDigital tentu menang bening, bebas semut. Langkah jumlah televisi yang bersiaran di kanal digital memang masih tertatih, padahal minat masyarakat untuk bisa menyaksikan kanal digital termasuk lumayan. Ini bisa diketahui dari grup-grup di Facebook atau blog-blog yang mengangkat tema televisi digital sebagai kontennya. Belum lagi lapak-lapak online yang menjual set top box DVB-T2 dengan aneka merek. Lalu, yang manakah reciever yang bagus?

Perkara harga, di pasaran bisa didapati set top box mulai dari 300 ribu kurang sekian sampai dengan 400 ribu lebih sekian.

Saya mempunyai empat set top box mulai harga terendah sampai yang lumayan tinggi. Agar tidak menyebut merek, saya namai set top box saya itu mulai dari A, B, C dan D. Untuk yang A, karena barang itu baru berkelas DVB-T, tentu sekarang ia menjadi pengangguran karena siaran televisi digital yang ada sekarang ini semua telah memakai teknologi DVB-T2. Untuk yang B, sekalipun sudah berkelas DVB-T2, tepat setahun saya gunakan, tuner-nya sudah mati plethes. Ia, karenanya, lalu saya jadikan satu dengan si A agar istirahat dengan tenang di atas lemari. (Sekalipun begitu, sebenarnya si A dan si B sesekali masih saya pakai untuk memutar film via USB/flashdisk yang saya rekam memakai set top box).

Artikel terkait: tracking tv satelit itu relatif tak sulit.

Nah, yang masih aktif saya pakai sekarang ini adalah si C dan D.
Si C adalah merek yang populer di pasaran. Dibanding keluaran terbaru yang sudah EWS dengan bentuk bodi yang makin mini, punya saya itu masih keluaran pertama yang belum multi view. Bagaimana dengan kekuatan tuner-nya?

Begini ceritanya. Dengan memakai si C itu, siaran yang bisa diterima di Surabaya ini adalah MUX 506MHz/Ch.25 (MetroTV dkk), lalu 522MHz/Ch.27 (TransTV, Trans|7 dan KompasTV), 586MHz/Ch.35 (TVRI_NAS_ TVRI_SURABAYA, TVRI_3 DAN TVRI HD). Itu saja yang bisa dinikmati dengan sempurna. Sementara MUX 490MHz/Ch.23 (tvOne dan antv) sudah dua minggu ini menghilang dari udara. Sedangkan untuk MUX 538MHz/Ch.29 (SCTV NETWORK, INDOSIAR NETWORK, O CHANNEL NETWORK, Live Feed $ dan Elshinta Radio $, sekaipun ada sinyal, tetapi gambar di layar seperi kaset CD rusak). Lain lagi dengan MUX 634MHz/Ch.41 (RCTI, MNCTV, GlobalTV) sekalipun sinyal ke-detect, tetapi tidak bisa di-lock.

Tadinya saya duga MUX SCTV dkk dan MUX RCTI dkk itu secara power belum memakai secara penuh, sehingga belum bisa ditangkap dengan sempurna. Tetapi, “Tidak, Mas. Di daerah saya sinyalnya bagus itu. Saya pakai set top box merek D,” komentar teman saya lewat ponsel.

Dan benarlah adanya yang dibilang seorang teman itu. Setelah saya mencoba memakai set top box merek D, dengan antena yang sama + pesawat televisi yang juga sama, kedua sinyal dari MUX yang oleh set top box merek C tidak bisa diterima dengan sempurnya, bisa ditampilkan dengan bagus sekali. Padahal, secara harga, si D ini selisihnya lebih murah 25 ribu dibanding si merek C.


Yang ingin saya katakan adalah, kepekaan tak selalu berbanding lurus dengan kemahalan harga sebuah set top box. Bagaimana menurut pengalaman Anda? *****