Minggu, 11 November 2012

Menjajal Sinyal Siaran TV Digital


SAYA tidak hapal betul berapa sinyal televisi yang bisa ditangkap pesawat televisi saya. Atau begini saja, kalau sampeyan juga bukan pelanggan televisi berbayar seperti saya, dan hanya mengandalkan antena PF pada umumnya, mari bersama kita hitung berapa stasiun televisi yang ada di kota kita, Surabaya.

Baik, mari kita mulai menghitung; TVRI Nasional (stasiun televisi yang setia bermain di kanal VHF), TVRI-Surabaya (sudah UHF), RCTI, SCTV, ANTV, MNCTV (dulu TPI), GlobalTV, Indosiar, TransTV, Trans|7 (dulu TV7), MetroTV, TVOne (dulu Latifi), SindoTV/ MHTV, KompasTV/bctv, JTV, SBO, BBS, SurabayaTV, ArekTV, MNTV/B-Channel, TV9, Space Toon. Dan harus diakui, dari begitu banyak stasiun televisi yang ada (lokal maupun nasional), yang saban hari kita tonton paling-paling ya stasiun yang itu-itu saja.

Kualitas gambar siaran TV digital begitu cling, bebas 'kepyur'.
(Gambar saya ambil dari tvkuindo.wordpress.com)
Siaran televisi gratisan itu, tentu tak terlalu banyak bila dibanding dengan yang disediakan jaringan televisi berbayar yang gencar sekali menggaet pelanggan baru. Tetapi, konon masih sedikit sekali prosentase orang Indonesia yang berlangganan televisi dibanding negara-negara lain. Ini yang lalu menjadikan beberapa penyedia layanan terus menggenjot jumlah customer. Yang terbaru adalah, kelompok usaha Bakrie tertarik ikut bermain di ladang yang masih dianggap basah ini. Lewat bendera VivaSky, ia akan menantang dominasi Indovision sebagai pemimpin pasar. Dan sepertinya, sebagai pemain baru, VivaSky akan menggunakan momen Piala Dunia 2014 Brasil sebagai salah satu menu andalan jualannya. Karena, sebagaimana kita tahu, Viva (yang membawahi TVOne dan ANTV) adalah juga pemegang hak siar gelaran sepak bola terakbar sejagad itu di Indonesia.

Itu soal lain.
Hal lain yang  juga kita tahu adalah, rencana pemerintah untuk men-switch-off semua pemancar televisi analog pada tahun 2018. Dan sebagaimana juga telah ditetapkan, Indonesia akan menggunakan sistem digital berjaringan. Artinya, siaran televisi itu masih dipancarkan melalui tower-tower sampai menjangkau antena penerima di area tertentu. Beberapa pihak mengatakan ini lebih mahal ketimbang, misalnya, sinyal digital itu langsung dipancarkan dari satelit. Hitungannya, dengan memanfaatkan satu satelit saja, siaran sudah bisa menjangkau semua wilayah Indonesia. Dengan begitu, tidak diperlukan lagi tower-tower di banyak kota.
Yang jelas, nantinya, kalau semua siaran telah berteknologi digital, bagi pemilik televisi analog seperti saya dan belum mampu membeli pesawat televisi keluaran terbaru yang berteknologi digital, harus membeli satu perangkat tambahan sebagai penerima sinyal, kemudian dimasukkan ke pesawat televisi melalui kabel AV. Dengan begitu, kualitas gambar menjadi lebih cling, menjadi lebih bening.

Artikel terkait: Selamat tinggal siaran televisi digital terrestrial.

Yang pening adalah, para pengusaha televisi lokal yang telah menanamkan modal begitu besar sejak pemerintah mengizinkan tumbuh suburnya stasiun televisi bahkan di kota-kota kecil ini. Sebabnya, dengan regulasi itu, ketika semua stasiun harus bersiaran digital, para pengelola televisi lokal itu keberatan membeli perangkat digital yang terbilang mahal. Jangankan membeli peralatan baru, untuk biaya operasioanl saja, sejak berdiri sampai sekarang modal belum impas.

“Sebagian besar stasiun televisi lokal masih pakai teknologi analog. Terus bagaimana alat-alat itu? Apa mau dijadikan besi tua?” tanya Agung Dharmajaya, perwakilan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) dalam seminar Siaran Televisi Digital antara Keinginan dan Kenyataan yang digelar di Aula Gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair (3/11/12) sebagaimana diwartakan Radar Surabaya.

Dengan alat DVB-T ini kita bisa
menerima sinyal digital untuk
pesawat tv kita yang masih analog.
(Sumber gambar: tvkuindo.wordpress.com)
Tahun 2018 masih lima tahun lagi. Masih ada waktu untuk menabung dan membeli pesawat televisi baru, atau minimal membeli seperangkat set top box yang harganya masih ratusan ribu itu. Beruntung, kemarin saya mendapat kiriman Digital Video Broadcasting- Terrestrial (DVB-T) dari seorang blogger kenalan saya di dunia maya.

Lewat alat itu, saya sempat menjajal sinyal siaran televisi digital di Surabaya. Karena, dengar-dengar, selain TVRI, Metro TV telah bersiaran digital juga di Surabaya. Tentu saja televisi lain segera menyusul, sebagaimana telah beberapa stasiun televisi besar lakukan di Jakarta dan Bandung.

Pemasangan alat DVB-T itu gampang sekali. Alat tipis mungil dengan berat kurang dari sekilo itu hanya membutuhkan daya listrik sebesar 10 Watt. Cara install-nya; kabel antena saya yang masih UHF itu saya cabut dari pantat televisi dan saya colokin ke pantat DVB-T. Terus, ‘hubungan badan’ antara pesawat televisi dan set top box itu saya tautkan memakai kabel AV.

Lalu saya putar pesawat televisi saya pada posisi AV. DVB-T saya ‘on’ kan, kemudian saya setting pencarian otomatis (karena kalau setting manual saya kurang paham, beda banget dengan cara setting manual pada pesawat televisi analog), dan; jreng, jreng! Ada enam siaran tertangkap sinyalnya.  Dan semuanya milik TVRI! Entah kemana MetroTV yang kabarnya telah bersiaran digital di Surabaya.
Kanal TVRI-4, salurun khusus olahraga.
Dari enam sinyal yang ketangkap itu, hanya tiga yang bergambar. Satu; TVRI Nasional,  dua; TVRI-Surabaya. Sementara, tiga; TVRI-3 hanya muncul gambar ‘pelangi’ sebagaimana siaran uji coba sebuah stasiun televisi. TVRI-1, TVRI-2, dan TVRI-4 hanya muncul nama saja.

Mutu gambar digital terlihat lebih jelas. Tidak ada lagi ‘kepyur’ sedikitpun. Karena dalam teknologi siaran digital, hanya ada dua kemungkinan; gambar tertangkap jelas karena sinyal kuat, atau gambar tidak akan nampak sama sekali kalau sinyal kurang kuat. Tidak seperti sistem analog, yang kalau sinyal kurang sempurna, gambar tertangkap berbonus semut berbaris alias remeng-remeng. (ini saya ingat ketika di kampung dulu, dan di kota saya tower pemancar belum ada. Walau orang telah memasang antena sedemikian tinggi, karena jarak kota saya dan Surabaya --tempat menara pemancar-ulang stasiun televisi swasta kala itu berada-- sedemikian jauhnya, maka gambar yang muncul di layar kaca sangatlah kabur. Sekalipun begitu, penonton tidak kabur. Ini dikarenakan, ingin menikmati menu lain setelah sekian puluh tahun hanya menikmati menu olahan TVRI). *****

NB: Anda juga bisa membaca tulisan saya yang khusus bicara tentang dunia televisi di alamat www.sisitelevisi.wordpress.com


30 komentar:

  1. kalo metro tv udah pake DVB-T2, jadi kudu beli set top box lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, saya sudah dengar itu. Terima kasih infonya.
      Semoga ada teman blogger yang berbaik hati (lagi) mengirimi saya DVB yang sudah T-2. :)

      Hapus
  2. Mohon info dimana saya bisa beli dvb-t2 ? Dan harganya ? Kabar bagi gratis kurang jelas dan bertahun tahun siaran tv banyak semut dan bayangan aja. Mohon info dvb-t2 . Trima kasih . Yoyokcoaster@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima sudah mampir ke kedai saya yang sangat sederhana ini.

      Tentang DVB-T2, saya punya nomor kontak penjualnya di Jakarta. Tapi, menurut saya, harga yang dipatok lumayan mahal; Rp 600 ribu per unit. Plus ongkir ke alamat saya di Surabaya, total jendral menjadi Rp 620 ribu! Bagaimana, tertarik?

      Hapus
    2. Kang Edi, mohon info donk , atau nitip bisa ndak ? Matur nuwun ...

      Hapus
  3. Merk dan fiturnya dan gambarnya ? Apakah pasti compatible dg system dvb-t2 indonesia? Sebenarnya menunggu bntr lg pasti murah,tp da bertahun2 tv rasa semut dan bayang2 , klo ada stb dvb-t2 bisa membuat gambas tv dilcd tambah jernih jelas bikin pengen punya. Lokasi gresik-sby.email : yoyokcoaster@gmail.com . Trima kasih atas infonya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Balasan telah saya sampaikan melalui email.
      Terima kasih.

      Hapus
  4. Mas Edi,tolong dong kasih Alamat dan Nomor Tlp penjualnya.
    Email : hutomo.ardi@yahoo.com.sg
    Terima Kasih sebelumnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Balasan akan sampaikan melalui email.
      Terima kasih.

      Hapus
  5. Pagi ini saya coba order, ternyata barang habis. Nunggu aja dah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau begitu, Mas Indonesia boy bisa bantu saya untuk menjelaskannya kepada Mas Anonim di atas. Bagaimana?

      Hapus
    2. Pagi ini saya dapat stb dvb-t2 tanpa merk, lokasi saya cuma dapat metro tv, trans tv, trans 7, semua kualitas jelekt,malah analog jauh lebih bagus . Termasuk analog tvri saya lbh bagus ketimbang tvri dvb-t. Kenapa ya ? Nasib tinggal dikabupaten !

      Hapus
    3. Lho, padahal Gresik kan dekat sekali dengan Surabaya ya?!

      Masalahnya, apakah kerena DVB-T2 itu yang tanpa merek atau memang kualitas sinyal TV digital (MetroTV, TransTV, Trans|7 dan TVRI) yang jelek.

      Kalau begitu, bagi yang terlalu penasaran dengan sinyal TV digital Terrestrial, janganlah keburu beli DVB-T2. Bisa menyesal kan, kalau sudah kadung beli STB yang saat ini masih mahal, eh kualitas gambar malah masih kalah dibanding dengan yang sinyal analog.

      Hapus
  6. Salam kenal,
    Saya sdh bisa menagkap TVRI Digital pada saluran 35 (586 Mhz) langsung dari antena PF ke tv digital saya. Pada kanal tsb sy dpt 3 saluran TVRI (bukan 4).
    Tapi koq saya gak bisa menangkap stasiun tv digital yg lain ya spt Metro, Trans, Tvone dlsb yg katanya sdh digital ready di sbya.
    Mhn info saluran dan frekwensi bagi teman yang sdh menemukan.
    salam,
    Wawang di wawangedi@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas Wawang sudah mampir ke kedai sederhana saya ini.

      Tentang TV digital yang hanya bisa menangkap TVRI saja, silakan teman blgger lain yang paham akan hal ini menjawab. Sekalian saya nambah pertanyaan, mungkinkah pesawat TV digital yang saat ini ada di pasaran masih berteknologi DVB-T1 sehingga hanya bisa menerima siaran digital TVRI saja? Karena, kabarnya, untuk stasiun TV swasta telah menggunakan DVB-T2.

      Hapus
  7. mungkin untuk TV yang lain beda channel mas, setahuku tv swasta memakai DVB-T2. Kabarnya selain TVRI dan Metrotv, TransTV, Trans7, juga TVone dan ANTV sdh ujicoba siaran, dan kemudian akan menyusul EMTEK grup (SCTV, Indosiar, O Chanel, Nexmedia). Coba buka blognya mas hadiyanta: hadiyanta.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. TERIMA kasih, Mas Arief Broto. Iya mungkin. Cuma saya belum punya yang DVB-T2. Oke, saya akan segera berkunjung ke blog-nya Mas Hadiyanta.

      Hapus
  8. jember..kok kena cuma metro tv ya..trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin yang lain sedang dalam taraf install peralatan pemancar. Ditunggu saja. Di Surabaya ini, dari semua pemenang tender kanal digital, hanya SCTV yang belum bersiaran di sistem digital terrestrial.

      Ohya, Anda tinggal di Jember mana? Kapan hari lalu, ketika saya pulkam ke Mloko (Puger), saya cari pakai DVB-T2 malah gak ketemu signal digital blas. Mungkin jauh ya rumah saya dari pemancar.

      Terima kasih Anda sudah mampir ke Kedai saya yang sangat sederhana ini.

      Hapus
  9. saya dijenggawah pak. sampai2 antena saya tinggikan pakai 2 tiang..hemm..lagi2 metro tv digital yg muncul. mungkin dijember kota sudah dapat, tolong diinfokan. trims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih infonya.

      Kapan hari saya pas pulang ke Mlokorejo (Puger), saya cari pakai DVB-T2 gak nemu apa-apa. Mungkin pemancarnya lebih dekat dengan Jenggawah ketimbang rumah saya ya. Oke, sekali lagi terima kasih atas informasinya, sekalian terima kasih Anda sudah berkunjung ke Kedai saya yang sederhana ini.

      Salam dari Surabaya.

      Hapus
  10. matur nuwun kang edi..sudah balas juga komen saya. saya tunggu info terbaru dari kang edi. saya pakai dvb-t2 getmecom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sama-sama. Saya juga (sekali lagi) berterima kasih kepada Sampeyan yang sudah berkenan mampir ke Kedai saya. Dan kalau Sampeyan ingin membaca blog saya yang khusus bicara tentang dunia televisi, Sampeyan bisa berkunjung ke www.sisitelevisi.wordpress.com

      Hapus
  11. GIMANA JEMBER PERKEMBANGAN PER MEI 2013 INI. APA SUDAH ON SEMUA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MENURUT seorang kawan yang tinggal di Jenggawah (seperti komentar di atas), MetroTV sudah bisa ditangkap siaran digitalnya. Mungkin yang lain masih setting peralatan dan akan segera menyusul bersiaran di kanal digital.

      Maaf, saya belum sempat pulang ke Jember lagi. Nanti-nanti kalau saya pulang kampung, akan saya coba lagi mencari sinyal siaran TV digital di Jember.

      Terima kasih sudah berkunjung. Salam dari Surabaya.

      Hapus
    2. wah komen tahun 2014, gimana gan utk daerah jember berapa channel yg sudah dpt ditangkap?ke lumajang sinyalnya nyampek ga ya?

      Hapus
    3. Wah, info terbaru saya belum dapat. Insya Allah lebaran nanti saya mudik ke Jember sekalian nyangking set top box untuk mencari tahu tentang hal itu..

      Hapus
  12. Saya sudah pakai dvb t2 ..surabaya barat kok janya TVRI aja yg tertangkap, mohon pencerahan ..saya pasanglan DVB T2 dgn indor antena ..soalnya saya di apartemen ..... Mohon info lanjut WA HP saya 081325613464 thanks Sudar di Sby Darmo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan saya pernah melakukan scan di apartemen juga di Surabaya Barat. Dengan hasil sebagai berikut:
      - ketika saya melakukan scan di sisi barat (dengan lebih banyak tower pemancar di sisi barat) saya kala itu bisa menangkap sinyal digital dari pemancar yang berlokasi di Sambikerep, Lontar atau Balongsari.
      - tetapi saat saya melakukan dari sisi timur, praktis hanya sinyal TVRI saja yang tertangkap karena secara kasat mata lokasi tempat saya melakukan test signal lurus ke arah jalan Mayjen Sungkono tempat tower pemancar TVRI berada, sementara (asumsi saya) sinyal yang terpancar dari sisi barat tak mampu menembus dinding struktur gedung apartemen.

      Demikian. Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  13. Kalau di tanya setting untuk wilayah /sistem harus di isi negara mana ya yg kompatible dgn indonesia, krn pilihannya nga ada indonesia, adanya sibgapore, malay, europa dll?
    Tolong pencerahannya ...
    Thank you.

    BalasHapus