Jumat, 30 November 2012

Nama Lama

PERKARA nama, sekarang makin bagus-bagus saja. Setiap kali mengantar si kecil berobat ke klinik spesialis anak, nama-nama balita yang dipanggil untuk giliran diperiksa dokter selalu saja seperti nama para artis yang sering uncul di layar kaca. Saya kira, asal muasalnya adalah, siapa pemain sinetron kesukaan ibunya, nama itulah yang akan disematkan kepada bayi yang masih dikandungnya. Maka tidaklah heran bila nun (maaf) di desa terpencil sekali pun, kalau di situ orang-orang gemar menonton sinetron, pasti balitanya bernama bak selebrita.

Dalam majalah yang diterbitkan sebuah lembaga sosial yang di situ saya juga menjadi donaturnya, dalam rubrik Tasyakur selalu tertera nama-nama bayi yang baru lahir selalu bagus dan panjang. Kadang perpaduan nama ibu-bapak plus nama artis idola. Maka, sekarang, Salsabila, Azzahra, Aldiano, Olivia dan sejenisnya bukan lagi nama langka. Berbeda dari itu adalah yang ditampilkan dalam kolom Ta'ziyah. Di situ, (sebagian besar telah usia lanjut) nama-nama yang telah berpulang selalu tak panjang. Singkat, padat tapi penuh makna. Maka, bila ia bernama Wagimin, tak sulit bagi kita untuk menebaknya sebagai orang yang lahir pada hari pasaran Wage. Demikian pula untuk Legiman, Ponirah, Kliwon, Paidi, Suro dan semacamnya.

Tentu saja bagi yang tetap ngugemi pakem Jawa begitu, tetapi ingin lebih terdengar modern masih ada cara. Misal, ketika buah hati lahir pada hari Rabu Pahing. Tidak lagi dinamakan Bopai, Paibo atau apa. Dengan sedikit sentuhan, paduan nama itu akan terdengar tidak jadul. Ia akan bernama Rava. Keren, kan? Padahal nama itu kependekan dari Rabu Vahing!

Kemarin (29 November) saya ikutan ta'ziyah atas wafatnya ayah dari seorang teman kerja. Pagi setengah siang yang mendung itu, saya ikut mengantar jenazah sampai ke pemakaman. Di situ, hal yang saya ungkap di atas, lebih menemui kebenarannya. Pada nisan-nisan kuburan tua tertera nama-nama lama. Sementara, nisan pada makam yang ukurannya pendek (makam anak-anak), selalu saja tertera nama-nama bagus. Bagus dan panjang.

“Ternyata di sini, nama-nama yang tertera pada nisan disesuaikan dengan olahraga kesukaan semasa hidupnya,” bisik saya pada seorang teman yang berdiri di dekat saya.

“Masa iya?!” si teman tak kalah berbisiknya.

“Itu buktinya,” saya menunjuk makam tua dengan kondisi yang agak merana. Di situ tertera nama; Mbah Kasti. ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar