Rabu, 18 Januari 2012

Tips Menyiasati Tip


SEJAK hari Senin kemarin (16 Januari 2012) saya dapati ada memo tertempel di lift. Isinya; anjuran kepada semua penghuni untuk tidak memberikan tip berupa apapun kepada kami. Alasannya jelas, agar semua berjalan secara profesional. Agar kami tidak pilih-pilh sasaran ketika ditugaskan. (Ditugaskan kok pilih-pilih? Misalnya, akan disegerakan bila sasarannya adalah tenant yang berkategori 'basah'. --sering memberi tip ketika pekerjaan selesai-- Istilahnya, memberikan layanan plus bagi yang suka ngasih fulus.)

Tentu ini ajakan yang bagus. Tetapi, kemarin (17 Januari), sehari setelah anjuran itu diedarkan, toh saya masih mendapatkan tip berupa sejumlah uang dari tenant yang asal India. Kesimpulan saya, si tenant belum membaca anjuran itu, atau sudah membaca tetapi menganggap tip adalah sebuah tanda terima kasih saja. Tak lebih dari itu.

Tentu saja saya sedang tidak akan memposisikan diri untuk mengutak-atik anjuran yang secara resmi di edarkan dan ditanda tangani pihak management ini. Tetapi, hanya akan mengingat-ingat tentang tip yang pernah saya terima.



Suatu hari, saya berdua dengan seorang teman mengerjakan MSSR dengan tujuan unit #2607. Ketika itu penghninya juga India. Namanya Raj Kapoor. Karena kecantikanya, saya curiga ia masih ada hubungan saudara dengan bintang film Bollywood; Kareena Kapoor. 

Selesai semua pekerjaan yang ia minta, ia dengan sangat sopan memberi kami tip. Ia memberikan sendiri kami satu-satu. Nominal yang kami terima masing-masing; 1.500 rupiah!

Sjamsul Arief, teman saya menahan tawa begitu keluar dari unitnya,” Kak, dia belum tahu nilai rupiah,” katanya.

Senyum saya sebagai pengiya perkataannya.


Lain hari, juga masih bersama Sjamsul Arief, saya nggethu menyelesaikan pekerjaan yang terasa nanggung. Maksudnya, tak ingin kami melanjutkannya setelah istirahat makan siang, maka sekalian saja kami selesaikan saat itu juga.
Jam sudah menunjuk angka dua belas siang. Tetapi kami lakukan pekerjaan dengan riang. Bukan mengharap tip dari tenant yang grapyak semanak mau mengajak kami ngobrol. Tetapi, keramahannya itu membuat kami merasa diorangkan. Tidak memandang kami sebelah mata sekalipun kami adalah pegawai rendahan sementara beliau adalah seorang bos sebuah perusahaan

“Harga seporsi makan diwarung bawah itu berapa, mas?” tanya beliau, seorang bapak, sambil menunjuk kebawah dari balcony  apartement-nya dilantai atas.

“Murah, pak. Lima ribu sudah sak  minumnya,” jujur saya menjawab.

Jam setengah satu siang, selesai sudah pekerjaan kami. Saat saya mengemasi alat-alat kerja, bapak itu mengeluarkan dompet dan menyodorkan sepuluh ribu rupiah untuk kami berdua,” Untuk makan siang, mas,” katanya.

(Pinter juga, mau ngasih tip, tanya dulu harga seporsi makan. Hehehe...)*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar