Senin, 09 April 2012

Memori 'Hembodi'


SERING sekali saya tiba-tiba ingat perisiwa lama. Sekalipun itu bukan peristiwa penting, senang sekali saya mengingatnya sebagai penangkal pening. Jangan tanya, apa penyebab rasa pening saya. Bisa karena kebutuhan yang terus saja bertambah, misalnya tentang si Edwin yang akan segera masuk SMP (dan itu butuh biaya). Sebanyak apa persoalan yang dianggap penting, sebanyak itu pula penyebab rasa pening.
Penangkalnya, yang seperti sudah saya bilang, adalah mengingat-ingat kenangan masa lalu yang bisa membuat senyum tersungging.

 Baiklah, ingatan saya pertama-tama terbang kemasa ketika saya masih SD. Tidak ada yang teramat istimewa, sebenarnya. Kalaulah saya sering sekolah bersandal jepit, atau malah hanya bertelanjang kaki, pada masa itu memang adalah sudah hal lumrah. Selumrah emak saya yang meminyaki rambut saya pakai minyak kelapa sebelum berangkat sekolah. Sehingga, ketika upacara (karena berdiri dihalaman sekolah sampai matahari agak tinggi) jidat saya menjadi mengkilap. Karena keringat? Lengkapnya karena keringat plus minyak kelapa yang meleleh karena rambut tersiram panas matahari.
Siangnya, kemarau ketika itu, giliran betis yang perlu diperhatikan. Bagian tubuh itu, seperti emak bilang, seperti kulit mentimun tua. Mbesisik, kering dan bergaris putih ketika digaruk kuku. Tetapi kami, anak-anak SD itu, punya cara jitu untuk mengkilapkannya.

Ketika jam istirahat tiba, menujulah kami ke kios bensin milik mbak Utari yang bisa dijangkau dengan menyeberang jalan saja. Kami mencari jerigen  wadah solar yang isinya sudah laku terjual. Kami miringkan, kami tadahi tetesan sisa solar itu ketelapak tangan, lalu kami usapkan ke betis kami yang mbesisik itu. Beres.
**o**
MENGINJAK remaja, ketika saya memulai karir sebagai kuli batu, kulit yang memutih setelah bekerja mengaduk semen selalu ada. Utamanya dibagian guratan kulit di jari kaki atau tangan. Ketika kulit dibasahi dengan dicuci pakai sabun ‘keputihan’ itu tidak kelihatan, tetapi kalau sudah kering sungguh terlihat nyata. Untuk menghilangkannya, sudah tidak pakai solar sekarang. Tetapi pakai minyak kelapa, atau kalau mau mejeng lihat tontonan film Jamu Jago dilapangan desa, saya pakai hand and body lotion. Tentu hanya yang merek murahan.

Suatu sore, saya lihat teman seprofesi, (Boimin namanya, tetapi agar keren kami memanggilnya Boy) sudah berdandan. Sudah tidak kelihatan putih-putih di jari kaki atau tangannya.

“Pakai minyak kelapa, ya?” tebak saya.
Ngenyek,” elaknya.
“Wah, tentu pakai hembodi,” tebak saya lagi.
“Juga tidak.”
“Lalu, pakai apa dong?”
Boy menjawab enteng, “Aku pakai Okana.” *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar