Senin, 09 April 2012

Cebok yang Menohok

ZAMAN sekarang banyak sekali hal yang bersifat instan. Tidak melulu terjadi pada mi. Tulisan ini, misalnya. Setelah saya tik beberapa menit, saya edit sekadarnya, dengan sekali klik ia sudah nongol di blog ini. Cepat sekali. Dan kalau lagi bernasib baik, tulisan yang lebih sebagai 'dlemingan' ini bisa dibaca orang, termasuk sampeyan sekarang ini.

Kalau dalam sebuah tayangan infotainment yang saya dengar kemarin (benar-benar saya dengar, bukan saya tonton. Karena saya lagi didapur ketika istri saya nonton tivi dengan suara yang agak kencang), ki Mantep Sudharsono bilang, “Tiada hari tanpa wayang.” saya pun boleh juga berkata, “Tiada hari tanpa tulisan.”

Menulis apa saja. Yang penting menulis. Padahal, “Tukang batu,” jawab saya ketika seorang teman yang berkenalan lewat jejaring sosial bertanya tentang profesi saya. Ia perlu bertanya begitu demi melengkapi keterangan dibawah nama saya untuk sebuah artikel tulisan saya yang akan dimuat edisi hari Minggu di koran tempatnya bekerja.

Saya tertawa. Sementara ia tetap tak percaya. Lebih-lebih ketika saya bilang bahwa istri saya adalah seorang buruh pabrik. “Jangan merendah begitu...” ujarnya.

Merendah bagaimana. Lha memang kenyataannya begitu kok. Walau sebenarnya bisa pula nama profesi saya itu dikerenkan sedikit; building maintenance. Tetapi emak saya tentu sukar sekali mengerti itu. Lain kalau dengan sebagai tukang batu, pasti beliau langsung tahu.

Di tempat kerja ini saya memang mendapat seragam komplit beserta kaosnya. Tetapi saya lebih sering memakai kaos saja. Alasannya, karena dengan berkaos begitu terasa lebih nyaman. Dengan pekerjaan yang selalu berkeringat dan kotor, saya merasa baju membikin saya makin gerah. Bayangkan, melobangi dinding atau ceiling untuk menanam pipa AC tambahan atau menarik kabel antena TV berlangganan, tentulah lebih enak dengan berkaos saja.

Untunglah sekarang serba instan. Termasuk dalam pekerjaan sebagai tukang batu. Untuk menutup kembali lubang di dinding atau ceiling itu, saya tidak memerlukan semen. Itu kuno. Dan, sampeyan tahu, cara kuno selalu lebih makan waktu. Sekarang ada yang namanya UB 888, A Plus dan sejenisnya. Semacam bubuk instan untuk menambal lubang di dinding atau plafon berbahan gypsum. Warnanya putih. Jadi tidak perlu lagi diplamir sebelum dicat. Bahkan, dengan keahlian tertentu, setelah didempul pakai si UB ini, tidak perlu diamplas dulu. Tunggu keset (tidak usah sampai kering), bisa langsung diglundungi rol, dicat. Beres.

Karena bahan ini agak cepat mengeras, mengaduknya pun sedikit-sedikit saja. Tergantung kemampuan tukang dalam mengaplikasikannya. Biasanya saya dan teman-teman mengaduknya pada wadah semacam nampan. Bubuk UB ditaruh sesuai kebutuhan, kemudian dikasih air berwadah botol bekas air kemasan dengan tutup yang telah dilubangi sebesar paku ukuran sedang. Dengan begitu, kita lebih gampang menuang air untuk jenis kekentalan adonan yang diinginkan.

Botol bekas air mineral itu banyak sekali gunanya. Termasuk dengan model sama dipakai sebagai pembasah mata mesin gerenda ketika memotong keramik, marmer atau granit. Sekarang, jarang sekali ada tukang memakai air dari selang kecil untuk keperluan sama. Tukang cat duco pun begitu. Ia sering memasukkan thinner ke botol untuk sebagai persiapan membersihkan lantai yang secara tidak sengaja kena cat minyak.

Suatu hari, saya masuk ke unit yang sedang dalam tahap pengerjaan. Alat-alat dan bahan kerja berserakan dilantai. Saat itu saya sedang kebelet pipis. Masuk ke toilet, saya putar kran, ternyata air ke unit itu belum dinyalakan. Padahal untuk mengambil air dulu ke janitor dibelakang lift, saya sudah tidak tahan. Mata saya kemudian jelalatan mencari botol air untuk mengaduk UB 888. Nah itu dia. Di sudut ruang ada botol dengan isi setengah badan. Maka, saya bawa botol itu ke toilet untuk melampiaskan hajat.

Selesai pipis, lega sekali rasanya. Sekarang tinggal cebok, membasuh 'peralatan' pipis saya. Langsung saja saya arahkan botol dengan lubang ditutupnya. Dan, 'kepala peralatan' pipis saya terasa dingin diguyur cairan itu. Dingin yang aneh. Yang kemudian terasa kranyas-kranyas. Kemudian statusnya naik menjadi panas. Oh?

Saya curigai isi botol ini. Secepatnya saya cium ujungnya. Sial. Dari baunya saya hapal, isinya adalah thinner A spesial!****




Tidak ada komentar:

Posting Komentar