Rabu, 25 April 2012

Kapasitas

KEMARIN, 24 April jam 14.52 WIB, ponsel jadul saya berdering. Dan,

"Tadi masak berapa gelas?"

Sebagai orang yang sudah belasan tahun hidup bersama, nada dari pertanyaan istri saya itu saya artikan sebagai sebentuk ungkapan yang setengah marah.

"Tujuh setengah," jawab saya. Ini agak bohong, karena kalau tidak salah, tadi saya menakar delapan gelas beras untuk dimasak di magic com buatan Korea itu.

"Nasinya gak bisa dimakan."

Telepon yang lalu diputus itu membuat saya yakin istri saya sedang geregetan. Saya maklum itu. Bayangkan, pulang kerja, membuka magic com, nasi masih setengah matang, tentu cukup menjadi alasan untuk sebuah kemarahan tingkat sedang.

Memasak nasi, sebagaimana mencuci baju atau piring, adalah juga sebuah rutinitas saya. Tetapi, entahlah, pagi itu saya memasukkan beras melebihi biasanya. Dan, saya baru tahu ketika ditelepon istri, itu kemudian menjadikan nasi malah tidak bisa dimakan. masih nglethis. Dan kalau dipaksakan dimakan, tentu bisa membuat perut mbesesek.

Sambil mempersiapkan diri untuk menghadapi 'teguran' lanjutan sesampainya dirumah kemudian, saya menarik suatu padanan dari kasus kelebihan beban itu.
Takaran magic com (atau orang, mungkin) tentu ada kapasitas yang jelas. Kelebihan kapasitas, kelebihan bobot yang harus digarap, bila 'perangkat' telah disetting dalam takaran kurang dari itu, hanya akan menghasilkan sesuatu yang setengah matang. Dan sesuatu yang setengah matang, seringkali tidak enak dimakan. (Kecuali beberapa buah. Hehe...)

Dalam lingkup yang agak luas, beberapa kebijakan yang harus diterima sering sekali terasa setengah matang. Bisa jadi itu disebabkan alat (atau orang) yang dipaksakan 'memasak' sesuatu itu diluar kapasitas dan kemampuannya. Atau, entahlah.

4 komentar:

  1. saya tidak bisa memasak, tapi saya paham maksud tulisan ini ;)

    BalasHapus
  2. Sungguh, sebenarnya saya masuk ke blog ini sekarang, hendak untuk menghapus posting ini. Tetapi, sebaris komentar sampeyan diatas membuat saya mengurungkan niat. Kenapa? Ah, semoga sampeyan juga paham alasannya saya (sekalipun tak tertuliskan.

    BalasHapus
  3. saya juga tidk bisa masak, tapi paling rewel klo masalah nasi (bkn laukx)... apa hny saya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi Anda tidak sendiri, Mas (atau Mbak?!) Anonim. (Tetapi, ada juga memang yang bilang, kalau nasinya sudah enak, lauk tidak terlalu enak pun makan sudah terasa enak...)

      Hapus