Kamis, 13 Oktober 2011

Sahabat Pena

sahabat pena
sahabat pena datanglah
bayang-bayang…..


     SEBAGAI orang jadul, saya tentu tahu lagu diatas. Ya, lagu itu populer lewat penyanyi bertampang imut, Boy Sandi. Lagu yang menjadi tembang andalan diantara sepuluh lagu lain dalam kaset berjudul Sahabat Pena itu diciptakan oleh Cherry LZ, dan diproduksi oleh Nursandi Record pada tahun 1985. Bagi saya, nama Cherry LZ masih kalah populer dibanding dengan nama lain misalnya  Ade Putra, Dadang S. Manaf atau Wahyu OS yang juga menciptakan lagu di album itu. Tetapi Sahabat Pena memang memiliki gambaran kuat tentang tren ketika itu; surat-suratan.
     Dalam surat-suratan itu, ada nama lain yang saya ingat. Kertas Harvest. Kertas khusus surat-suratan itu, selain memiliki desain yang menarik, juga mengeluarkan aroma romantis. Karenanya, ketika menerima surat dari sahabat pena, tak bosan dibaca berulang-ulang. Selain karena untaian kata yang romantis habis, juga karena aroma kertas  yang  bisa bikin seakan dua sahabat saling bertemu langsung di taman penuh kembang. Kertas Harvest itu, belakang saya baru tahu, dibikin oleh orang yang sekarang menjadi motivator kondang Indonesia; Andrei Wongso.
     Sebagai orang yang suka menulis, saya pun pernah terlibat dalam tradisi  tempo doeloe ini. Dan, untuk mendapat sasaran teman yang akan kita kirimi surat, tidaklah sulit. Karena hampir disemua majalah remaja, menyediakan rubrik khusus ‘sahabat pena’. Tentu saya masih lugu ketika itu. Sehingga tak menaruh curiga sedikitpun tentang apakah foto yang dipampang dimajalah itu asli atau bukan. Karena, bisa juga demi agar banyak mendapat sahabat pena, orang menaruh foto orang lain yang keren. Seperti yang ditempel pada profil para fesbuker sekarang. Dalam tulisan di era sahabat pena, kata-kata indah yang teruntai berjuntai-juntai itu, tak jarang sekadar kalimat gombal semata. Sungguh tak beda jauh dengan rombongan status palsu di era Efbi kini.
     Dalam bersahabat pena itu, saya sempat akrab dengan seorang teman asal Malang. Intens sekali saya saling kirim surat. Tetapi ini kasus khusus. Kami tak saling tahu wajah masing-masing. Karena saya tahu nama dan alamatnya dari meminta keseorang teman. Saya pilih dia karena, dia pintar merangkai kata-kata indah. Tulisan tangannya pun indah. Sekian lama kami terlibat dalam persahabatan buta.
     Setiap kali ia minta dikirimi foto, setiap kali pula tak saya kirimi. Saya takut. Wajah saya bukan tipe dia. Sering saya mendengar cerita teman, bersahabat pena sebaiknya tidak saling tahu wajah. Karena itu bisa lebih tulus. Bukan karena  tampang belaka.
     Sekian lama permintaannya tak saya penuhi, ia geregetan juga. Nekat lebih dulu mengirimi saya foto!         Dan? Olala...  *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar