Selasa, 02 Agustus 2011

Doorrr! Awas Petasan

BEBERAPA saat selepas adzan maghrib berkumandang.Dilangit diatas rumah saya beterbangan pijar.Bersautan.Bersura 'cemetar',tak terlalu menggelegar.Warna-warni pijar berpendar.Apik.Itulah petasan.Yang ramai sekali hari-hari ini.Saban ramadhan begini.
Petasan atau kembang api?Bukankah itu bedanya tipis sekali.Karena bentuknya sama;letusannya sama,yang membedakan petasan konvensioanl dengan kembang api lebih kepada bunyinya.Ledakannya.Sementara,kembang api ada unsur indahnya.Ya,pijar yang benpendar itu.
Lihatlah,dipinggir-pinggir jalan,,di kios-kios dadakan.Penjual petasan (kembang api) menggelar dagangannya.Tempatnya sangat sederhana saja.Meja kecil ala kadarnya.Dagangan dipajang,dominasi warna merah,Segala bentukdan ukuran.Tergantung harga.Sesuai tingkat pendar pijar yang dihasilkan.
Orang sengaja membeli dan menyulutnya selepas buka puasa atau menjelang sahur.Sengaja begitu.Padahal benda itu ditemukan secara tak sengaja sekitar 2000 tahun lalu.Di Tiongkok sana.
Alkisah,seorang koki secara tak sengaja mencampur bubuk yang ada di dapurnya.Tiga bahan itu;garam peter/KN03 (kalium nitrat),sulfur dan charcoal (arang kayu).Ketiga bahan itu,(yang entah akan dikatai apa kalau memasaknya didepan chef Juna pada acara Master Chef Indonesia di RCTI.Hehehe....)memasukkannya kedalam ruas bambu.Lalu membakarnya laksana anak Pramuka yang menanak nasi pakai bambu.Hasilnya?
Blaarrr.....Meledak.Memercikkan pijar.Ini versi pertama.
Versi kedua,petasan ditemukan sekitar seribu tahun lalu di India.Oleh pendeta bernama Li Tian.(ah,dari namanya saja,ia pastilah keturunan Tiongkok …) Orang-orang di sana membakar petasan/kembang api setiap tangggal 18 April untuk mengenang kematian Li Tian,sekaligus mengusir roh jahat.
Tidak hanya di Tiongkok atau India saja yang 'kecipratan' tradisi pijar petasan ini.Tercatat ia mulai merambah jazirah Arab pada abad 11 dan kemudian masuk ke Indonesia dua abad kemudian.Pendeta Budha asal Tiongkok,Fa Hein (Faxien), yang mengusungnya ke tanah Jawa pada 413 M.
Begitulah.Sampai sekarang petasan tetap menyalak.Dan kalau bersebadan dengan kembang api, ia menyalak sekaligus memuntahkan percik pijar indah.Sekarang,saat ini,disekitar kita,ia memerankan diri sebagai penghias selepas maghrib atau pembangun saat makan sahur..Ia,dijaman modern ini,sering tampil pula sebagai sarana entertaine.
Letusan dan percikan pijarnya memang menggembirakan.Walau tak selalu.Karena sering kita dengar ia menyalak liar,pijarnya tak terkendali.dan minta tumbal.Kemudian,bisa jadi, tumbal itu tak terselamatkan, dan;mati.
Contohnya,salah satu saja,dinegeri asal muasal penemuan tak sengaja benda ini;Tiongkok.Lokasi tepatnya di kota Ningxiang,ibukota propinsi Changsha.Kejadiannya pada medio Desember tahun kemarin.Kembang api yang sedang diangkut sebuah truk meledak tak terencana.Gara-garanya;truk itu menabarak tiang listrik kemudian meledak.Dan 9 orang tewas sebagai korban.Sebagai tumbal.
Disini,pernah juga terjadi.Kalau Anda mau sedikit saja menyempatkandiri bertanya ke mbah Google,pastilah ada jawabannya.Korbannya berapa,dimana dan sebagainya.Pendek kata,tiada Ramadhan tanpa korban petasan.
Padahal,tidak kurang-kurang himbauan untuk meninggalkan kebiasaan ini.Kebiasaan yang,oleh sebagian kalangan,dinilai mubadzir.Tak perlu.Tak bermanfaat.Apalagi di bulan suci yang seyogyanya kita selalu berlaku tak sia-sia,tak mubadzir.
Aturan resmi dari pemerintah pun sangat jelas.Walau barangkali kurang tegas dalam tindakan di lapangan.Memang,semua jenis kembang api yang ada dipasaran,tak melanggar.Karena unsur mesiunya tak melebihi 20 miligram,dan diameternya tak melebihi 2 inchi,sesuai ketentuan.Bayangkan dan bandingkan dengan ukuran petasan jaman kecil saya dulu,sekitar tahun 80-an.Yang ukurannya bisa berdiameter layaknya paha orang dewasa,karena bikinan sendiri.Bayangkan juga bunyi ledaknnya.Ruaarrr biasa.Padahal,saat itu telah ada undang-undangnya.Ada aturannya.Tepatnya UU Darurat no 12 tahun 1951,tentang senjata api dan bahan peledak.
Sedikit data tentang korban akibat 'sreng dor' yang dirujuk ke RS dr Sutomo selama kurun tiga tahun terakhir; lebaran terbagus (tanpa korban petasan) adalah tahun 2007-2008.Dan angka itu tumbuh di tahun berikutnya.Dua korban di lebaran tahun 2009.Bagaimana dengan tahun 2010 kemarin?Ini dia.Menurut data yang coba saya telusuri dari beberapa sumber,tahun 2010 peningkatan jumlah korban luar biasa.Dengan korban yang dirujuk ke RS terbesar di Indonesia Timur itu sejumlah 10! Ranking tertinggi pasien asal dari pulau garam,Madura.Kenapa?Tentu ini akan menarik untuk ditelusuri.Tapi nanti sajalah.
Madura,dari 10 korban itu,menyumbang tujuh diantaranya.Dengan korban terparah dialami Matuni (30) asal Sumenep.Ia,gara-gara petasan,harus kehilangan dua tangannya.
Tiga korban lainnya asal Jombang,Gempol dan Surabaya.

Maka,ketika sore selepas maghrib atau tengah malam menjelang makan sahur nanti, ada pijar petasan bin kembang api yang menyalak diatas rumah kita,jangan keburu menggembirainya dulu.Karena,bisa-bisa ia sedang terbang liar mencari tumbal.
Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar