BULAN Robi'ul Awwal begini, banyak sekali orang punya hajat di kampung saya. Khususnya untuk acara khitanan atau pernikahan. Ya, dalam penanggalan Jawa, bulan ini (yang disebut juga bulan Maulud, dengan gampang orang menyebutnya bulan Mulud) termasuk bulan bagus untuk menggelar acara-acara itu. Dalam ingatan saya, dua bulan dari dua belas bulan dalam setahun, yakni bulan Suro dan Selo, termasuk yang dihindari dalam melakukan acara-acara macam itu. Walau kalau saya amati yang belakangan terjadi, ada juga yang 'nekad' menggelar acara di dua bulan itu. Bisa jadi generasi (Jawa) sekarang sudah lebih 'maju' dalam pakem dan paugeran dan kurang suka memercayai primbon. Generasi ini lebih percaya bahwa hari bagus selalu ada dalam setiap bulan, yakni hari ketika orang-orang sudah gajian.
Banyaknya orang yang menggelar acara di bulan ini, adalah berkah bagi banyak pihak. Catering, persewaan gedung resepsi, persewaan alat-alat pesta dan termasuk juga pawang hujan. Ya, bulan Mulud selain identik dengan musim panen buah-buahan, ia seringkali jatuh pada musim penghujan. Menggelar pesta di musim hujan tentu butuh 'orang pintar' yang bisa memindah hujan agar tidak tercurah di sekitar acara, tetapi digeser ke tempat lainnya. Masalahnya adalah, di tempat lain ada juga orang menggelar acara yang meminta pula kepada pawang hujan kepercayaannya untuk hal serupa.
"Makanya, disini susah sekali turun hujan, selain banyak proyek pembangunan, banyak orang punya hajat sih," kata seorang teman.
Teman saya itu bukan orang tak berpendidikan, tetapi bukankah yang percaya akan hal-hal demikian itu tak melulu orang yang tinggal di pedalaman yang kadang masih menyembah pohon ciplukan.
Minggu, 27 Desember 2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Habis KompasTV, Terbitlah Trans|7 HD
BAGAIMANA kabar tv digital?
Bagaimana kabar STB Anda? Masih aman di kardusnya. Baik, itu lebih
baik. Iya, channel yang ada belum bertambah, MUX yang on
air juga belum berubah. Ya, begini ini nasib kalau kita sudah
beli STB dan konten siaran yang ada juga masih itu-itu saja (yang
masih juga bisa disaksikan di jalur analog). Kalau Surabaya saja
sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta saja masih begini,
bagaimana nasib siaran tv digital di kota yang lebih kecil ya?
Artikel terkait: Selamat tinggal siaran tv digital terrestrial.
Artikel terkait: Selamat tinggal siaran tv digital terrestrial.
Penampakan Trans|7 HD pada pesawat televisi saya yang masih tabung. |
“Sejak ultah TransMedia kemarin,”
jawab seorang teman ketika gambar layar Trans|7 itu saya pampang di
akun Facebook.
“Lha, tapi sakarang KompasTV
tidak ada lagi di MUX TransMedia 522 MHz. Kenapa ?”
“Memang begitu itu, Kang,” seorang
teman saya menjelaskan, “siaran HD itu butuh bandwidth yang
gede, jadi ada siaran yang mesti dikorbankan.”
Pantauan teman lain di kawasan Kedung Adem, Bojonegoro. (foto: Agung Rama Elektronika/FB) |
Saya yang memang awam akan hal ini cuma
manggut-manggut saja diterangkan begitu. Tetapi, “Tentang KompasTV
yang menghilang dari MUX TransMedia ada cerita tersendiri,” teman
yang lain, yang juga pengamat televisi, menimpali.
Saya tak menguberkan tentang ada cerita
apa di balik hengkangnya KompasTV dari MUX TransMedia, dan lebih
menunggu saja si teman tadi itu meposting ulasan mengenai hal itu di
blognya. (Sungguh saya tunggu lho, Dave...)
Selasa, 15 Desember 2015
Samsat Manyar, Cepat dan Lancar
Pemberitahuan yang gamblang. (Foto-foto: ewe) |
DIPAMPANGNYA
pemberitahuan bahwa material untuk STNK dan plat nomor telah tersedia
dan bagi yang tertunda penerbitannya sudah bisa mengambil, membuat
saya lega. Dulu ketika saya mengurus perpanjangan surat kendaraan
lima tahunan, dijanjikan STNK dan plat nomor pengganti baru akan jadi enam bulan kemudian. Kemarin itu, ketika saya datang lagi ke kantor
Samsat Manyar itu, terhitung tujuh bulan sudah dari kedatangan saya
pertama. Bukan apa-apa, kalau dijanjikan enam bulan dan baru saya
ambil tujuh bulan, misalkan belum jadi dan mesti sabar menunggu
sekian waktu lagi, saya kan bisa bilang dengan gemes, “Piye
to iki,
katanya enam bulan, sudah saya tambah sebulan lha
kok
belum jadi juga.”
Petugas berseragam, termasuk yang pakai hem lengan panjang dan berdasi itu, melayani dengan ramah dan selalu siap membantu. |
Di
depan pintu masuk, saya bertanya ke seorang petugas yang dengan
senang hati menerangkan ke loket mana saya mesti menuju, “Silakan
Bapak ke loket 28 dulu untuk mencetak STNK. Lalu dari situ, kalau
STNK-nya sudah jadi, Bapak ke loket 18 untuk pembuatan plat nomor,”
lelaki setengah baya berkata ramah sekali.
Karena
sudah pernah ke situ, hapal saya letak loket 28; loket paling kiri
dari pintu masuk. Meletakkan bukti pembayaran STNKB dan plat nomor
pada tempat yang tersedia, belum lama saya duduk, nama saya sudah
dipanggil; STNK sudah tercetak. Setelah mengisi buku pernyataan bahwa
STNKB sudah saya ambil, saya membawa berkas itu ke loket 18. Yang di
sini agak lama.
Sambil
menungu pencetakan plat nomor kendaraan, saya memperhatikan sekitar.
Senin pagi yang ramai, ruang tunggu nyaris penuh. Belum lagi orang
berjalan dari loket satu ke loket berikutnya sesuai prosedur. Walau
alurnya sudah ditata sedemikian rupa, bagi yang baru pertama kali ke
Samsat Manyar, terlihat bingung juga. Tetapi, petugas berseram rapi +
berdasi, termasuk yang tadi saya tanya di depan pintu, akan mendekati
orang yang demikian itu untuk kemudian menerangkan dengan gamblang
sambil menunjuk letak loket dimaksud. Nah, begini ini harusnya kantor
pelayanan publik. Rapalan mantra 'kalau bisa dipersulit kenapa
dipermudah' sudah harus dienyahkan jauh-jauh. Karena, bukankah
sejatinya rakyat adalah majikan dan mereka adalah pelayannya.
Sabtu, 05 Desember 2015
Kekhawatiran yang Sontoloyo
SEBAGAI
orang, saya terlalu sering khawatir. Hampir setengah kilometer
berangkat dari rumah, di jalan tiba-tiba saya mengkhawatirkan kompor
atau kran air apakah sudah dimatikan, lampu atau televisi dan radio
apakah masih menyala, atau pintu sudah terkunci atau belum. (Istri
sudah berangkat pagi-pagi dan anak-anak telah pula berangkat sekolah,
saya menjadi penghuni terakhir yang berangkat.) Walau ketika saya
balik lagi ke rumah semua baik-baik saja (baca: sudah dimatikan dan
pintu juga sudah terkunci), namun ia laksana hobi yang seringkali
saya ulangi. Iya, saya memang payah.
Saya
termasuk agak telaten (telat jadi manten) juga akibat dari sifat itu.
Sanggupkah menjadi suami yang baik, mampukah kelak menjadi ayah yang
bisa momong dan membiayai anak-anak mendapat pendidikan yang bagus.
Oh, belum-belum sudah takut pada kekhawatiran memang sontoloyo!
Para
jomblowan-jomblowati yang sampai hampir pecah perang dunia ketiga
sekarang ini belum juga nekad memilih gandengan, bukan tidak mungkin
juga karena penyakit khawatir ini. Jangan-jangan yang disetiai tak
menyetiai, jangan-jangan si dia belum seratus persen bisa move
on
dari sang mantan. Berhentilah, hai para jomblo, dari mendengarkan
lagu i'm
single and very happy!
Ya, itu lagu sontoloyo
yang menyesatkanmu menjadi jomblo abadi.
Selasa, 01 Desember 2015
Parikan Suroboyoan: Coblosan
Mas
Bendo:
ndik Suroboyo menyang Tunjungan
mbanting
busi dipane kayu
paklik
Rasiyo memang pengalaman
ning
Lucy pancene ayu
Mbak
Yu
: nyilih kain popok nang Karangan
momong
rojo koyo bareng Rhoma Irama
milih
pemimpin, rek, ojok sembarangan
lek
wong Suroboyo yo jelas milih Bu Risma
(Iyo,
rek. Tak kandhani koen yo; lha lek cumak bondho ayu thok, lha digawe
opo?! Pemimpin iku kudune lak cak-cek, opomaneh masalah Suroboyo iku
uakeh puoll. Banjir umpamane. Lha lek ngatasi banjir ditinggal
wedhak'an dhisik, lak selak klelep wargane)
Mas
Bendo:
mangan delima kleleken kecik
sapi
karo kebo kelonan wae
prestasine
Bu Risma pancene apik
tapi
opo salahe njajal calon liyane
(Lha,
sopo ngerti paklik Rasiyo karo Ning Lucy iku lek diwenehi kesempatan
isok gawe kutho Suroboyo luwih apik. Lha lek durung dijajal wis
dianggep gak mampu, iku termasuk kliru, Mbak Yu.)
Mbak
Yu:
penari japin numpak gerobak
peniti
kae pasangno nang kain katun
milih
peminpin ojok cobak-cobak
sing
mesti-mesti ae ben engko ora getun
(Sampeyan
iku, Cak, Cak. Milih peminpin kok cobak-cobak. Koyok nganggo minyak
kayu putih ae. Pokok'e aku wis madhep mantep, gepeng ilir aku tetep
milih Bu Risma)
Kang
Karib :
banyu aki dicampur terasi
rondho
lesehan nang pojok plataran
yo
ngene iki urip ing zaman demokrasi
bedo
pilihan ojok sampek dadi tukaran
bantalan
lesung mergo gak duwe dipan
upo
ning kendhi lambene dilat-dilat
pemilihan
langsung pancen butuh kedewasaan
sopo
ae sing dadi awak'e dhewe tetap ae melarat rakyat
(wis
talah, rek. Gak usah gegeran mergo bedo pilihan. Opo koen pikir lek
jagomu sing dadi terus peno gak perlu nyambut gawe. Lha sopo sing
ngingoni anak-bojomu? Mbahne Sangkil opo! Ayo, sing penting nyambut gawe, perkoro mengko
pemimpin (calon sing endi ae sing menang) ora lali janjine, yo
syukur. Lha lek ingkar janji, ayo didungakno bareng-bareng mugo-mugo
gudhiken sak kujur awak'e.)*****
Langganan:
Postingan (Atom)