Minggu, 30 November 2014

Slamet dan Saimin

KALAU engkau masih ingat, aku telah pernah menceritakan kepadamu tentang Slamet. Penghuni pasar di kampung kami, yang pada saat-saat tertentu ia akan melabur seluruh tubuhnya dengan parutan ketela pohon, sehingga setelah pati parutan ketela itu mengering, ia laksana Hanoman; putih seluruh kulit tubuhnya yang hanya pada bagian alat kelaminnya saja yang dibungkus cawat yang ia bikin dari sobekan kain sarung.

Slamet, menurut para orang tua, dulunya adalah santri sebuah pondok disini. Ia berasal dari Blitar. Tapi ya itu, masih menurut sumber yang tentu tak bisa dikonfirmasi kesahihannya, dari awal datang mondok ia memang 'kurang seratus'. Menurut orang-orang ia memang kurang 'penuh'. Dan ia kemudian keluar dari pondok lalu menjadi penghuni pasar karena, ketika putri sang kiai yang cantik jelita, yang diam-diam ia jatuh cintai setengah mati, dinikahkan dengan seorang lelaki anak kiai Bangsalsari.

Miskin atau Sederhana?

ORANG miskin bukanlah seseorang yang memiliki sedikit (harta), tapi orang yang selalu membutuhkan lebih, lebih, dan lebih lagi. Saya tidak hidup dalam kemiskinan. Saya hidup dalam kesederhanaan. Hanya sedikit yang saya butuhkan untuk hidup.

Jose Alberto Mujica Cordano, presiden Uruguay (yang dijuluki presiden termiskin di dunia).

Rabu, 05 November 2014

Tips Membeli Set Top Box

SAYA agak merasa bersalah ketika membuat artikel tentang kepekaan set top box dan mendapat lumayan banyak tanggapan/komentar. Sebagian besar menanyakan set top box merek apa yang pada artikel itu memang tidak saya sebut secara gamblang. Sebagian lainnya menanyakan set top box merek apa yang layak direkomendasikan. 
 
Sebagai hal yang menyenangkan, tentu saja, ketika masyarakat pemirsa relatif antusias menyikapi isu siaran televisi digital. Isu? Ah, barangkali agak kurang tepat juga saya mengistilahkan hal itu sebagai isu belaka. Tetapi saya agak kesulitan menemukan kosa kata yang pas untuk menggambarkan perkembangan siaran televisi digital terrestrial yang progress-nya cuma begitu-begitu saja.

Baca juga: Selamat tinggal siaran tv digital terrestrial.

Bisa jadi saya salah. Bisa jadi, karena sudah agak lama saya tidak menghidupkan STB, sekarang siaran tv digital sudah berisi ratusan konten/channel. Anda, yang tidak seperti saya, yang tidak kehilangan kekhusyu'an dan kesabaran setiap kali menghidupkan reciever cuma mendapati maksimal empat MUX yang belum 'tiarap', sekarang sudah girang bukan kepalang menikmati aneka tayangan dari sekian banyak frekuensi yang ada. Disaat Anda beruntung begitu, anggap saja sebagai manusia yang ketinggalan zaman!

Kembali ke soal awal; tentang set top box. Jujur, saya juga sudah agak kurang update tentang perkembangan merek-merek STB. Sekarang saya buka saja; set top box yang saya punya adalah Bomba (masih DVB-T1),TCL, Getmecom-HD9 dan PF-209. Yang mana yang terbaik diantara semua itu?

Sebagai yang masih DVB-T1, Bomba tak usah ikut dibahas. Sedang si TCL, yang tepat setahun saya pakai tunner sudah tidak berfungsi, juga abaikan saja. Sehingga praktis yang saya pakai sekarang cuma Getmecom-HD9 dan PF-209.

Getmecom-HD9 saya ini, sayangnya juga penangkap sinyalnya sudah agak 'tumpul'. Penjelasan dari ini adalah, ketika sinyal dari MUX MNC grup (Channel 41) yang oleh PF-209 masih bisa ditampilkan, pada Getmecom-HD9 sama sekali tidak ada penampakan. Begitu juga MUX Emtek di kanal 29. Pendek kata, punya saya yang PF-209 lebih tajam dalam menangkap signal dibanding si Getmecom-HD9.

Eits, tetapi tunggu dulu. Ini pengalaman pribadi saya dan jangan buru-buru di-gebyah uyah semua Getmecom-HD9 tumpul dan PF-209 tajam. Bisa jadi ini kasuistis semata, namanya juga barang elektronik. Atau Anda punya pakem/patokan tertentu yang bisa dijadikan simpulan atas hal tersebut.

Tetapi, masih tentang set top box yang adalah barang elektronika, layanan purna jual layak dijadikan pertimbangan sebelum membeli barang. Jangan sampai, sudah mahal-mahal membeli, saat ada trouble, tak tahu kita harus membawanya kemana. Ini saya alami ketika STB merek TCL yang saya punya. Saat tunner-nya tidak berfungsi begitu, tak tahu saya harus menyembuhkannya kemana, karena tak tahu dimana letak Service Center-nya. Iya, layanan after sales-nya harus ada, syukur-syukur itu ada di dekat kita. 
 
Sampai disini tentu sudah agak jelas; bahwa hanya merek-merek tertentu saja yang didukung Cervice Centre yang tidak abal-abal. Bahkan, di Surabaya ini, tak tahu dimana letak layanan after sales dari si Getmecom-HD9. (Tentang ini, tentu saya bisa baca di manual book-nya). Tetapi, saat saya baca buku manual dari si PF-209 (yang ternyata merek ini bukan milik dari produsen antena PF yang sudah kita kenal), tempat yang disebut Service Center adalah sebuah toko peralatan antena/parabola di sudut jalan Genteng Besar. Toko yang nampak kusam itu (secara tampilan bukan bandingan bila disandingkan dengan service center Polytron di jalan Nginden atau service center Akari di jalan Kalimantan) membuat saya ragu itu sebagai Service Centre, tetapi saya curiga ia hanya dipinjam namanya untuk kalau ada orang membawa set top box PF yang sedang 'sakit' ke situ (kalau masih dalam masa garansi) langsung diganti baru saja. Lalu, bagaimana kalau batas masa garansi sudah expired? *****