WANITA
dijajah pria sejak dulu.....
Penggalan
syair lagu lawas itu mungkin agak kurang dikenal oleh generasi
sekarang. Tetapi, 'penjajahan' macam itu masih saja terjadi sampai
kini. Walau, atas nama HAM, si penjajah (baca: pria, menurut lagu
itu) harus lebih berhati-hati. Harus lebih halus, sehingga si
terjajah nyaris tidak menyadari kalau dirinya sedang dijajah.
Isu
kesetaraan gender dan sebangsanya memang membawa hasil. Jumlah
perempuan dalam parlemen dan aneka bidang lainnya cenderung lebih ada
dibanding pada masa lalu. Perempuan, setidaknya bukan sekadar sebagai
kanca wingking, teman di belakang. Yang hanya berkutat di
sumur, dapur dan kasur. Sebagai yang secara jumlah lebih besar
dibanding pria, seyogyanya perempuan adalah 'sang penjajah', bukan
sebaliknya. Atau memang sudah, sudah menjajah. Tetapi secara halus,
sehingga seperti saya tulis di atas, si terjajah (kali ini pria)
nyaris tiada merasa kalau sedang dijajah?
Di sebuah
pusat kebugaran di Surabaya, saya dapati ada sudut yang mengkhususkan
diri sebagai tempat berlatih tinju. Tidak melulu tinju seperti yang
dilakukan oleh Tyson atau Pacman, namun dipadu juga dengan Thai
Boxing. Pokoknya tidak sekadar jotosan, nyaduk
pakai dengkul dan atau cara nyikut yang 'mematikan' pun dilatihkan.
Dan, setiap kali saya kesitu, selalu saya temui sebagian besar yang
berlatih adalah perempuan!
Tentu
perempuan yang berlatih di situ bukan oma-oma. Para perempuan itu
masih kinyis-kinyis dan --dugaan saya-- masih bujangan. Saya belum
sempat bertanya apa yang mendorong mereka berlatih jotosan dan
nyaduk 'secara baik dan
benar', tetapi itu saya baca sebagai sinyal bahwa mereka ingin
mematahkan sebagian pendapat yang secara tradisional mengatakan
wanita adalah lemah. Itu pertama. Kedua, dengan tidak sedikit kasus
kejahatan jalanan yang mengincar perempuan sebagai korban, berlatih
bela diri adalah hal yang masuk akal dilakukan. Dan ketiga, bisa
jadi, KDRT yang sering menempatkan perempuan sebagai korban, kelak
bila para perempuan itu menikah, bila sedang bertengkar dan kurang
bisa mengontrol diri, si suami yang akan dijadikannya sansak.
Terpilihnya
Donald Trump sebagai presiden AS, ditakutkan orang (bahkan warga AS
sendiri) akan membuat dunia kacau berantakan. Sebuah ketakutan yang
berlebihan, lebih-lebih bila jangan-jangan tokoh menakutkan itu ternyata malah
menjadi penakut di hadapan perempuan bernama Melania.
Akhir syair
lagu yang saya pakai sebagai pembuka tulisan ini adalah para
pria berlulut di sudut kerling wanita, di hadapan perempuan
yang piawai bertinju akan menjadi lebih tragis nasibnya karena
berlutut bukan sekadar oleh kerling, namun oleh jap, hook atau
upper cut. *****