(Dalam
memposting tulisan di blog sisitelevisi, seringkali saya gagal melakukannya
dalam sekali klik. Termasuk malam ini. Tentang masalah ini, saya tidak tahu
apakah memang memasang tulisan di wordpress agak lebih sulit ketimbang di
blogspot? Padahal tulisan sudah saya buat, padahal saya ingin mempublish di
wordpress. Saya, yang termasuk makhluk tidak sabaran untuk segera menyiarkan
tulisan begitu kelar diketik, ambil keputusan cepat; pampang saja di sini, di
Kedai Kang Edi.)
KALAULAH ada yang iseng bertanya kepada saya
tentang logo televisi apakah yang menurut saya paling oke di jagad raya ini,
tentu tanpa ragu saya akan menjawab: CNN.
Sedang untuk channel yang mengudara dari jazirah Arab, logo yang ajib versi saya adalah milik stasiun
yang bermarkas di Dhoha, Qatar: Aljazeera.
Ini masalah selera, dan tak masalah Anda tidak sependapat dengan saya.
Sementara NHK (Jepang), DW (Jerman), CCTV (China)
atau Arirang (Korea) itu sebagian
dari nama stasiun televisi yang memiliki logo biasa-biasa saja. Bagaimana
dengan CNBC? Ah, itu lumayanlah.
Baiklah, tak
usah jauh-jauh menilai lgo-logo televisi asing, di Indonesia saja, yang sekarang
jumlah stasiun televisinya bejibun, sebejibun itu pulalah model dan bentuk
logonya. Lalu mana yang terbaik?
Walau saya
jarang sekali menengok acaranya, RCTI
menurut saya logonya terbilang oke. MetroTV
juga. BeritaSatu? Ya, bolehlah. Termasuk
yang lumayan ada antv, tvOne juga NET. Sementara, sekali pun RCTI paling oke, adaik-adiknya cuma dapat
nilai ‘biasa banget’. Itu tuh, GlobalTV,
MNCTV atau juga SindoTV.
Pada jajaran
TV lokal, logo JTV sekarang lebih
bagus daripada yang dulu. Dengan latar belakang peta propinsi Jawa Timur, ia menandakan
sebagai televisi berkelas regional. Yang juga terbilang bagus adalah BaliTV, yang dengan melihat tampilan
logonya saja, ia sudah menampakkan aura pulau dewata. Sayangnya, grup BaliTV yang mengudara di Surabaya, SurabayaTV logonya jelek sekali. Hanya tulisan
SurabayaTV berhias gambar
merah-putih. Ini mengingatkan saya akan logo awal TPI (cikal bakal MNCTV)
yang kaku sekali.
Bagaimana dengan
TVRI?
Ya, stasiun televisi tertua di negeri ini memang pernah beberapa kali ganti logo. Dari yang kotak dengan hiasan pelangi, lalu tulisan TVRI dibingkai kotak bersegilima (tahulah kita apa arti lima sudut itu) sampai yang sekarang kita lihat; TVRI tanpa garis tepi tetapi dengan sinar merah --entah apa artinya-- yang melingkar di bagian atasnya.
Ya, stasiun televisi tertua di negeri ini memang pernah beberapa kali ganti logo. Dari yang kotak dengan hiasan pelangi, lalu tulisan TVRI dibingkai kotak bersegilima (tahulah kita apa arti lima sudut itu) sampai yang sekarang kita lihat; TVRI tanpa garis tepi tetapi dengan sinar merah --entah apa artinya-- yang melingkar di bagian atasnya.
Secara sembarangan
saya tafsirkan, logo TVRI tanpa garis
tepi itu sebagai penanda ia bebas tak terikat satu kelompok atau golongan. Ya,
sebagai lembaga penyiaran publik kepentingannya hanya satu, demi publik di
republik ini. Kalaulah tagline-nya
berubah dari ‘menjalin persatuan dan kesatuan’ menjadi ‘saluran pemersatu
bangsa’ menurut saya itu tak jauh-jauh banget maknanya.
Lalu bagaimana
dengan sinar merah di bagian atas tulisan TVRI?
Sebelum menjawabnya, saya kok jadi ingat film kartun yang sering menggambarkan, misalnya, kalau Tom sedang dipukul Jerry di bagian kepala, atau Spongbob ketiban benda yang dijatuhkan si gendut Patrick, di atas kepala mereka digambarkan ada bintang yang berputar-putar. Hal itu tentu demi menggambarkan betapa kepala mereka pusing dan sakit.
Sebelum menjawabnya, saya kok jadi ingat film kartun yang sering menggambarkan, misalnya, kalau Tom sedang dipukul Jerry di bagian kepala, atau Spongbob ketiban benda yang dijatuhkan si gendut Patrick, di atas kepala mereka digambarkan ada bintang yang berputar-putar. Hal itu tentu demi menggambarkan betapa kepala mereka pusing dan sakit.