“KHOFIFAH KEMBALI”, begitu
bunyi spanduk yang terpasang di beberapa tempat sejak beberapa hari
ini. Pesan yang disampaikan jelas. Tujuan yang dimaksud pun jelas:
bahwa kursi yang sekarang ini sedang diduduki Pakde Karwo bakal ada
yang menggoyang untuk direbut pada pilgub mendatang. Intinya, kursi kekuasaan bagi sebagian orang memang selalu menggiurkan.
Tetapi, sejauh ini, tidak diketahui
siapa pemasang spanduk itu. Jadi, siapa sejatinya pengusung Khofifah
pada pilgub yang akan digelar setahun lagi ini? Pada pilgub yang
lalu, tokoh Muslimat NU ini memang menjadi lawan tanding yang sengit
bagi Pakde Karwo. Kala itu ia berpasangan dengan tokoh yang –menurut
hemat saya-- agak kurang dikenal publik; Mujiono. Lalu, siapa
pasangan yang digandeng Khofifah pada laga rematch dengan Pakde
Karwo nanti? Belum jelas. Yang pasti jelas adalah, seperti biasa, warga
nahdliyin akan jadi rebutan dalam mendulang suara.
Pasuruan, salah satu basis nahdliyin,
hari-hari ini juga sedang ramai oleh persiapan pilkada. Di seluruh
pelosok banyak sekali bertebaran sepanduk dan poster para tokoh yang
mempunyai hasrat maju bertanding. Seperti biasa, spanduk dan poster
itu dibikin sedemikian rupa agar nyaman dilihat. Sekaligus disisipkan
pesan-pesan manis. Misalnya, ada salah satu tokoh yang mengusung
tagline 'kita semua bersaudara', atau 'saya siap bekerja untuk
rakyat' dsb.
Semua poster itu menampilkan tokoh
sendiri saja. Belum berduaan dengan wakilnya. Atau bisa jadi ada dua
tokoh yang nantinya bersatu maju bersama. Dan untuk menentukan siapa
yang sebagai Kepala, siapa yang harus rela 'hanya' sebagai wakil,
diundi dulu seberapa tebal 'amunisi' politiknya. Atau agar gampang,
bagi yang modalnya sama-sama cekak, secara suit saja.
Kreasi poster itu sedemikian bebasnya.
Kalau pada pilgub yang lalu pakde Karwo memakai istilah Karsa
(sebagai gabungan dari Sukarwo dan Saifullah Yusuf) atau Khofifah
memakai istilah Kaji karena berpasangan dengan Mujianto, di Pasuruan
kita bisa dapati salah satu tokoh membuat posternya dengan menjiplak
logo kesebelasan Manchester United. Dengan bentuk yang jan mak pleg-sama,
tetapi hanya menghilangkan bagian tengah dari logo tim Setan Merah
itu dan menggantinya dengan tulisan MU.
Saya tidak terlalu memahami apakah
memang orang Pasuruan termasuk pecinta fanatik kesebelasan besutan Sir Alex Ferguson
itu sehingga seorang tokoh memakai atributnya untuk menggaet suara
mereka pada pilkada mendatang. Tetapi, semakin membaca poster itu
saya makin menyadari –bisa jadi-- itu hanyalah jurus dewa mabuk
seperti pada film Mandarin yang pernah saya tonton di televisi.
Karena tulisan MU di tengah logo tim papan atas liga utama Inggris
tidak berarti Manchester United, tetapi Mas Udik.
Ada-ada saja...