DATANG-DATANG
Kang Karib berjoget ala Soimah kala menyanyikan lagu Oplosan;
salah satu tangan diletakkan di kening, lalu tubuh
di-lenggut-lenggut-kan.
♪♫...
tutupen tipimu
stop nonton YKS
eman utekmu
ojo mbok terus-teruske
mergane ora ono gunane.....♫♪...
stop nonton YKS
eman utekmu
ojo mbok terus-teruske
mergane ora ono gunane.....♫♪...
“Ketempelan
setan darimana Sampeyan itu, kok datang-datang langsung joget
begitu?” Mas Bendo agak menepi, memberi ruang agar Kang Karib bisa
ikutan duduk lesehan di Pos Kamling itu.
“Geregetan
aku, nDo,” kata Kang Karib.
“Geregetan
sama siapa? Sama Soimah?”
“Sama
semua acara tivi yang gak mutu blas. Yang bikin orang
bodo jadi makin bodo.”
“Ya,
biar saja to, Kang. Lha wong mereka itu kan cari uang.
Bukan cari-cari yang lain. Kalau mau, menurut istilah Sampeyan,
pinter, ya bukan dengan nonton tipi, tapi dengan bersekolah. Tapi
ingat juga, Kang, bersekolah pun sekarang ini bukan jaminan lulus
bakal jadi langsung pintar...”
“Tapi
acara YKS itu jan keterlaluan tenan, nDo,” rupanya
Kang Karib masih ingin membahas acara yang sekarang menjadi unggulan
di TransTV itu. “Dulu sih ada acara dagelan di
TransTV yang juga ratingnya bagus. Tetapi jam tayangnya masih bisa
dibilang wajar. Itu lho, kamu kan masih ingat, Extravaganza.
Bandingkan, coba, dengan YKS sekarang. Dari selepas isya' sampai
hampir tengah malam. Apa tidak edan itu?”
'Tapi
kan memang sedang disukai orang, Kang?”
“Aku
ambil contoh begini, nDo; anakmu sedang suka sekali makan permen. Apa
lalu ia kamu ujo dengan terus membelikannya agar ia selalu
memakannya sampai giginya rusak dan sakit? Kan tidak begitu, nDo.
Suka itu ada batasnya. Sesuatu yang kelebihan dosis selalu ada tidak
baiknya...”
“Hidup
kita ini sudah susah, Kang. Apa salah kita nonton tipi sebagai sarana
hiburan yang murah? Lagian kalau tidak suka nonton YKS, kan bisa
Sampeyan tekan remote control; ganti nonton saluran
lain.”
“Ya
nggak sesimpel itu, nDo. Frekuensi yang dipakai tipi itu katanya kan
milik publik. Yang harus digunakan untuk kebaikan publik. Lho,
kalau publik dijejali acara-acara dagelan secara terus-menerus,
dengan pemain-pemain ya itu-itu juga (lepas dari Pesbuker atau
Campur-campur antv kemudian pindah main di YKS-nya TransTV),
dengan guyonan-guyonan yang asal-asalan, dengan ngajak main adik
sampai orang tua, apa itu bukan sudah kebablasan dan tindakan
pembodohan publik yang nyata?”
“Wah,
kalau begitu, dibanding Sampeyan, masih untung aku, Kang,”
enteng Mas Bendo berucap.
“Untung
kamu bagaimana. Ndo?” timpal Kang Karib. “Wong kamu itu
tipi saja nggak punya kok merasa untung?”
“Lha
jelas untung aku to, Kang. Daripada punya tipi tapi setiap
hari dijejali acara-acara sampah, kan mending nggak punya tipi
sekalian....” *****
NB: tulisan-tulisan bertema televisi seperti ini, sudah saya kumpulkan di sebuah blog yang secara khusus mengangkat hal ihwal dunia pertelevisian dalam perspektif saya yang sebisanya. Anda bisa berkunjung ke www.sisitelevisi.wordpress.com
NB: tulisan-tulisan bertema televisi seperti ini, sudah saya kumpulkan di sebuah blog yang secara khusus mengangkat hal ihwal dunia pertelevisian dalam perspektif saya yang sebisanya. Anda bisa berkunjung ke www.sisitelevisi.wordpress.com
Karena saya sama seperti Kang Bendo, yakni tidak punya tipi, coba beri saya sedikit pencerahan tentang seperti apa YKS itu keedanannya dan seperti apa acaranya...
BalasHapus