Minggu, 29 Desember 2013

YKS = Yuk Kita Stop


DATANG-DATANG Kang Karib berjoget ala Soimah kala menyanyikan lagu Oplosan; salah satu tangan diletakkan di kening, lalu tubuh di-lenggut-lenggut-kan.

♪♫... tutupen tipimu
stop nonton YKS
eman utekmu
ojo mbok terus-teruske
mergane ora ono gunane.....♫♪...

Ketempelan setan darimana Sampeyan itu, kok datang-datang langsung joget begitu?” Mas Bendo agak menepi, memberi ruang agar Kang Karib bisa ikutan duduk lesehan di Pos Kamling itu.

Geregetan aku, nDo,” kata Kang Karib.

Geregetan sama siapa? Sama Soimah?”

Sama semua acara tivi yang gak mutu blas. Yang bikin orang bodo jadi makin bodo.”

Ya, biar saja to, Kang. Lha wong mereka itu kan cari uang. Bukan cari-cari yang lain. Kalau mau, menurut istilah Sampeyan, pinter, ya bukan dengan nonton tipi, tapi dengan bersekolah. Tapi ingat juga, Kang, bersekolah pun sekarang ini bukan jaminan lulus bakal jadi langsung pintar...”

Tapi acara YKS itu jan keterlaluan tenan, nDo,” rupanya Kang Karib masih ingin membahas acara yang sekarang menjadi unggulan di TransTV itu. “Dulu sih ada acara dagelan di TransTV yang juga ratingnya bagus. Tetapi jam tayangnya masih bisa dibilang wajar. Itu lho, kamu kan masih ingat, Extravaganza. Bandingkan, coba, dengan YKS sekarang. Dari selepas isya' sampai hampir tengah malam. Apa tidak edan itu?”

'Tapi kan memang sedang disukai orang, Kang?”

Aku ambil contoh begini, nDo; anakmu sedang suka sekali makan permen. Apa lalu ia kamu ujo dengan terus membelikannya agar ia selalu memakannya sampai giginya rusak dan sakit? Kan tidak begitu, nDo. Suka itu ada batasnya. Sesuatu yang kelebihan dosis selalu ada tidak baiknya...”

Hidup kita ini sudah susah, Kang. Apa salah kita nonton tipi sebagai sarana hiburan yang murah? Lagian kalau tidak suka nonton YKS, kan bisa Sampeyan tekan remote control; ganti nonton saluran lain.”

Ya nggak sesimpel itu, nDo. Frekuensi yang dipakai tipi itu katanya kan milik publik. Yang harus digunakan untuk kebaikan publik. Lho, kalau publik dijejali acara-acara dagelan secara terus-menerus, dengan pemain-pemain ya itu-itu juga (lepas dari Pesbuker atau Campur-campur antv kemudian pindah main di YKS-nya TransTV), dengan guyonan-guyonan yang asal-asalan, dengan ngajak main adik sampai orang tua, apa itu bukan sudah kebablasan dan tindakan pembodohan publik yang nyata?”

Wah, kalau begitu, dibanding Sampeyan, masih untung aku, Kang,” enteng Mas Bendo berucap.

Untung kamu bagaimana. Ndo?” timpal Kang Karib. “Wong kamu itu tipi saja nggak punya kok merasa untung?”

Lha jelas untung aku to, Kang. Daripada punya tipi tapi setiap hari dijejali acara-acara sampah, kan mending nggak punya tipi sekalian....” *****

NB: tulisan-tulisan bertema televisi seperti ini, sudah saya kumpulkan di sebuah blog yang secara khusus mengangkat hal ihwal dunia pertelevisian dalam perspektif saya yang sebisanya. Anda bisa berkunjung ke www.sisitelevisi.wordpress.com



1 komentar:

  1. Karena saya sama seperti Kang Bendo, yakni tidak punya tipi, coba beri saya sedikit pencerahan tentang seperti apa YKS itu keedanannya dan seperti apa acaranya...

    BalasHapus