SECARA pasti saya tidak tahu arti dari kata basa-basi. Saya tidak punya kamus untuk mencari itu. Juga, saya belum pernah mendengar hal itu diudarakan jaringan radio Suzana pada program Ini Sebenarnya. Sesuai pemahaman saya, basa-basi adalah kata sifat yang berarti tidak sungguh-sungguh atau semata sebagai 'pemanis buatan'.
Makanya, ketika sebuah produk rokok mengaku sebagai yang pertama bermain di jenis Mild, yang paling rendah kandungan tar dan nikotinnya, ia memakai Bukan Masa-basi sebagai tagline-nya. Itu menandakan ia sungguh-sungguh dalam hal itu. Walau sekarang ia lebih sering beriklan dengan Go A head sebagai slogan baru, sungguh Bukan Basa-basi tetap saja diingat orang.
Banyak sekali basa-basi yang umum digunakan orang. Misalnya, ketika tamu pamitan pulang, tidak jarang tuan rumah mencegah dengan bilang, “Kok buru-buru amat.” Padahal bisa jadi sejatinya hatinya girang. Atau, “Wah, belum dibikinkan kopi kok sudah mau pulang,” padahal, di dapur sama sekali tak ada gula-kopi, sekaligus air saja belum dijerang.
Juga, ketika malu di hari raya didahului saudara tua bertamu ke rumah kita, basa-basi yang terjadi adalah, “Ini tadi baru akan berangkat ke rumah Sampeyan, wah bisa-bisa tadi kita salipan di jalan,” padahal sedari tadi ngendon sarungan di rumah karena baju kesayangan masih basah karena semalam kehujanan.
Begitu ampuhnya si basa-basi ini, sampai-sampai orang yang selamat dari kecelakaan motor pun sering memakainya. “Untung saya masih sempat salto dan meloncat tinggi-tinggi, Kalau tidak, entah sudah jadi apa saya,” Padahal yang terjadi sebenarnya adalah ia terlempar jauh karena kerasnya benturan.
Suatu hari, di hari raya ketupat, saya bertamu ke satu keluarga yang secara lokasi tidak jauh dengan sekolah saya dulu, yang di rumahnya saya sering bermain dalam rangka bolos sekolah. Lama bercengkerama , di dapur saya dengar ada suara mempersiapkan hidangan. Secara reflek perut saya kegirangan. Tetapi, belum ada tanda-tanda saya segera dipersilakan untuk makan.
“Maaf, karena sudah lama jagongan, saya mau pamit pulang.”
Kalimat yang saya ucapkan barusan, sungguh berisiko menuai kegagalan. Iya kalau saya dicegah dan segera diminta lebih dulu makan sebelum pulang, lha kalau dibiarkan, bisa-bisa perut saya yang sudah kadung senang akan dilanda kekecewaan.
Untungnya basa-basi saja tadi termasuk jitu. Yang karenanya saya bisa segera makan ketupat berlauk opor ayam secara gratisan. *****
Mas, apakah tulisan ini sudah pernah diposting sebelumnya? Kok rasanya saya sudah pernah membacanya?
BalasHapusOh, benarkah? Atau basa-basi ini sudah sedemikian dikenal orang sehingga Sampeyan seperti pernah membacanya, atau memang saya yang kelupaan sehingga menulis ulang?
Hapus