Minggu, 01 Desember 2013

Bakso Solo GKB



SETIAP daerah, untuk perkara kuliner, selalu punya kekhasan. Lamongan dengan sotonya dan Madura dengan sate sekaligus juga sotonya, adalah sebagian kecil dari contoh itu. Bagaimana dengan Solo? Sudah barang tentu dengan baksonya.

Saya pernah menemui seorang penjual nasi goreng yang di gerobaknya ditulis Nasi Goreng Lamongan, namun setelah saya tanya, sejatinya ia berasal dari Ponorogo. “Yang Lamongan itu istri saya,” terangnya.

Pengalaman di atas, agak mirip dengan yang saya alami ketika membeli Siomay Bandung di jalan Jemursari, Surabaya. Yang ketika saya bertanya memakai bahasa Indonesia dengan logat yang saya Sunda-sundakan, si ‘Akang’ penjual Siomay bilang, “Saya asli Bojonegoro kok, Pak.”

Menurut saya, hal itu lebih dikarenakan urusan ‘trade mark’ semata sebagaimana saya singgung pada pembuka tulisan ini. Maka, bisa jadi, sekalipun di etalasenya tertulis Nasi Pecel Madiun, Mbakyu si penjualnya bukan tidak mungkin berasal dari Nganjuk atau Magetan. Karena, kalau ditulis Nasi Pecel Magetan atau Nasi Pecel Nganjuk, belum-belum calon pembeli sudah kurang respek.

Maka, janganlah heran kalau di gerobaknya ditulis Bakso Solo, padahal aslinya bukan. Namun, Pak Supardi, penjual Bakso Solo yang mangkal di Bundaran perumahan Gresik Kota Baru (GKB) adalah pengecualiannya. “Saya Solonya Wonogiri, Om,” katanya. (catatan: Pak Pardi memang selalu memangggil saya dengan Om). 

Sebagaimana laiknya PKL, gerobak Pak Pardi memang sangat sederhana. Tak ada tulisan lain selain kata Bakso Solo  itu. Selebihnya hanya dua macam dagangannya; bakso sebagai menu utama dan es degan (kelapa muda) sebagai pelengkapnya. Sebuah pasangan yang serasi; setelah kepedesan makan bakso, segarnya es degan adalah penawarnya. 

“Ngomong-omong, sudah berapa lama berjualan di sini, Pak?” sambil menikmati baksonya saya bertanya.

“Sudah lama, Om,” cekatan saya lihat tangannya meracik bawang goreng, rajangan seledri dan bakso beserta kuahnya ke dalam mangkok kepada pelanggannya yang datang. “kalau dihitung dari awal, ada sudah kalau dua puluh tahun.”

Lelaki berusia sekira 45-an tahun itu menuturkan, awalnya ia jualan ikut paman. Tetapi semenjak tujuh tahun lalu, ia berdagang sendiri. Secara rasa, menurut lidah saya, tidak ada yang terlalu berbeda dengan bakso di tempat lain yang pernah saya beli. Kecuali jumlah bakso dalam setiap porsinya. Saya hitung, pentolnya dalam satu mangkok ada 15 butir. Tetapi ukurannya yang memang kecil-kecil. Ini, bagi saya, lebih praktis daripada seporsi bakso yang hanya berisi satu butir pentol seukuran bola tenis. Karena, dengan ukuran mini begitu, pelanggan tidak perlu repot-reput mencacah si bakso sebelum menyuapkan ke dalam mulut.

Dari Surabaya, bundaran GKB itu sudah separuh perjalanan ke rumah saya di LA sana. Maka, sembari transit istirahat, sering sekali saya mampir ke gerobak bakso Pak Supardi ini. Kalau bukan berangkatnya, ya pulangnya seperti sore tadi. Lelaki yang kos sendiri di Randuagung, Gresik, ini mengaku jarang sekali pulang kampung menengok istri dan tiga anaknya; sulung kembar cewek-cowok, sama-sama sudah kelas 1 SMK sekarang, sementara si bungsu masih di TK.

“Paling-paling tiga bulan sekali saya pulang,” akunya. “Tetapi kalau uang belanja ya semingu sekali, Om. Transfer saban Senin.” 

Sementara saya menikmati baksonya, kalau lagi tidak ada yang beli, saya lihat Pak Pardi menyempatkan diri menyulut Marlboro-nya.

Mendung yang menggantung di langit Gresik sore tadi, membuat saya agak segera menghabiskan semangkok bakso lengkap dengan segelas es kelapa mudanya. Dari situ, menuju rumah saya di Surabaya masih sekitar satu jam lagi. Sekali pun bawa mantel, saya lebih suka tidak kehujanan di jalan. 

Saya siap melanjutkan perjalanan; pantat sudah dingin lagi, perut sudah terisi lagi. Secara ukuran, semangkok bakso dan segelas es degan tadi cukup sesuai dengan kapasitas lambung saya. Secara harga sangat terjangkau pula. Dengan seporsi bakso seharga tujuh ribu, sekalian dengan es kelapa mudanya menjadi pas pada angka sepuluh ribu.

Jadi, kalau Sampeyan penggemar bakso, kalau pas melintas di sekitar perumahan Gresik Gota Baru, tak ada salahnya menjajal Bakso Solonya Pak Supardi ini. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar