SESUATU yang monoton, yang itu-itu saja, bisa 
jadi akan terasa membosankan. Maka untuk agar tidak sampai ke situasi 
itu, diperlukan kejutan-kejutan, selingan-selingan.
Prabowo selalu muncul di apa pun momen yang dipandang layak ia 
muncul, adalah sudah sama-sama kita tahu. Ia, dengan baju yang khas, 
beberapa hari yang lalu tampil pada sebuah tayangan (iklan) mengucap 
selamat tahun baru Hijriyah. Pada momen lain, ia pun muncul menyampaikan
 ucapan yang lain. Tetapi khayalak tentu sudah tahu kenapa ia begitu; 
demi sebuah cita-cita yang akan ia raih; RI-1.
Tahun 2014 masih dua tahun lagi, tetapi langkah semacam itu tentu 
diperlukan  setiap waktu. Agar khalayak tahu, agar menancap di benak 
setiap calon pemilih, agar ketika berada di bilik suara saat pemilu 
nanti, suara dijatuhkan kepadanya.
Dalam kancah itu, Prabowo tidak single fighter. Ada Aburizal
 Bakrie yang digadang-gadang Partai Golkar untuk maju merebut RI-1. 
Sebagai pemilik media televisi, tak sulit ia memamerkan visi-misinya. 
Itu tentu telah digarap matang oleh tim suksesnya. Perkara uang, seperti
 juga Prabowo, sepertinya bukan perkara berat. Urusan fulus itu, 
rasanya, lebih gampang ketimbang nama atau sebutan. Makanya, sekarang 
sedang dibangun ARB sebagai pengakrab panggilannya. Bukan lagi Ical 
seperti yang selama ini telah dikenal orang.
Ical tentu lebih enak diucap daripada ARB, sebenarnya. Tetapi Ical 
itu, sungguh akan terdengar lucu bila diucap dalam obrolan orang Jawa. 
Misalnya, ketika dua orang  'jagongan' membahas calon presiden;
“Kang, tiyang ingkang kadosipun saget dados presiden lan saged 
mulyaaken kawula alit niku sinten”
“Wah, tamtu Ical.”
“Lho, Ical?! Ical dateng pundi?! Lha menawi Ical mangga sareng-sareng
 kita padosi...”
Tokoh yang akan meramaikan perebutan kursi presiden itu tak melulu 
mereka berdua. Ada beberapa; baik yang masih menunggu saat tepat untuk 
mengumumkannya, atau pun yang beberapa hari ini telah ramai dibicarakan;
 Rhoma Irama.
Kalau benar akan terjadi, ia adalah raja (dangdut) yang ingin juga 
merangkap jabatan sebagai Presiden. Tentu sebagai warga negara, ini 
tidak apa-apa dan sah-sah saja. Dan kalau ada pihak yang belum-belum 
sudah menilai itu tidak pada tempatnya, itu pun sah-sah pula. Secara hak
 memang sama, karena sama-sama berasal dari setetes air hina.
 Nah, apa yang membuat Bang Haji menyusun langkah ikut merebut RI-1?
Pertama mungkin penasaran. Bagaimana mungkin negara yang 
–seperti digambarkan dalam salah satu syair lagunya-- subur serta 
kaya-raya ini, masih belum ada pemerataan hasil pembangunan, sehingga yang
 kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Dengan modal penasaran
 itu, plus kerja keras, bukan tidak mungkin bang Haji mampu membuat 
pembuktian. Penasaran yang sangat itu akan, sampai mati pun
 akan diperjuangkan... 
Dan, mari sejenak kita lupakan satrio piningit, dan kita sambut satria
 bergitar. Aneka pendapat yang meragukan kemampuan Rhoma Irama, 
anggap saja sebagai badai di awal bahagia. Dengan gelimang 
ketenarannya, langkah besar itu tidak berarti Bang Haji sedang berjudi. 
Karena bukankah judi meracuni kehidupan. Tetapi tentu saja, 
move politik yang sarat taktik dan berlumuran intrik ini mau tak mau 
membuatnya harus sesekali begadang. Kalau sudah begitu, 
kebugaran harus tetap terjaga. Dengan olah raga di sekitar rumah, 
misalnya. Dan yang termurah untuk itu tentu lari pagi. Tua muda 
semua lari pagi....
Kian hari, kian ada saja konflik horizontal di sini. Tawuran antar 
kampung, setelah lebih dulu kita akrab degan tawuran antarsiswa. Harus 
ada sarana pemersatu yang bisa dimengerti para penggemar tikai itu. 
Salah satunya lewat seni. Sebab; seni adalah bahasa, pemersatu 
antarbangsa...
2014 masih dua tahun lagi.
Sebuah perjalalan masih panjang. Masih membutuhkan pengorbanan,
 dan tentu saja perjuangan dan doa. Dan inilah euphoria,
 yang lahir dari rahim reformasi. Ketika segala kejadian yang datang 
silih berganti, kadang tak perlu disikapi secara membati buta. Agar kita
 tak terjebak dalam permainan adu domba. Keadaan ini, di mana 
sebuah wacana kemunculan Rhoma Irama sebagai capres menyeruak, tentulah 
bukan tanpa rencana. Tentu ada pihak lain yang sedang merancang sebuah 
skenario. Dan, Rhoma yang telah pernah membintangi banyak judul film, 
akan dipasang sebagai aktor utama dalam sebuah 'film' besar Indonesia; 
sebagai presiden. Pihak-pihak itu, tentulah merencanakan (atau telah 
membuat) janji ini-itu. Sebagai 'hanya' aktor, Rhoma tentu harus tetap 
waspada. Jangan sampai sebuah janji yang telah diucap, hanyalah semacam 
pepesan kosong. Kalau sudah begitu, seperti dalam setiap filmnya, tentu 
akan sangat pas bila ia menyanyikan lagu ini; kau yang berjanji, kau
 yang mengingkari, kau yang mulai kau yang mengakhiri.....
'Ojo gumunan', itu nasihat para orang tua.Jangan gampang heran. 
Sikapilah segala peristiwa dengan wajar-wajar saja. Dan agar jernih 
dalam menilai setiap keadaan, kita butuh rileks. Butuh santai. 
Seperti ajakan Bang Haji ini; yuk kita santai agar otot tidak 
kejang, yuk kita santai agar syaraf tidak tegang.....*****
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar