KALAU tidak salah ingat, saya
pernah membaca bahwa Kopiko, permen kopi yang mendaku dirinya
sebagai yang nomor satu di dunia itu, awalnya akan dinamai Kopi-kopi.
Tetapi, karena dirasa terlalu panjang, maka dipersingkat saja menjadi
Kopiko. (Persis si Kuku Bima yang awalnya akan
dinamakan Kuku Pancanaka.) Dan, sukses. Ini bisa dilihat dari
para pengekornya (Ingat, Kino dalam tagline iklannya
bilang, “Yang itu (mungkin yang dimaksud Kopiko) kuno, ini
Kino.” Dan, dalam balapan bisnis permen kopi, sepertinya
benar pengakuan si Kopiko; ia masih yang nomor satu. Walau
lawan masih terus saja bermunculan. Belakangan, si Jelas Lebih
Enak (baca: Kopi Kapal Api), turut pula meramaikan bisnis
permen rasa kopi ini.
Ada banyak merek lain yang senasib
sebenarnya. Sosro, salah satunya. Sebagai ahlinya teh, ketika
dipandang masih tampil sorangan wae, muncullah para kompetitor
dari pabrikan lain. Tetapi, sebagai pelopor teh botol (sampai-sampai
ia menjadi seperti nama alias, persis seperti Aqua untuk
segala merek air minum dalam kemasan), ia tetaplah ahlinya.
Hal yang juga saya perhatikan, entah
menyadari tak kuat menyaingi si Sosro atau apa, ada pabrikan
minuman serbuk dalam sachet dengan rasa teh, memilih nama Sisri
untuk merek produknya. Padahal, (maaf, ini hanya pemahaman sempit
saya), untuk bahasa Jawa, derajat I itu lebih kecil ketimbang O.
(Contoh, mentil itu kecil, menthul itu agak besar dan
mentol adalah yang lebih besar.)
Kalau ditanya apa pasangan terbaik
minum kopi (atau sekadar ngemut permen kopi)? Tentu jawabnya merokok.
Bahkan, dengan nada berseloroh, dalam status FBnya, seorang teman
menulis begini,”Peringatan pemerintah, merokok dapat menyebabkan
ngopi.” Begitulah, kopi dan rokok adalah pasangan yang serasi dari
dulu hingga kini.
Dan untuk merek rokok, seringkali saya
dapati berasal dari nama-nama yang sepele saja. Ingat saya, dulu
ketika masih merokok, saya senang sekali menghisap yang merek
Bentoel. Ini, kalau sampeyan tahu, adalah sejenis talas
yang banyak sekali saya temui di kampung saya. Dan rupanya, para
pembikin rokok, senang sekali menamai produk dengan menggunakan nama
buah. Selain Bentoel, bisa kita temui Sukun. Kalau
bentoel (karena merek-merek itu bikinan jaman bahuela, banyak sekali yang
mengunakan ejaan lama) itu masuk dalam keluarga polo pendhem,
Sukun termasuk buah dari keluarga polo gemandhul. Selain
Sukun, buah gemandhul yang dipakai merek rokok adalah Jambu
Bol. Jambu ya jambu. Tetapi menyebut bol, itu adalah
(maaf) bagian dari dubur kita. Jadi, jambu bol adalah buah jambu yang
mirip (maaf lagi) bol.
Tetapi, untuk rokok, kalau sebuah merek
mampu eksis selama dua belas tahun baru dianggap berhasil. Dan dalam
kategori ini, tentu Djarum termasuk didalamnya. Tetapi,
lihatlah, apa istimewanya alat menjahit (baca: jarum) sehingga
dijadikan merek. Seperti halnya Suket Teki, Oepet, Retjo Pentung,
Grendel atau bahkan Gudang Garam sekalipun. Namun, untuk
makna filosisnya tentu bisa dicari-carikan kemudian.
Belakangan, ketika banyak sekali home
industry juga bikin rokok, makin banyaklah merek yang beredar di
pasaran. Tetapi, sudah tidak sesepele merek rokok kawakan yang
terbukti mampu bertahan hingga sekarang. (Ingat, Gudang Garam
sudah berumur lebih setengah abad, dan Sampoerna, lewat si legendaris
Dji Sam Soe, sudah berumur 99 tahun!) merek rokok sekarang
terkesan lebih modern dan kebarat-baratan. Sebutlah misalnya, Neo,
Geo, Wild dan bejibun merek lainnya.
Selain itu, entah meniru 234
(Dji Sam Soe) atau apa, ada beberapa yang memakai angka
sebagai mereknya. Sebutlah misalnya, 369 (Sam Liok Kioe) atau
Galan (999). Dulu, juga ada rokok yang berbungkus perpaduan
warna merah-putih. Namanya Patma (perpaduan antara angka 4 dan 5).
Kalau mau, tentulah ada banyak merek
lain yang bisa iseng-iseng kita omongkan. Tidak sebatas rokok, teh
atau kopi. Dan, branding (untuk barang atau juga jasa), entah yang dibikin lewat riset
mendalam atau yang memakai cara lain (semadi dan bertapa, misalnya.
Ada gak ya?), adalah penting untuk membuat differensiasi produk.
Tetapi untuk sukses dan merajai pasaran, tentu ada hal lain yang tak
kalah perlu. Salah satu 'striker' andalannya adalah para marketer di
lapangan.
Bagaimana menurut sampeyan? ****
Branding ternyata memang tidak bisa dianggap sepele ya mas. Eeehm aku mau bikin branding ah buat diriku, buat self branding yang sekarang lagi ngetrend :)
BalasHapusDan, konon, menulis adalah self branding yang paling gampang. Bagaimana? Setujukah?
Hapus