Jumat, 15 Juni 2012

Mereka-reka Merek

KALAU tidak salah ingat, saya pernah membaca bahwa Kopiko, permen kopi yang mendaku dirinya sebagai yang nomor satu di dunia itu, awalnya akan dinamai Kopi-kopi. Tetapi, karena dirasa terlalu panjang, maka dipersingkat saja menjadi Kopiko. (Persis si Kuku Bima yang awalnya akan dinamakan Kuku Pancanaka.) Dan, sukses. Ini bisa dilihat dari para pengekornya (Ingat, Kino dalam tagline iklannya bilang, “Yang itu (mungkin yang dimaksud Kopiko) kuno, ini Kino.” Dan, dalam balapan bisnis permen kopi, sepertinya benar pengakuan si Kopiko; ia masih yang nomor satu. Walau lawan masih terus saja bermunculan. Belakangan, si Jelas Lebih Enak (baca: Kopi Kapal Api), turut pula meramaikan bisnis permen rasa kopi ini.

Ada banyak merek lain yang senasib sebenarnya. Sosro, salah satunya. Sebagai ahlinya teh, ketika dipandang masih tampil sorangan wae, muncullah para kompetitor dari pabrikan lain. Tetapi, sebagai pelopor teh botol (sampai-sampai ia menjadi seperti nama alias, persis seperti Aqua untuk segala merek air minum dalam kemasan), ia tetaplah ahlinya.

Hal yang juga saya perhatikan, entah menyadari tak kuat menyaingi si Sosro atau apa, ada pabrikan minuman serbuk dalam sachet dengan rasa teh, memilih nama Sisri untuk merek produknya. Padahal, (maaf, ini hanya pemahaman sempit saya), untuk bahasa Jawa, derajat I itu lebih kecil ketimbang O. (Contoh, mentil itu kecil, menthul itu agak besar dan mentol adalah yang lebih besar.)

Kalau ditanya apa pasangan terbaik minum kopi (atau sekadar ngemut permen kopi)? Tentu jawabnya merokok. Bahkan, dengan nada berseloroh, dalam status FBnya, seorang teman menulis begini,”Peringatan pemerintah, merokok dapat menyebabkan ngopi.” Begitulah, kopi dan rokok adalah pasangan yang serasi dari dulu hingga kini.

Dan untuk merek rokok, seringkali saya dapati berasal dari nama-nama yang sepele saja. Ingat saya, dulu ketika masih merokok, saya senang sekali menghisap yang merek Bentoel. Ini, kalau sampeyan tahu, adalah sejenis talas yang banyak sekali saya temui di kampung saya. Dan rupanya, para pembikin rokok, senang sekali menamai produk dengan menggunakan nama buah. Selain Bentoel, bisa kita temui Sukun. Kalau bentoel (karena merek-merek itu bikinan jaman bahuela, banyak sekali yang mengunakan ejaan lama) itu masuk dalam keluarga polo pendhem, Sukun termasuk buah dari keluarga polo gemandhul. Selain Sukun, buah gemandhul yang dipakai merek rokok adalah Jambu Bol. Jambu ya jambu. Tetapi menyebut bol, itu adalah (maaf) bagian dari dubur kita. Jadi, jambu bol adalah buah jambu yang mirip (maaf lagi) bol.

Tetapi, untuk rokok, kalau sebuah merek mampu eksis selama dua belas tahun baru dianggap berhasil. Dan dalam kategori ini, tentu Djarum termasuk didalamnya. Tetapi, lihatlah, apa istimewanya alat menjahit (baca: jarum) sehingga dijadikan merek. Seperti halnya Suket Teki, Oepet, Retjo Pentung, Grendel atau bahkan Gudang Garam sekalipun. Namun, untuk makna filosisnya tentu bisa dicari-carikan kemudian.

Belakangan, ketika banyak sekali home industry juga bikin rokok, makin banyaklah merek yang beredar di pasaran. Tetapi, sudah tidak sesepele merek rokok kawakan yang terbukti mampu bertahan hingga sekarang. (Ingat, Gudang Garam sudah berumur lebih setengah abad, dan Sampoerna, lewat si legendaris Dji Sam Soe, sudah berumur 99 tahun!) merek rokok sekarang terkesan lebih modern dan kebarat-baratan. Sebutlah misalnya, Neo, Geo, Wild dan bejibun merek lainnya.

Selain itu, entah meniru 234 (Dji Sam Soe) atau apa, ada beberapa yang memakai angka sebagai mereknya. Sebutlah misalnya, 369 (Sam Liok Kioe) atau Galan (999). Dulu, juga ada rokok yang berbungkus perpaduan warna merah-putih. Namanya Patma (perpaduan antara angka 4 dan 5).

Kalau mau, tentulah ada banyak merek lain yang bisa iseng-iseng kita omongkan. Tidak sebatas rokok, teh atau kopi. Dan, branding (untuk barang atau juga jasa), entah yang dibikin lewat riset mendalam atau yang memakai cara lain (semadi dan bertapa, misalnya. Ada gak ya?), adalah penting untuk membuat differensiasi produk. Tetapi untuk sukses dan merajai pasaran, tentu ada hal lain yang tak kalah perlu. Salah satu 'striker' andalannya adalah para marketer di lapangan.

Bagaimana menurut sampeyan? ****


2 komentar:

  1. Branding ternyata memang tidak bisa dianggap sepele ya mas. Eeehm aku mau bikin branding ah buat diriku, buat self branding yang sekarang lagi ngetrend :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan, konon, menulis adalah self branding yang paling gampang. Bagaimana? Setujukah?

      Hapus