MENYANYI adalah sesuatu yang
sangat jarang sekali saya lakukan. Ini karena karakter suara saya
yang sangat tidak layak dengar. Lebih-lebih lagi untuk lagu
melankolis macam Tak Bisa Ke Lain Hati- nya Katon Bagaskara.
Tetapi demi tulisan ini saya akan menyanyi. Terlebih tulisan ini saya
bikin untuk tim jagoan saya di Euro 2012. Tetapi sampeyan
salah kalau menyangka saya akan menyanyikan God Save the Queen,
lagu kebangsaan Inggris itu.
Istilah ini akan terdengar beda-beda
tipis saja. Kalau timnas Inggris berjuluk The Three Lions,
lagu yang akan saya nyanyikan ini populer lewat auman Trio Macan.
(Bukankah macan dan singa masih satu keluarga?) Begini lagunya;
iwak peyek, iwak peyek campur
sosis
sampek tuwek, sampek elek tetep njago Inggris....
sampek tuwek, sampek elek tetep njago Inggris....
Jujur, sekalipun
saya suka sepakbola, kesukakaan saya dalam status yang sedang-sedang
saja. Tidak sampai menggilainya dalam taraf yang nyaris nggilani.
Dan dalam mencintai sepakbola itu, sejak dulu saya suka Inggris.
Kenapa?
Sejauh ini, menurut
saya, Inggris adalah kiblat sepak bola dunia. Nyaris semua pemaian
top dunia saat ini sedang (pernah) atau ingin merumput di negeri ratu
Elizabeth ini. Bukti lainnya adalah, pada gelaran Euro 2012 di
Polandia dan Ukraina ini, 74 dari 368 pemain yang terdaftar adalah
para pesepakbola yang berlaga di Liga Inggris. Ini, kalau dihitung
lagi, adalah 20%. Bandingkan, coba, dengan mereka yang merumput di La
Liga Spanyol yang cuma 9%. Penyumbang pemain yang lumayan adalah dari
Bundes Liga (13%). Sementara hanya 8% saja pemain yang berasal dari
Serie A Italia.
Setelah empat tahun
lalu Inggris yang hanya butuh hasil seri, secara memalukan malah
kalah dari Kroasia (2-3) di stadion kebanggaan sendiri diWembly,
London. Petaka itu pula yang membuatnya harus tidak ikut berlaga di
putaran final Euro 2008 Austria-Swiss. Sekarang saatnya Gerard dkk.
menjahit luka itu. Lupakan masa itu. Lupakan gol lucu ketika Gerry
Neville memberi umpan tarik kepada kiper Paul Robinson agar ia
menendang bola jauh kedepan. Tetapi, ajaib, ketika bola umpan pelan
itu ditendang kaki kanan Robinson dengan keras, si kulit bundar malah
meloncat karena permukaan lapangan yang nggronjal, seolah
menghindar dari hajaran kaki kiper timnas Ingris kala itu. Dan, bola
terus saja nggelundung masuk gawang. Own goal!
Ketika ditanya
kenapa saya mecintai timnas Inggris, sebenarnya saya ingin
menjawabnya dengan analisa yang sampai membuat mulut saya
berbuih-buih. Tetapi sebagai pecinta bola yang alak-athung,
tentu saya tak punya bahan memadai laiknya para komentator di
televisi.
Tetapi begini saja;
cinta itu (entah kepada sepakbola, basket, F1, kucing, batu akik, ayam atau
bahkan istri), kadang-kadang akan agak sukar diterangkan. Misalnya,
saya sangat mencintai istri saya walau --menurut orang lain-- ia tidak secantik Ashanty.
Tetapi, kalaulah dibandingkan, bagi saya, tentu istri saya lebih 'sesuatu'
ketimbang Syahrini.
Dalam sepak bola
pun berlaku 'cinta buta' macam itu. Saya punya seorang teman, yang
sekalipun Belanda nasibnya sudah diujung tanduk dan sudah boleh
nyicil berkemas-kemas isi koper untuk bersiap pulang, tetap
saja tak melunturkan cintanya dari si Oranye. Begitu pula saya. Di
liga Inggris, walau MU selalu sebagai setan merah yang senantiasa
main kesetanan, atau si Manchester City (tanpa Nurhaleza) belakangan
tampil sebagai raksasa, cinta saya tetap kepada The Red,
Liverpool.
Salah satu yang
membuat saya menjagokan Inggris, ya karena dalam Euro kali ini, ada 6
pemain Liverpool yang dibawa coach Roy Hudgson. Ada Andy
Carroll, Glen Jonhson, Steward Downing, Johan Handerson, Martin
Kelly, dan dengan Steven Gerrard sebagai kapten timnas, lengkap
sudah.
Saya tidak percaya
ramalan-ramalan. Terlebih yang dilakukan oleh hewan. Biarlah si
Nicholas, seekor Llama (hewan berkaki empat yang wajahnya mirip kuda tetapi tidak setinggi itu) disebuah peternakan memprediksi Inggris akan
keluar sebagai jawara pada Euro kali ini. Saya tak terpengaruh itu. Saya
–dengan adanya ramalan itu atau tidak,-- tetap satu kata; yakin
Inggris juara!
Kalau keyakinan
saya ini tidak terbukti juga tidak apa-apa. Sebagaimana seorang teman
yang tetap jatuh hati kepada kesebelasan 'kompeni' Belanda, saya pun
tak bisa ke lain hati dari si Three Lions. Terlebih, sebagian
besar penggawanya berasal dari tim kesayangan saya; Liverpool.
Karenanya, kalaulah
nasib mengharuskan Inggris menunda lagi untuk mengangkat trophy
supremasi penguasa sepakbola tertinggi di benua biru kali ini, saya
tetap akan menyanyi. Bukan lagu 'kebangsaan' Liverpool, You'll
Never Walk Alone. Bukan. Tetapi tetap saja mars iwak peyek.
Begini;
iwak peyek, iwak peyek sego tiwul
sampek tuwek,
sampek elek ndukung Liverpool.... *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar