Sabtu, 16 Juni 2012

'Iwak Peyek' untuk The Three Lions

MENYANYI adalah sesuatu yang sangat jarang sekali saya lakukan. Ini karena karakter suara saya yang sangat tidak layak dengar. Lebih-lebih lagi untuk lagu melankolis macam Tak Bisa Ke Lain Hati- nya Katon Bagaskara. Tetapi demi tulisan ini saya akan menyanyi. Terlebih tulisan ini saya bikin untuk tim jagoan saya di Euro 2012. Tetapi sampeyan salah kalau menyangka saya akan menyanyikan God Save the Queen, lagu kebangsaan Inggris itu.

Istilah ini akan terdengar beda-beda tipis saja. Kalau timnas Inggris berjuluk The Three Lions, lagu yang akan saya nyanyikan ini populer lewat auman Trio Macan. (Bukankah macan dan singa masih satu keluarga?) Begini lagunya;

iwak peyek, iwak peyek campur sosis
sampek tuwek, sampek elek tetep njago Inggris....

Jujur, sekalipun saya suka sepakbola, kesukakaan saya dalam status yang sedang-sedang saja. Tidak sampai menggilainya dalam taraf yang nyaris nggilani. Dan dalam mencintai sepakbola itu, sejak dulu saya suka Inggris. Kenapa?

Sejauh ini, menurut saya, Inggris adalah kiblat sepak bola dunia. Nyaris semua pemaian top dunia saat ini sedang (pernah) atau ingin merumput di negeri ratu Elizabeth ini. Bukti lainnya adalah, pada gelaran Euro 2012 di Polandia dan Ukraina ini, 74 dari 368 pemain yang terdaftar adalah para pesepakbola yang berlaga di Liga Inggris. Ini, kalau dihitung lagi, adalah 20%. Bandingkan, coba, dengan mereka yang merumput di La Liga Spanyol yang cuma 9%. Penyumbang pemain yang lumayan adalah dari Bundes Liga (13%). Sementara hanya 8% saja pemain yang berasal dari Serie A Italia.

Setelah empat tahun lalu Inggris yang hanya butuh hasil seri, secara memalukan malah kalah dari Kroasia (2-3) di stadion kebanggaan sendiri diWembly, London. Petaka itu pula yang membuatnya harus tidak ikut berlaga di putaran final Euro 2008 Austria-Swiss. Sekarang saatnya Gerard dkk. menjahit luka itu. Lupakan masa itu. Lupakan gol lucu ketika Gerry Neville memberi umpan tarik kepada kiper Paul Robinson agar ia menendang bola jauh kedepan. Tetapi, ajaib, ketika bola umpan pelan itu ditendang kaki kanan Robinson dengan keras, si kulit bundar malah meloncat karena permukaan lapangan yang nggronjal, seolah menghindar dari hajaran kaki kiper timnas Ingris kala itu. Dan, bola terus saja nggelundung masuk gawang. Own goal!

Ketika ditanya kenapa saya mecintai timnas Inggris, sebenarnya saya ingin menjawabnya dengan analisa yang sampai membuat mulut saya berbuih-buih. Tetapi sebagai pecinta bola yang alak-athung, tentu saya tak punya bahan memadai laiknya para komentator di televisi.

Tetapi begini saja; cinta itu (entah kepada sepakbola, basket, F1, kucing, batu akik, ayam atau bahkan istri), kadang-kadang akan agak sukar diterangkan. Misalnya, saya sangat mencintai istri saya walau --menurut orang lain-- ia tidak secantik Ashanty. Tetapi, kalaulah dibandingkan, bagi saya, tentu istri saya lebih 'sesuatu' ketimbang Syahrini.

Dalam sepak bola pun berlaku 'cinta buta' macam itu. Saya punya seorang teman, yang sekalipun Belanda nasibnya sudah diujung tanduk dan sudah boleh nyicil berkemas-kemas isi koper untuk bersiap pulang, tetap saja tak melunturkan cintanya dari si Oranye. Begitu pula saya. Di liga Inggris, walau MU selalu sebagai setan merah yang senantiasa main kesetanan, atau si Manchester City (tanpa Nurhaleza) belakangan tampil sebagai raksasa, cinta saya tetap kepada The Red, Liverpool.

Salah satu yang membuat saya menjagokan Inggris, ya karena dalam Euro kali ini, ada 6 pemain Liverpool yang dibawa coach Roy Hudgson. Ada Andy Carroll, Glen Jonhson, Steward Downing, Johan Handerson, Martin Kelly, dan dengan Steven Gerrard sebagai kapten timnas, lengkap sudah.

Saya tidak percaya ramalan-ramalan. Terlebih yang dilakukan oleh hewan. Biarlah si Nicholas, seekor Llama (hewan berkaki empat yang wajahnya mirip kuda tetapi tidak setinggi itu) disebuah peternakan memprediksi Inggris akan keluar sebagai jawara pada Euro kali ini. Saya tak terpengaruh itu. Saya –dengan adanya ramalan itu atau tidak,-- tetap satu kata; yakin Inggris juara!

Kalau keyakinan saya ini tidak terbukti juga tidak apa-apa. Sebagaimana seorang teman yang tetap jatuh hati kepada kesebelasan 'kompeni' Belanda, saya pun tak bisa ke lain hati dari si Three Lions. Terlebih, sebagian besar penggawanya berasal dari tim kesayangan saya; Liverpool.

Karenanya, kalaulah nasib mengharuskan Inggris menunda lagi untuk mengangkat trophy supremasi penguasa sepakbola tertinggi di benua biru kali ini, saya tetap akan menyanyi. Bukan lagu 'kebangsaan' Liverpool, You'll Never Walk Alone. Bukan. Tetapi tetap saja mars iwak peyek. Begini;

iwak peyek, iwak peyek sego tiwul
sampek tuwek, sampek elek ndukung Liverpool.... *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar