Rabu, 27 Juni 2012

Angkot yang Kolot

SUDAH berangkatnya kesiangan, jalanan macet pula. Lengkap sudah. Risikonya yang pasti, menjadi terlambat tiba di tempat kerja.

Walaupun sudah main gas pol-rem pol (ngebut, maksudnya), tetapi kalau palang pintu kereta sedang turun dan sirinenya meraung-raung disusul suara ala Maria Untu yang mengingatkan setiap pengendara harus mendahulukan perjalanan kereta api, mau apa coba? Nekat, dengan menerobos palang perlintasan KA? Lhadalah, nasi goreng masih enak, Cak....

Dan setiap berangkat atau pulang kerja, palang pintu KA yang harus saya lewati ada dua; satu di dekat Giant Margorejo (kalau lagi lewat Panjangjiwo, palang KA ada di dekat perempatan Jagir) dan satu lagi di dekat RSI Wonokromo. Kalau nasib lagi apes, pas menjelang dua perlintasan itu kami mesti berhenti beberapa menit mendahulukan si kereta api. Tetapi, kemarin lusa, sekalipun tidak sedang ada kereta lewat, jalan depan RSI itu macetnya luar biasa. Bukan hanya yang dari arah Sidoarjo yang masuk kota Surabaya. Tetapi juga yang yang dari arah Ngagel belok kanan via bawah layang Mayangkara, sementara dilarang. Dan kelompok pengendara ini harus mengambil jalur lurus ke selatan untuk putar balik di U turn Margorejo Indah. Lumayan jauh, sekaligus lumayan panjang macetnya. Penyebabnya adalah, karena pihak KA sedang meninggikan beberapa centi rel yang melintang di jalan padat itu.

Syukurlah, pagi tadi perbaikan rel sudah selesai. Bekas galian kanan-kiri rel juga sudah diaspal rapi. Ini tentu melengkapi kelegaan saya karena dua palang pintu yang saya lewati semua sedang menganga lebar. Pun, rupanya lampu merah sedang tidak mau melotot ketika saya melintas. Sehingga, sekalipun saya berangkat agak kesiangan, saya berharap sampai kantor masih belum telat.

Rupanya doa saya tidak sepenuhnya terkabul. Selepas rel KA di depan RSI, kendaran merambat. Pikir saya, mungkin sedang ada kecelakaan. Makin mendekati terminal Joyoboyo, makin padat. Sambil berhenti dan berdiri, saya melongok jauh kedepan, clear; tidak ada laka-lantas.

Tetapi, di atas jalan yang dibawahnya melintas aliran sungai (kalau diukur, barangkali berjarak sekitar lima puluh meter dari terminal Joyoboyo), ada angkot yang rupanya sedang melanggar peraturan. Karena, setahu saya, di lokasi itu tidak dibolehkan menaik-turunkan penumpang. Namun angkot berjenis Suzuki Carry itu tak peduli. Toh, saya lihat, sedang tidak ada polisi di situ.

Yang saya tak habis pikir, tiga orang itu (saya curiga satu diantaranya adalah si sopir angkot) sedang memasukkan sebuah sepeda motor berjenis laki-laki (sepertinya bermerk Honda dari species Mega Pro) ke dalam angkot yang sedang kosong itu. Saya lihat, separuh tubuh motor itu sudah masuk lambung si Carry, tetapi setengah badan sisanya, tampak kesulitan turut dimasukkan. Tentu mereka sedang tidak membuat atraksi untuk memecahkan rekor sehingga bisa tercatat di Muri. Namun, dengan melakukan itu, sepertinya mereka sedang dalam keadaan terpaksa. Misalnya, motor itu mogok jadi terpaksa diangkut angkot. Bagi si sopir, terpaksa mau karena harganya cocok, sementara penumpang berjenis orang sedang sepi.

Karena terjebak macet yang diakibatkan kejadian konyol itu, sesampainya di tempat finger print absensi,. saya menyesal karena mendapati terlambat masuk kerja sekian menit. Yang juga agak saya sesali, saya tidak mengingat-ingat nopol angkot dan motor itu. Sesal berikutnya adalah, pagi ini saya sedang tidak membawa kamera, sehingga adegan angkot mengangkut motor itu tidak bisa saya tunjukkan kepada sampeyan. *****


1 komentar:

  1. sayang sekali gak bawa kamera, mas. jadi gak bisa melihat adegan motor nunggang angkot.

    BalasHapus