Selasa, 27 September 2011

SMS Tengah Malam

SUDAH menjadi kebiasaan saya kalau akan tidur, ponsel saya, si tua N1100, selalu saya bisukan dulu. Dengan hidup tetapi tidak bersuara begitu, saya terbebas dari terjaga tengah malam hanya gara-gara sebuah SMS tak penting yang masuk tak tahu waktu. Misalnya SMS pemberitahuan hadiah dari nomor asing, atau pesan dari mama yang kehabisan pulsa. Yang semua itu tentu sebagai SMS tipuan semata. Saya berlaku setega itu karena saya termasuk orang yang susah tidur lagi apabila sempat terjaga beberapa saat saja ditengah malam.

Kalau ada SMS yang sangat penting dan sungguhan bagaimana? Ah, syukurlah. Belum pernah saya dapati yang begitu itu. Dan ketika jam 4 subuh saya 'hidupkan' lagi, yang sering nongol justru SMS main-main saja.

Satu lagi, banyak teman yang salah sangka. Dikiranya si tua N1100 saya ini sudah bisa menerima kiriman gambar. Padahal belum. Sekarang saja, di kotak masuk ada saya dapati lima pesan masuk dari nomor 543 dengan nomor pusat pesan +62816124. Isi pesannya; tidak bisa menampilkan pesan.

Jam empat pagi tadi, seperti biasa saya menormalkan ponsel saya. Saya dapati ada dua pesan masuk. Yang satu dari 543 yang jelas tak bisa tampil di ponsel saya, yang satunya lagi pesan teks yang tentu bisa saya baca. Pengirimnya?
Yang 543 tentu tak saya kenal. Tetapi yang pesan berupa teks, ada nomor pengirimnya; +628151520xxxx. Tetapi ia adalah nomor yang belum masuk dalam memori ponsel saya. Isi pesan yang dikirim tepat tengah malam itu bunyinya begini;

Seorang karyawan datang menghadap atasannya.
"Kali ini bapak harus menaikkan gaji saya," kata karyawan dengan serius.
"Apa alasannya sehingga aku harus menaikkan gajimu?" si atasan bertanya.
"Perlu bapak ketahui, sekarang ini ada beberapa perusahaan besar dan bonafit yang sedang mengejar saya," jawab si karyawan dengan PD.
Si atasan terdiam sejenak. Dalam hati ia berpikir, karyawannya ini selama bekerja disini prestasinya biasa-biasa saja. Kok bisa sampai ada perusahaan lain yang 'kepincut' bagaimana ceritanya. Tetapi, sebagai atasan tentu ia harus menahan diri. Harus menjaga wibawa. Jangan-jangan si karyawan ini sedang 'bersandiwara'. Agar tuntutannya untuk kenaikan gaji bisa segera dipenuhi.
"Baguslah kalau begitu," kata si atasan kemudian. "Tetapi kalau boleh tahu, perusahaan apa saja yang mengejarmu?"
"Ada Citi Bank, ada Adira, WOM, ada bank Mandiri, ada PLN, PDAM, ada..."
"Stop, stop. Sebanyak itu?!" tanya si bos heran. "Kok bisa?!"
"Saya sudah nunggak beberapa bulan, pak..."


(NB: agar enak dibaca, SMS dari entah siapa itu saya edit sedemikian rupa.)


3 komentar:

  1. Anda tertawa tidak membaca SMS ini Cak Edi? Menurut Anda, apakah si pengirim juga mengarang sendiri SMS ini atau SMS harus forward dari temannya?

    BalasHapus
  2. *Komentar Anda akan terlihat setelah disetujui*

    BalasHapus
  3. Karena pesan itu saya baca sesaat setelah baca doa bangun tidur, saya belum bisa tertawa. Tetapi, ketika ia saya kunyah sambil sarapan pagi, baru saya tergerak untuk sedikit menertawainya.
    Tentang apakan SMS itu orisinil atau hanya sekadar forward-an saja, saya tidak tahu. Setak tahu saya tentang si pengirimnya. Karena ketika saya hubungi balik (pakai SMS juga), tak ada balasan.

    BalasHapus