Selasa, 16 April 2013

(Masih) Mahalnya Harga DVB-T2


BELUM memadainya pengetahuan masyarakat umum bahwa pada 2018 semua saluran televisi di Indonesia harus sudah bermigrasi ke kanal digital, adalah indikasi minimnya sosialisasi akan hal tersebut. Juga, kok saya belum pernah melihat pemberitahuan –semacam running text—sebuah stasiun televisi (saya ambil contoh kasus di Surabaya ini) yang mengumumkan kepada khalayak pemirsa bahwa stasiunnya sudah bersiaran secara simulcast; ya analog, ya digital. 

Sehingga, hanya kalangan tertentu saja yang mengetahui bahwa di kota ini beberapa stasiun televisi  telah menjajal kanal digital. Maka saya tidaklah heran ketika seorang teman menganggap dengan hanya menggunakan antena UHF digital (yang kini ramai dijual di toko-toko elektronika) ia merasa telah akan bisa menangkap siaran televisi digital. Tentu saja ia keliru. Karena saya tahu, pesawat televisinya hanya televisi tabung biasa seperti punya saya. Jangankan yang masih tabung begitu, yang sudah berlayar LCD atau LED saja belum tentu telah tertanam perangkat DVB-T2 di dalamnya kok.

Padahal perangkat itu harus ada agar bisa menangkap siaran televisi digital. Masalahnya adalah, alat set top box itu sekarang ini masih agak sulit didapat di pasaran. Kalaulah ada, biasanya lewat transaksi online, harganya masih terlalu mahal. Kisarannya masih antara 350 ribu sampai 650 ribu rupiah!

Memang, hanya dengan alat inilah kita bisa menangkap siaran televisi digital pada pesawat televisi kita yang masih berteknologi analog. Dengan alat itu suara dan gambar akan tampak lebih cling, lebih bening. Namun bila Sampeyan bermukim di wilayah yang selama ini sinyal televisi analog bisa dinikmati dengan kualitas gambar yang sempurna, sepertinya tidak ada alasan yang mendesak untuk segera memiliki DVB-T2. Harga barang itu masih teramat mahal untuk menonton siaran yang salurannya belum sebanyak televisi analog. Sekali lagi saya ambil contoh di kota ini; dengan menggunakan DVB-T2, kita bisa menangkap siaran stasiun televisi di Surabaya yang sudah memancar secara digital. Yaitu; TVRI-1, TVRI-2, TVRI-3 ( sayang sekali ketiganya sering menayangkan program yang sama, dan masih menggunakan teknologi DVB-T1), RCTI, MNCTV, GlobalTV, MetroTV, BBS, TransTV, Trans7, TVOne, ANTV dan KompasTV saja. Sementara, sekalipun sebagai salah satu pemenang lelang kanal digital zona 7 (Jatim), SCTV (termasuk Indosiar sebagai salah satu grupnya) masih belum nampak batang sinyalnya.

Lain halnya ketika tempat tinggal Sampeyan berjarak agak jauh dari antena pemancar televisi, dengan DVB-T2 itu, kemungkinan akan Anda dapatkan kualitas gambar yang lebih jelas. Namun dengan kisaran harga yang masih setinggi itu, plus belum semua stasiun televisi bersiaran secara digital, menurut saya, kok menahan diri dulu untuk tidak buru-buru membeli adalah pilihan yang masuk akal.

Akan berbeda ketika nanti siaran televisi analog sudah benar-benar di-switch off, maka mau tidak mau kita harus melengkapi pesawat televisi dengan set top box DVB-T2 ini. Tetapi saat itu masih sekian tahun lagi. Secara nasional masih lima tahun lagi, tetapi untuk zona 7 Jawa Timur ini, analog switch off (ASO) akan dilaksanakan akhir tahun 2015.

Saat itu, ketika semua televisi sudah harus bersiaran secara digital, bisa jadi harga DVB-T2 tidak segila kini. Mungkin akan berharga separuhnya saja dari harga sekarang. Lumayan kan? Lebih lumayan lagi kalau kita bernasib baik mendapatkan set top box yang akan dibagikan pemerintah secara gratis untuk pemirsa televisi golongan tertentu. *****

Catatan: seluruh tulisan di blog ini yang bertema televisi, telah saya bikinkan blog khusus bertema sama. Anda bisa berkunjung ke www.sisitelevisi.wordpress.com


14 komentar:

  1. stb msh mahal,nunggu pembagian dari pemerintah aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, pendapat Mas Aris sungguh tidak keliru. Tetapi, masalahnya adalah, dengar-dengar Depkominfo 'hanya' mengajukan anggaran sebesar 300 miliar untuk pengadaan set top box DVB-T2 ini. Dengan dana sebesar itu, hanya akan tersedia perangkat STB sejumlah 1 juta unit. Nah, jumlah itu tentu hanya sedikit sekali dibanding total pemilik televisi di Indonesia. Jadi, pada akhirnya, mau tidak mau, sebagian besar pemilik telivisi yang tidak mendapatkan STB secara gratisan, harus membeli dengan dana sendiri.




      Hapus
  2. harusnya stasiun televisi di indonesia sudah siaran dengan sinyal digital untuk menyambut pemilu 2014, agar para calon dan partai lebih bisa terlihat secara "3D atau lebih realistis", LoL..

    BalasHapus
  3. Biar dapat DVBT2 gratis dari partai maksudnya

    BalasHapus
  4. terima kasih infonya...bang, mohon izin share...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke. Terima kasih juga Anda sudah berkenan mampir ke kedai saya ini. Salam dari Surabaya.

      Hapus
  5. DVB-T2 sudah ada di TV LED SHARP yang baru saja launching,.

    BalasHapus
  6. Oke, terima kasih informasinya. Ohya, dengan pesawat televisi itu, di daerah Anda sudah berapa stasiun TV yang mengudara di kanal digital terrestrial?

    BalasHapus
  7. iya booss.mumpung musim pemilu..kita minta aja ma caleg..siapa tau dapet STB gratiss..hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan dicoba minta, Mas Ilham. Hehe... :) Tetapi dengan harga set top box DVB-T2 yang masih terbilang mahal, sepertinya para caleg masih lebih senang berbagi kaos sepertinya.

      Hapus
  8. memeng masih mahal broooow.........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau dibanding-bandingkan masih murahan DVB-S yang di pasaran banyak yang harganya di bawah 300ribuan.

      Hapus