BEGITU nyeruput
kopi yang dihidangkan Kang Karib, Mas Bendo langsung nyengir, “Kok pahitnya
nyelekit, Kang?” tanyanya sambil melet-melet.
Kang Karib hanya tersenyum ngembang tebu, nggleges.
Foto: Liputan6.com |
“Curiga opo to, nDo?”
Setelah tolah-toleh ke kiri dan ke kanan memastikan tiada
orang yang akan ikut mendengarkan, Mas Bendo berbisik, “Sampeyan apa tunggal guru dengan Eyang Subur?”
Mak jenggerat Kang
Karib njingkat. “Eyang Subur? Eyang
Subur siapa, nDo?!”
“Hallah, jangan sok
tidak tahu, Kang,” tukas Mas Bendo. “Kopi ini buktinya...”
“Sik, sik, nDo,” Kang Karib ingin menetralisir keadaan. “Kopi
kok ikut dibawa-bawa sebagai bukti itu piye
to?”
Sungguh, tidak seperti Mas Bendo, Kang Karib ini memang
tidak pernah babar-blas mengintip tayangan infotainment yang hari-hari
belakangan ini tiada yang tidak memberitakan tentang perseteruan antara Adi
Bing Slamet dan Eyang Subur. Ada yang mendukung Adi, namun tidak sedikit yang
berdiri di belakang Eyang Subur. Pendek kata, para pihak yang berseberangan itu
saling saur-manuk meyakini yang
mereka anggap benar.
Adi menganggap Eyang Subur mempunyai ajaran dan perilaku menyimpang,
sementara pihak yang membela Eyang Subur bilang Adi hanya mengumbar fitnah.
Sebenarnya, hal itu sangat tidak bermutu untuk dijadikan topik yang ditonton
orang banyak. Tetapi, sebagai wadah ghibah,
ya memang begitu itu watak infotainment. Semakin meruncing konflik yang melibatkan
selebritas, semakin senang pula infotainment memberitakannya. Hal itu
diperparah oleh kesenangan penonton televisi menyaksikannya. Klop sudah.
“Lha tentang kopi pahit itu piye, Ndo?”
“Itu sebagai salah satu ritual yang harus dipatuhi setiap
tamunya Eyang Subur, Kang.” Mas Bendo menjelaskan.
“Edan, kamu,” sembur Kang Karib. “Lha wong aku memang sedang
tidak punya gula kok dibilang menganut ritualnya Eyang Subur.”
Mas Bendo nyengenges.
“Begitulah, nDo,” Kang Karib berkata. “Zaman memang telah
canggih, tetapi perilaku macam itu masih saja ada. Lihatlah iklan-iklan di koran-koran
kuning, yang orang bisa menyembuhkan segala penyakit tanpa operasilah, yang bisa
memperbesar dan memperpanjang si anu-lah, yang bisa menambah aura kecantikanlah,
yang bisa memperlancar rezekilah, yang bisa mempercepat kenaikan pangkatlah, yang
segala macam pokoknya. Dan, itu semua dilakukan lewat jalan yang tidak biasa,
yang supranatural.”
“Iya ya, Kang,” sahut Mas Bendo. “Malah para pasien mereka
itu, bukan hanya dari kalangan rakyat biasa yang tingkat pendidikannya tidak
seberapa. Ada pejabat, ada pengusaha, dan ada dari kalangan artis. Yang aku
juga heran, kenapa para orang terpelajar itu malah percaya kepada hal-hal klenik yang dipraktikkan oleh orang yang dengan
terang-terangan mengaku sebagai Ki Bujang Stupid, misalnya. Sungguh gak habis pikir
aku, Kang,” Mas Bendo geleng-geleng kepala.
“Makanya, nDo, kita ini jangan sampai kecebur kepada hal-hal yang menjurus kufur.” *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar