SAYA sempat punya kendaraan resmi untuk segala aktifitas. Ia adalah seekor bebek dari spesies Honda. Dalam dokumen resmi, tertera di aktenya, ia lahir tahun 1997. Dengan nama lengkap Astrea Grand Impressa. Ini data resmi. Walau segala keresmian itu tidak saya dukung dengan membawanya secara berkala ke bengkel resmi. Tetapi mengajaknya selalu berkunjung ke sebuah bengkel di seberang Taman Flora Surabaya yang tempo hari saya tamasyai (Klik disini). Bengkel Libra namanya. Alasan utama saya adalah; karena saya punya teman yang bekerja sebagai salah satu mekanik di situ. Tentu ia adalah karyawan resmi.
Agak pagi saya ke sana. Tujuannya agar si Astrea saya segala ditangani. Saya tidak ingin didahulukan hanya karena sebagai teman. Tapi memang karena saya datang lebih awal. Maklum, hari Sabtu begitu biasanya bengkel selalu ramai. Benarlah adanya. Sekalipun saya datang pagi, tetap ada yang lebih pagi. Dan tetap saja saya dapat antri nomor kesekian.
Suara ngang-ngeng akibat gas ditarik kencang berbaur dengan asap kenalpot yang berkeliaran menari telanjang ke segala penjuru ruang. Bising. Tapi mau bagaimana lagi, si Astrea sudah waktunya 'pijat refleksi.' Sekalian sudah waktunya ganti oli.
Memandang beberapa teknisi dengan baju dan tangan berlumur oli, adalah sebuah kesegaran ketika datang seorang gadis berbaju merah membawa brosur promosi oli. Tubuh sintal langsing berbalut baju merah agak ketat, membuat saya tersanjung ketika ia mengambil duduk di dekat saya.
“Servis, pak?”
“Iya.”
“Ganti oli juga?”
“Iya.” jawaban saya tetep pendek, sependek roknya.
“Kebetulan, Pak. Kita lagi ada promosi oli. Ini oli bagus, Pak. Lagian kalau bapak pakai ini, dan bapak mengisi lembar undian, bapak berpeluang memenangi berbagai hadiah menarik.”
Sungguh saya telah tertarik. Tetapi pada tutur katanya yang lancar jaya. (Maklum SPG). Belum pada olinya. Karena saya termasuk orang yang susah pindah ke lain hati. Dan tetap lebih memilih yang ber-tagline 'kita untung bangsa untung'.
“Motor bapak yang mana sih?”
“Itu masih di luar, nunggu antrean,” saya menunjuk si bebek yang sedang duduk manis di depan bengkel.
“Oh, nggak apa-apa, pak. Sekalipun tua, pakai oli ini tenaga bisa seperti motor muda. Wusss,wuuss,wuss....Dan satu hal lagi, kemungkinan dapat hadiah sangat besar, Pak. Karena promo ini hanya untuk Surabaya dan Bandung. Beli ya, pak?” suara itu nyaris sebagai rengekan manja.
Dari yang tadinya seneng, akhirnya luntur. Karena setiap mata tertuju ke arah duduk kami. Pelan tapi pasti, saya jadi gak enak juga. Takut dikira tua-tua keladi.
“Bagaimana, Pak? Beli ya?” rayunya tanpa putus asa.
“Produk ini laris, mbak?” saya mengeluarkan jurus 'tolak bala.'
“Laris, Pak.”
“Wah, saya gak jadi beli kalau gitu.”
“Kenapa?!”
“Kalau produk ini gak laris, kemungkinan saya menang undian lebih besar. Lha kalau laris, saingan saya kan banyak. Peluang jadi kecil.” *****
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar