Rabu, 01 Juni 2011

Hidup Itu Bagai Sepasang Sepatu

"HIDUP itu bagai sepasang sepatu,"kang Karib berkata.
"Mosok to,kang? Yang sering aku dengar sih,hidup itu cuma sekadar mampir ngombe,cuma numpang minum.Lha kalau sampeyan bilang hidup bagai sepasang sepatu itu sampeyan dapat ilmu darimana?"sahut mas Bendo.
Kang Karib tertawa.
"Sampeyan itu piye to,kang.Kok malah ngguyu."
"Ya aku ini ngguyu kamu.Wong aku asal ngomong kok ditanggapi serius."
"Lhadalah.Semprul tenan sampeyan."
Kang Karib tertawa lagi.Kali ini tawanya serius sungguhan."Yo wis,nDo,kalau kamu mau aku serius,ya tak seriusi kamu.Piye?"
"Ya baguslah kalau gitu.Piye,piye?Penjelasannya bagaimana?"
"Begini,nDo.Kalau 'mampir ngombe' itu kan penggambaran betapa sebentarnya hidup ini.Ibaratnya,ya cuma sak sruputan saja.Makanya waktu harus jangan tersia-siakan.Harus bermakna.Harus memberi added value baik secara horizontal maupun vertikal."
Mas Bendo ndlahom."Lha hubungannya dengan persepatuan tadi piye?"
"Begini,"jawab kang Karib."Sepasang sepatu itu ada kanan,ada kiri."
"Ya jelas to,kang.Mosok dua-duanya kanan."
"Aku mau tanya sekarang;ukuran sepatumu berapa?"
"41,"jawab mas Bendo.
"Dua-duanya?"
"Ya tentu,kang.Mosok yang satu 39,lak sisian.Lak gak nyaman dikenakan."
"Ya itu penjelasannya.Hidup itu ya seperti itu.Ada kanan,ada kiri.Bukan sebagai pembeda.Tetapi jadikan ia sebagai penyedap rasa.Agar nyaman dikenakan."
"Aku kok belum mudheng to,kang?"
"Suami -istri itu layaknya sepasang sepatu,atasan-bawahan itu seperti sepasang sepatu,kamu dan tempat kerjamu itu bagai sepasang sepatu dst,dsb..."
"Kanan-kiri,atas-bawah tapi saling melengkapi.Begitu?"
"Tul."
"Saling mengerti fungsi dan tahu tempat diri.Begitu?"
"Tul."
"Tal-tul,tal-tul?!"mas Bendo sedikit anyel.
"Hahaha..."kang Karib tertawa."Sekarang kamu sudah mudheng kan maksudku.Memakai sepatu itu akan tidak terasa nyaman kalau ada sebiji kerikil didalam salah satunya.Apalagi di dua-duanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar