APA PUN pekerjaan kita, sepanjang itu
hal baik, tidak ada alasan untuk gengsi, Bos. Pernah saya mendengar orang
berkata; banyak sekali pengangguran yang saling berlomba untuk mendapatkan
pekerjaan, sementara, ironisnya, banyak pula orang yang sudah bekerja tetapi
di kantor ia suka sekali dengan sengaja 'menganggurkan diri'.
Sorry, Bos. Bukannya saya sok
menggurui, tidak. Lagian, tidak ada potongan saya menjadi seperti itu. Toh pekerjaan saya tidak elit-elit amat.
Cuma karyawan rendahan, yang setiap bulan, ketika baru memasuki tanggal ke
empat, jumlah gaji di dompet tinggal seperempat. Tapi saya enjoy-enjoy saja. Yang penting pekerjaan saya halal. Ceihhh....
Padahal
kalau dirunut, bukannya pamer nih, Ayah saya itu dulu pernah menjadi pejabat.
Mulai lurah, camat, bupati sampai gubernur pernah ia lakoni. Tetapi saya ya
tetep begini saja. Nggak pernah sok. Bukan
zamannya lagi pamer siapa orang tua kita, tetapi kita harus bisa menepuk dada;
inilah aku. Harus gitu, Bos.
Ohya, Ayah
saya itu bukan hanya pernah menjadi gubernur saja, bahkan Beliau juga sempat
menjadi Kompeni-Belanda. Ayah saya berkhianat kepada negerinya sendiri? Oh,
tidak. Itu hanya semacam tuntutan skenario saja. Bagaimana tidak, wong Ayah saya pemain sinetron....
Ngomong-ngomong
tentang sinetron, kalau diperhatikan, para artis sinetron yang sering muncul di
layar televisi itu, yang cantik-cantik itu, bukan hanya karena cantiknya, tetapi
lebih karena beruntung saja. Kalau cuma modal cantik, banyak cewek cantik (yang
bahkan lebih cantik dari para pemain sinetron) yang bekerja sebagai pelayan di
mall-mall, misalnya. Kulitnya putih mulus, tetapi herannya, suka pakai stocking
yang aneh-aneh.
Bayangkan
coba; betis sudah diperputih pakai lotion dan lulur segala, eh, malah ditutup pakai stocking
warna hitam. Heran. Kalau hanya ditutup pakai warna gelap begitu, ngapain susah-susah merawat kaki supaya
mulus dengan biaya mahal? Ha?
Suatu kali
saya ajak Nenek saya belanja ke mall. Namanya orang kampung, masuk mall
bawaannya heran melulu. Lihat ini heran, lihat itu heran. Yang juga tidak kalah
mengherankan Nenek, adalah ketika saya ajak ia menemui pacar saya yang bekerja
di mall itu dan kebetulan sedang mengenakan stocking
warna hitam.
Nenek menarik
saya untuk mendekat dan beliau berbisik; “Cewekmu itu lho, kulitnya putih kok kakinya hitam,” kata nenek ke telinga saya.
Namanya juga
Nenek, bicara berbisik toh kedengaran
pula oleh kuping pacar saya. Dan mendengar itu pacar saya malah tertawa, “Ini stocking , Nek...” katanya. “Eh,
ngomong-ngomong, usia Nenek berapa kok
pipinya sudah pada keriput begitu?” tanya pacar saya dengan agak kurang ajar.
Tentu saja
saya khawatir Nenek akan tersinggung dengan pertanyaan itu. Tetapi syukurlah
Nenek malah tersenyum dan dengan PD menjawab, “Ini bukan kulit, Nak. Ini stocking...” *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar