Jumat, 22 Juli 2011

Sepotong Sore

BERDIRI di bawah canopy,didepan lobby.Angin membuat rambutnya terbang menari.

“Menunggu itu jemu,”katanya sambil melempar pakan ikan ke lilypond.

Ikan koi berebut,riang.

Tapi hati Ve sedang tidak senang.”Pengkhianat tetap pengkhianat...”

Ri tertawa.Kecil saja.Sampai hampir Ve tak mendengar suaranya.

“Hati emosi kadang selalu gagal memahami sesuatu secara sejati."

“Aku tak butuh nasihat.”

“Aku juga tak sedang begitu.”

“Lalu,yang kamu bilang barusan itu apa?Ocehan?!”

Ri tertawa lagi.Agak tidak kecil kini.


Ve jengkel.Sedikit.Tapi Ri itu memang spesial bagi Ve.Ia batu.Walau kadang ia juga sebagai api.Dan kali ini,ia adalah angin.Paling tidak itu yang sedang dilakukan Ve menyikapi Ri.

Ya,ia angin.Tapi bukankah angin kadang juga tak bisa diremehkan?Dan,memang,Ve tak pernah melakukan itu terhadap Ri.

Juga,saat mereka berperang di dalam lobby barusan.Peperangan kecil saja,sepertinya.Tentang Ve yang kalap akan Da.

“Da itu tak perlu dipikirkan lagi.”kata Ve.

“Sungguh?Bukankah engkau terlampau sering mengatakan itu dihadapanku.Tetapi kau selalu melupakannya lagi.Dan dikemudian hari kau mengulangnya lagi.Selalu begitu,”sergah Ri.

“Kamu membela siapa sih?”Ve protes.
“Pada suatu saat,kadang kita tak perlu berpihak.”

“Baiklah kalau begitu.”

“Apanya yang baik?!”

“Aku telah tahu kamu sekarang.”

“Lalu?!”tanya Ri.

“Kamu....”Ve tak melanjutkan kata-katanya.Ia malah ingin menangis.Tangis yang membuat sore datang dengan malu-malu.

Malu juga diperhatikan dua resepsionis yang berdandan laiknya SPG kosmetik di frontdesk itu.Sampai kemudian Ri mengajaknya ke canopy saja.Agar Ve biasa lebih tenang.Sambil memandangi ikan-ikan koi yang pasti tidak pernah sedih.Juga tidak pernah patah hati..Tidak seperti Ve.

Padahal Ri tahu.Da telah pergi.Tepatnya,telah pergi kelain hati.Meninggalkan Ve.Tapi Ri tak tega mengatakan kepergian hati diam-diam lelaki itu kepada Ve.Ri tahu,sesewot-sewotnya Ve kepada Da,ia masih menaruh harap kepada Da.

Seperi Ri yang ,diam-diam,menaruh harap juga.Ya,ia tak pernah surut turut meluruskan hati Ve yang sering kusut.Tapi Ri tahu diri.Karena Da adalah juga temannya.

Ada saatnya nanti,entah kapan,Ri menaruh bunga hatinya di hati Ve.Dan,sore yang datang malu-malu ini,masih saja juga membuat Ri malu mengungkap isi dadanya.

Ah,kadang cinta memang butuh keberanian laksana tentara yang maju perang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar