Kamis, 21 Juli 2011

Hadiah Lebaran Buat Biran

SEPERTI biasa Biran pulang sekolah jalan kaki saja.Cuaca sedang panas-panasnya.Karena matahari tepat di atas ubun-ubunnya.Debu jalanan yang beterbangan lengket di wajahnya yang berkeringat.Mobil bagus putih mulus menyalip langkah Biran yang selalu berjalan di trotoar.Di dalam mobil itu,Kevin tentu tak kepanasan.Ada pendingin udara di dalamnya.
Ya,Kevin.Teman sekelas Biran.Yang angkuh dan sombong.Ah,pantes saja.Orang kaya sombong memang pantas.Tapi kan tidak selalu.Soni,temannya yang lain,juga kaya.Tapi tidak sombong.Ia sungguh baik hati.Pernah sekali Biran kerumahnya.Dia dan keluarganya baik semua.
Tetapi Kevin?
Uh.Ia selalu meledek Biran.Tetapi,
“Ya sudah.Biarkan saja.Itu harus bikin kamu tambah kuat.Tambah semangat,”kata ayah Biran ketika suatu malam ia menceritakan kejahilan Kevin kepadanya
Kejahilan Kevin itu,antara lain ini:
”Minum terus....”suara itu muncul tiba-tiba.Saat Biran mengeluarkan botol air putih dari dalam tas sekolahnya yang lusuh.Yang ada jahitan tambalan disana-sini.Dan Biran sedang menenggak bekal sekolahnya itu.
“Orang kadang tidak bisa membedakan antara lapar dan haus.Kalau haus minum itu betul.Tapi kalau lapar minum, ya kembung...”
Air yang kadung berada di tengorokan seakan berhenti.Tak jadi masuk.Ingin Biran melempar botol itu ke Kevin.Tetapi,seperti pesan ayah selalu,Biran harus sabar.
Dan setiap hari memang harus sabar.Berangkat tidak sarapan itu sering,pulang belum ada yang dimakan juga sering.Ya,ayah Biran hanya tukang sapu jalan.Orang menyebutnya pasukan kuning.Karena seragamnya memang serba kuning.
Ibunya sudah meninggal sejak Biran kecil.Ia tak ingat wajah ibunya.
Sekalipun hanya sebagai tukang sapu jalanan,ayah Biran ingin ia sekolah terus.Semampu ayah membiayainya.”Ayah tentu tak mampu memberimu warisan harta.Tetapi,semoga ayah bisa menyekolahkanmu sampai setinggi ayah mampu membiayaimu,”kata ayah suatu ketika.
Kelas lima sudah Biran sekarang.Ia berusaha tidak minder di kelasnya.Dan memang semua temannya baik kepadanya.Kecuali satu itu:Kevin.Yang tadi baru saja menyalipnya.Yang selalu saja mengejeknya.Beberapa hari ini sudah tidak lagi.Karena Biran sudah tak perlu membawa bekal air putih untuk diminum saat istirahat tiba.Ya,kerena ini bulan puasa.
Bulan penuh berkah.Yang salah satu berkah itu adalah ia tak lagi diejek tentang makan oleh Kevin.Tetapi soal lain.Tentang baju lebaran.
“Aku kemarin diajak mamaku ke mall.Beli baju baru.Kamu tahu harganya berapa?Hampir setengah juta,”Kevin bercerita dengan nada pamer saat istrirahat sekolah.Di depan temannya.
Biran memisahlan diri dari kerumunan itu,Kerumunan teman yang mendengarkan cerita pamer dari Kevin.Ia masuk kelas.Membaca lagi.Ia ingat pesan guru agama.Bulan puasa saat untuk belajar menahan hawa nafsu.Tak baik bicara yang tak perlu.
Biran terus saja melangkah.Dan didepan itu,ada tempat yang selalu Biran hampiri saat berjalan pulang sekolah panas-panas begitu.Sebuah tempat berbentuk kotak kaca.Ya,tempat itu ATM.Anjungan Tunai Mandiri sebuah bank.Bukan untuk mengambil uang tentu.Ia hanya ingin merasakan dinginnya ruang yang ber AC.Beberapa saat.Tergantung situasi.Sampai pak satpam berkumis tebal pejaga pertokoan ini menyuruhnya keluar.Atau sampai ada orang datang dan masuk bertransaksi disitu.
Dan untungnya siang ini sepi.Tak ada pak satpam berkumis tebal.Tak pula ada orang mau masuk ke ATM.
Adem.Biran merasakan dingin merambat disekujur tubuhnya.Kalau boleh sampai maghrib disini,tentu puasa jadi lebih kuat,batin hati Biran.
Biran memerhatikan layar ATM.Seperti televisi kecil.Ada orang menari-nari dalam guyuran hujan uang.Ada suara lelaki mempromosikan heboh undian hadiah lebaran.Biran diam.Dia tentu tak berhak memenangkan hadiah itu.Ia bukan nasabah bank.Uang mana yang bisa ditabung.Untuk makan seharti-hari saja ayahnya kerja siang malam banting tulang.
Biran mendongak keatas.Ada CCTV.Biran tahu itu.Kamera itu merekam semua yang terjadi di dalam ATM ini.Dan Biran yakin,orang yang bisa melihat rekaman CCTV itu pasti bosan melihatnya setiap pulang sekolah muncul di rekamannya.Tapi sejauh ini,tak ada apa-apa.Tak ada teguran dari pihak bank.Hanya sesekali dari pak satpam berkumis tebal penjaga pertokoan ini.
Dan,ketika Biran melihat diatas mesin ATM ini ada sesuatu.Yang jelas itu biasanya tak ada.Pasti itu milik orang yang tertinggal.Biran meraihnya.Ah,sebuah telepom gengam.Bagus.Hitam mengkilat.Baru kali ini Biran memegangnya.Kalau melihatnya sih sering.Karena di pertigaan sana,ada papan reklame yang memampang gambar telepon genggam ini.
Biran bimbang.Membawanya pulang atau mengembalikannya lagi kepada yang punya.Mengembalikan?Ah,yang punya siapa dan rumahnya dimana Biran tak tahu.Atau menitipkanya kepada si pak satpam berkumis tebal?Tapi kalau malah diambil sendiri oleh pak satpam bagaimana?Atau dambil sendiri saja.Lalu dijual.Dan uangnya bisa untuk beli baju untuk lebaran nanti.
Biran bingung.Tetapi ia malah memasukkannya kedalam tas kumalnya.Lalu pulang.

Sampai dirumah Biran mengeluarkan lagi ponsel itu.Ada beberapa bintik putih kecil sebagai lambang ponsel pintar ini.Biran tahu,itu lambang BlackBerry.Itu ponsel mahal.Dan Biran ingat,Kevin pernah membawanya sekali kesekolah.Tapi warnanya silver.Tentu untuk dipamerkan.Sekali saja.Karena kemudian dilarang oleh ibu wali kelas.
Benda itu berdering.Biran kaget setengah mati.
Dari melirik waktu Kevin menerima tetepon dari mamanya,Biran tahu tombol mana yang harus ia tekan saat menerima panggilan.
“Halo?”Biran menirukan gaya orang yang lagi menerima panggilan telepon.
“Ini siapa?”suara wanita di seberang sana malah bertanya.
Biran diam.Pasti orang ini yang punya benda ini.Benda yang tertinggal diatas mesin ATM.
“Hallo,siapa ya?”suara itu terulang lagi.
“Saya Biran”
“Ini ponsel saya yang ketinggalan di ATM kan?”
“Iya”
“Oh terima kasih Tuhan.”kata suara diseberang sana.”Hallo ,adik.Tante sungguh memerlukan data yang tersimpan di ponsel itu.Tante pasti ngasih hadiah kalau adik mau mengembalikan benda itu kepada tante.”
Dengan mantap Biran menjabab,”Tentu tante.Tapi dimana alamat rumah tante?”
“Oh,tidak perlu.Kamu tidak perlu kerumah tante.Tante yang akan kerumahmu.Ya,dimana alamatmu?”
“Jalan Perjuangan nomor 68,tante,’jawab Biran.
“Ya,nanti sore aku kerumahmu.Tunggu ya...”

Hari menjelang maghrib kala sebuah mobil masuk ke jalan sempit didepan rumah Biran.Ia masih sendiri saja dirumah.Karena ayahnya sudah biasa pulang telat.Karena selain tukang sapu jalan,juga nyambi jadi kuli angkut di pasar sore.
Seorang ibu muda turun dari mobil.Sendiri.Ah,tidak.Tapi berdua dengan anaknya.Yang tentu saja Biran tahu.Itu Kevin.
Biran langsung menyerahkan benda yang sedari tadi sudah ia siapkan.
“Terima kasih,Biran.Kamu anak baik.Karena kamu bisa saja menjual ini.Dan tentu tante kehilangan banyak data penting didalamnya.Kamu sungguh anak baik,Biran.”kata tante itu sambil mengusap rambut Biran.
“Kevin,”sapa Biran.
Kevin diam.
“Oh,kalian sudah saling kenal rupanya?”
Kevin tetap diam.Dan tentu Biran juga diam.Biran tahu,Kevin tentu ingin mengejeknya lagi.Entah tentang apa ejekannya kali ini.Mungkin tentang rumah kontrakannya yang jelek ini.Tetapi,
“Ayo Kevin.Balas dong sapaan temanmu.Tidak baik kamu begitu.Kita harus baik kepada semua orang,Kevin.Apapun keadaannya.Terlebih kepada Biran yang jujur dan baik hati ini...”
Kevin tersenyum.Senyum yang dipaksaan.Ah,tidak.Karena tiba-tiba Kevin memeluk Biran.
“Maafkan aku,Biran.Selama ini aku selalu mengejekmu.Dan kamu tak pernah membalasku.Kamu baik,Biran,Aku malu kepadamu.”kata Kevin.Ada tulus yang terpancar dari sorot matanya.
Ibu Kevin tersenyum bahagia melihat pemandangan itu.

Cuaca begitu cerah pagi ini.Kecerahan itu makin terasa ketika semua melihat Kevin terlihat akrab dengan Biran.Sesuatu yang selama ini tak terjadi.
“Ayo ikut aku,”songsong Biran setiba Biran di sekolah.
“Ada apa?”tanya Biran.
“Ayolah..”Kevin menarik tangan Biran.Masuk kekelas,walau jam pelajaran belum mulai.
“Apa ini?”tanya Biran setelah menerima bungkusan dari Kevin.
“Titipan mamaku untukmu.”
Mata Biran terbelalak.Hadiah?
“Dan yang ini dari aku.Tapi aku ingin kamu membukanya dirumah.Tidak disini,”pesan Biran.
Biran tak bisa berkata banyak.Hanya,”Terima kasih,Kevin.”
“Oh,mamaku yang malah harus berterima kasih padamu.Kalau bukan kamu yang menemukan itu,pasti telah dijualnya barang itu.”

Pulang sekolah,seperti biasa Biran jalan kaki.Tapi ada yang beda hari ini.Tas di punggungnya yang sudah jelek itu terasa lebih berat dari biasanya.Ada dua bungkus hadiah di dalamnya.Ia tak tahu isinya apa.Ia ingin segera membukanya.Ia ingin segera sampai dirumah.Karenanya,walau panas menyengat kulitnya,ia tak mampir dulu mendinginkan diri ke ruang ATM di depan pertokoan itu seperti biasanya.
Sesampainya dirumah,ia lebih dulu membuka bungkusan dari mamanya Kevin.Isinya; baju dan celana baru.Juga selembar uang seratus ribu.Juga ada secarik kertas,tulisannya; Tante mengucapkan selamat lebaran ya.Maaf lahir batin.
Berkaca-kaca Biran membacanya.”Terima kasih ya Allah,”ucapnya lirih.
Ia membuka bungkusan satu lagi.Yang ini dari Kevin.Isinya;tas sekolah baru warna hitam.Ada kertas juga didalamnya.Biran tahu,itu tulisan tangan Kevin.
“Maafkan aku ,Biran.Selama ini aku sering berbuat salah kepadamu.Terimalah ini sebagai hadiah lebaran dariku.Sekaligus aku mohon maaf lahir batin.Kevin”
Mata Biran semakin berkaca-kaca.”Terima kasih ya Allah,”ucapnya lagi.Tetap lirih.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar