Senin, 16 November 2015

Sudut Pandang: Lady Rockers

Mel Shandy sedang menyanyikan
salah satu hits-nya; Bianglala.
Foto-foto: ewe
TAHUN 80an sampai awal 90an adalah era dimana musik rock berjaya di Indonesia. Festival rock digelar dimana-mana dan dari ajang itu muncul grup atau penyanyi rock ternama. Kini, era dimana rock tak lagi secemerlang dulu, agak sulit rasanya sekadar untuk menyebut grup rock yang masih eksis, tentu saja selain God Bless yang melegenda.

Rock, dengan genre mulai metal sampai yang slow, makin jarang hadir di kuping lewat radio, misalnya. Bagi penyuka sejati, tentu saja masih menyimpan lagu-lagu cadas itu di file pribadi yang sesekali, ketika rindu, dinikmati sendiri. Dulu, Djarum dan Gudang Garam (sekadar menyebut nama sponsor) adalah merek yang sering menghadirkan pertunjukan tour musik rock di banyak kota.

Grup-grup macam Saltis (Madura) atau Power Metal dan Surabaya Rock Band/SRB (Surabaya), anak muda sekarang mungkin kurang mengenal namanya. Setak mengenal mereka tentang nama-nama lain yang tahun-tahun itu membahana. 

Gaya Atiek CB menyanyikan Terserah Boy.
Entahlah, tepatnya disebut apa era kini blantika musik Indonesia, dimana musik rock kurang terdengar gaungnya. 

Selain Tantri (Kotak), siapa lagi ya yang layak disebut sebagai seorang lady rocker sekarang ini?” Fifi Aleyda Yahya, host Sudut Pandang di MetroTV melontarkan tanya kepada empat bintang tamu acaranya. Keempat bintang tamu malam itu adalah lady rockers tahun 80an dan awal 90an; Atiek CB, Mel Shandy, Inka Christie dan Ita Purnamasari. 

Di permukaan memang kurang dikenal,” Mel Shandy, kini berhijab, yang menjawab, “tetapi kalau kita ke cafe-cafe, banyak kok penyanyi cewek yang bagus sekali ketika menyanyikan lagu rock.”

Inka Christie dan Mel Shandy,
kini sama-sama berhijab.
Lantas, apakah dari awal memang sudah memilih sebagai lady rocker? 

Saya dulu bercita-cita jadi atlet,” kali ini Inka Chistie, sekarang juga berhijab, yang menjawab. “ceritanya, waktu itu saya hanya mengantar orang lain untuk audisi. Eh, oleh panitia saya juga ditantang untuk ikutan. Ya, dicoba saja deh, nyanyi cuma sebentar, eh seminggu kemudian saya dipanggil lagi. Saya terpilih,” papar penyanyi yang melejit lewat duetnya dengan Amy Search, penyanyi rock dari negeri jiran, Malaysia. 

Sekarang tentang Atiek CB; suaranya khas, penampilannya juga khas: pakai kacamata hitam. “Apa arti huruf CB di belakang nama Mbak Atiek?”

Berceritalah perempuan yang 13 tahun terakhir menetap di benua lain ini, bahwa, “Waktu itu saya adalah salah satu vokalis sebuah band asal Kediri, Children Brothers. Nah ketika kami tampil di acara Kenalan Baru TVRI Surabaya (sekarang TVRI Jawa Timur), pihak TVRI membubuhkan singkatan nama band kami di belakang nama saya; CB. Keterusan deh sampai sekarang,” paparnya dengan suara yang tetap medok walau sudah belasan tahun tinggal di negeri Paman Sam.

Dari kiri ke kanan; Inka Christie, Mel Shandy, Ita Purnamasari,
Atiek CB dan sang host: Fifi Aleyda Yahya.
Tidak seperti Mel Shandy yang awalnya menyanyi di genre pop, tetapi oleh Log Zhelebor ditempatkan ke 'jalur yang benar' (baca: rock), cobalah dengar lirik lagu ini ♫♪ cintaku padamu tak kan berubah walau ditelan waktu...♫♪. Pop atau rock? 

Suara saya memang cenderung ke pop,” aku Ita Purnamasari, “tetapi jiwa saya adalah rock.” 

Istri musisi Dwiky Darmawan yang rambutnya selalu diponi dan tahi lalat di bawah mata kiri sebagai ciri yang sangat mudah dikenali ini mengaku salah satu orang yang berjasa dalam karir menyanyinya adalah Arthur Kaunang, pentolan grup rock SAS. Ayah presenter Tessa Kaunang itulah yang membuatkan lagu Penari Ular di awal debutnya, sebuah lagu yang sempat berjaya pada tangga lagu di radio-radio kala itu.

Durasi acara Sudut Pandang memang hanya satu jam, itu pun kepotong jeda iklan dan Headline News jam 11 malam. Tetapi waktu yang tak lama itu bisa menjadi pemicu saya untuk merindui nama lady rockers lain; mendiang Nike Ardila, Cony Dio, Yossy Lucky dan tentu saja Nicky Astria. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar