Rabu, 11 November 2015

Brosur

'DIBANDING pasang iklan mini di koran, lebih manjur pakai brosur yang dimasukkan kotak surat di perumahan,” kata seorang kenalan yang biasa menangani floor drain buntu di tempat kerja saya. “Lebih mengena, dan saya justru sering dapat job dari cara itu,” imbuh lelaki gondrong yang selain menangani drain buntu dengan sistem tekan, juga mengajar musik di rumahnya ini.

Benar juga, sepertinga.

Buktinya, sering saya dapati penyebar brosur 'sedot WC' seenaknya menempelkannya di tiang telepon. Itu menawarkan menyedot kotoran dengan cara kotor. Tiang atau tembok menjadi kurang enak dipandang dengan aneka brosur yang ditempelkan sembarangan. Ada sih sekarang yang lebih sopan, menggantungkan brosur sedot WC dengan design agak cantik di pagar rumah lengkap dengan talinya; 'simpan brosur ini karena suatu saat Anda pasti membutuhkan' begitu pesannya lengkap dengan nomor telepon yang bisa dihubungi.

Di depan toko ponsel yang baru buka di Rungkut Kidul, setiap kali saya melintas di depannya, selalu ada petugas yang membagikan brosur kepada siapapun pengendara yang lewat. Dan saya selalu mengambilnya. Pertimbangannya, si petugas itu bekerja. Semakin banyak brosur yang berhasil ia bagikan, siapa tahu ia mendapat poin plus dari majikannya sehingga bulan depan ia naik gajinya. Berkali-kali saya mengambil brosur dengan tawaran aneka smartphone terbaru dengan harga menarik, belum juga mampu membuat saya meninggalkan si Nokia jadul yang berlayar hitam-putih ini.

Di lampu merah Panjangjiwo, beberapa kali saya menerima brosur yang sama dari seorang gadis berjilbab dengan isi sama; program diet yang bisa menurunkan berat badan secara ajaib. Walau kalau bercermin saya sering mendapati perut saya makin buncit, saya tak tertarik mengikuti progran yang ditawarkan dalam brosur itu. Namun saya selalu mengambil kertas brosur itu untuk saya bawa pulang dan membuanganya ke tempat sampah. Saya kasihan kalau langsung membuangnya di jalan, setelah membaca sekilas sambil menunggu lampu menyala hijau, saya takut si gadis berjilbab itu tersinggung. (Entah ya, apa petugas pintu tol juga sempat tersinggung ketika karcis tol yang diberikan kepada pengemudi bersama uang kembalian, si pengemudi langsung membuang karcis itu di situ dan menjadikan pintu tol sering terlihat kotor oleh kertas putih yang beterbangan)

Di lampu merah aneka jasa atau barang yang ditawarkan lewat brosur. Mulai kredit motor, pinjaman dana, pengobatan alternatif yang mampu mengatahai 1001 penyakit sampai cara menambah penghasilan yang bisa dikerjakan di rumah dengan pendapatan per hari minimal 500 ribu rupiah. Sebagai janji, semua menggunakan kata yang menggiurkan. Entahlah, apakah si pembuat brosur itu meniru caleg, cabub, cagub atau capres ketika berkampanye, atau justru si caleg, cabub, cagub atau capres itu yang meniru para pembuat brosur itu dalam melontarkan janji. *****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar