Minggu, 03 Februari 2013

Balada Air Kelapa Muda


SELESAI mengerjakan tugas lalu mendapat tip, itu hampir menjadi semacam kelaziman. Walau, misalnya, di mobil petugas PLN itu ada tulisan besar ‘Layanan Tanpa Suap’, dengan memberikan sekadar uang rokok, bagi sebagian orang bukanlah pelanggaran. Saya garis bawahi; sebagian orang. Karena, tentu saja, sesuai peraturan, hal itu pun tidak dibenarkan.

Di lingkup pekerjaan saya pun berlaku hukum demikian. Tetapi yang akan saya ceritakan ini, tampaknya, adalah perkecualian. Ia lebih terkesan sebagai akibat dari hubungan pertemanan; Saya di bagian building maintenance, sementara teman saya itu di departemen food and baverage. Suatu bagian yang tidak pernah kering dari makanan dan minuman.

Singkat cerita, setelah membetulkan pintu menuju kitchen yang bermasalah, saya bersama seorang teman, tidak boleh pergi dulu. Mochdar, tetapi lebih kondang dipanggil Modar, menahan kami berdua agar mau menunggu minuman segar yang akan ditampilkan beberapa menit  lagi. Di kitchen sebelah utara, di dekat kitchen zink, ia terlihat sedang membelah kelapa muda. Prakiraan saya, ia adalah teman yang baik hatinya. Tahu betul kalau siang-siang begitu minum es kelapa muda betapa nikmatnya.

“Bikinlah sendiri,” katanya sambil memindah kelapa muda yang sudah terbelah. Ia hanya membawa sebagian air kelapanya, sebagiannya lagi ia tinggal di dalam wadah.

Kami mendekati baskom satainless berisi air kelapa muda. Okelah, kami harus tahu diri. Daging kelapa muda itu untuk dijual ke pelanggan. Dengan hanya disisai airnya saja tidaklah perlu merasa iri. Lebih-lebih kemudian Modar datang lagi membawa gula pasir dan es batu. Sekalipun tak terlalu lengkap, paduan air kelapa muda, gula pasir dan es, membuat minuman itu tentu sudah mujarab untuk mengusir roh haus. (Bukan roh halus. Hehe...)

Gula pasir dituang, es batu dibenamkan. Setelahnya, kami aduk cairan yang masih telihat satu-dua potongan kecil serabut kelapa mudanya. Setelah dirasa semua bahan sudah tercamur sempurna, kami menuangkan ke gelas. Subelum minum, seperti biasa, secara otomatis –sekalipun tanpa remote control-- lidah sudah bersiap merasakan sensasinya.

Dan, oh kok aneh. Kalau minuman itu terasa manis dan dingin sudah demikianlah niscayanya. Namanya juga dikasih gula dan es batu. Tetapi, sebagai air kepala muda, sungguh tidak ditemukan jejaknya. Untuk meyakinkan, kami ulangi lagi ritual meminumnya. Sama. Tiada rasa khas air kelapa.

Kami saling pandang. Dan Modar memandangi kami dengan hiasan tawa lebar di bibirnya. “Kenapa? Aneh ya?” tanyanya.

“Ini air kelapa, kan?” saya mengangkat gelas ke arahnya.

“Tidak salah,” mantap Modar menjawab. “Tetapi lebih tepatnya lagi; itu air dari kran bekas membersihkan kelapa muda...” *****

2 komentar: