KALAU saja ukuran kuno tidaknya
seseorang dinilai dari pernah-tidaknya ia merayakan ulang tahun,
saya termasuk yang kuno, tentu saja. Lebih-lebih, ketika saya tahu
semua data yang menyangkut tanggal lahir saya itu palsu dan hasil rekayasa, makin
tak pedulilah saya akan ulang tahun diri sendiri.
Tetapi ketika tempo hari saya mengurus
surat mutasi penduduk dari desa ke Surabaya ini harus menyertakan
foto kopi surat nikah yang dilegalisir KUA, mau tak mau saya sedikit
membaca isinya. Disitu tertera; saya menikah tanggal
9 Pebruari 1999. Dan, hari ini tanggal 9 Pebruari 2012. Artinya, hari
ini ulang tahun pernikahan saya yang ke 13!
Tentu saya bersyukur. Ternyata sudah
segitu lama saya berumah tangga. Lebih bersyukur lagi, itu saya
jalani sebagai orang biasa. Maksudnya, kalau saja saya seorang
selebritas, tentulah saya akan repot sekali menerima pertanyaan
kerumunan wartawan infotainment yang ingin tahu resep menjaga rumah
tangga utuh sampai belasan tahun begini. Sekali lagi, saya bersyukur
menjadi orang biasa.
Tentang apakah istri saya ingat hari
ini ulang tahun pernikahan kami yang ke 13, saya yakin ia juga tak
mengingatnya. Buktinya, tadi pagi ia malah lebih ingat kebutuhan
sehari-hari; persediaan beras di dapur yang tinggal tiga kilogram,
kompor gas pemberian pemerintah yang sudah keropos-karatan dan waktunya minta ganti,
tagihan rekening air yang sudah waktunya dibayar, token (pulsa)
listrik prabayar yang tinggal beberapa kWh, susu si kecil, uang saku
si sulung dan sebagainya, dan sebagainya.
Sebagai orang biasa, hal-hal biasa
macam itu biasanya bisa kami atasi dengan biasa-biasa saja. Menjalani hidup
dengan biasa begitu, ternyata sudah kami lakukan sekian lama; 13
tahun! Sekali lagi saya bersyukur dengan cara biasa. Tanpa pesta,
tanpa meniup lilin, sekaligus tanpa nelangsa.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar