Selasa, 08 September 2015

Faktor Konektor

Utak-atik LNB.
Foto: sisitelevisi  (ewe)
"NANTI jam sebelas ada orang Transvision datang, tolong ditemani ya," lelaki India yang gila bola itu berkata.

Tetapi jam sebelas berlalu sementara yang ditunggu belum datang, dan baru muncul batang hidungnya jam tiga sore. Padahal sesuai
schedule kerja, saya mesti pulang jam empat, sedangkan urusan mencari sinyal siaran televisi satelit adalah hal yang kadang melenceng dari prediksi.

Tanpa buang waktu saya langsung mengantar teknisi Transvision itu ke
top roof, lantai tertinggi gedung ini, tempat sekian banyak antena (parabola) diletakkan.

"Yang itu," saya menunjuk dish mesh merek
Paramount buatan PT Gapura Agung ukuran 16 feet.

Sebagai teknisi yang biasanya hanya menangani
dish offset ukuran kecil, saya maklum ketika beberapa saat ia membiarkan mulutnya hanya menganga. Kabel yang menjuntai kurang tertata seperli lidah ular yang keluar dari dua LNB polarisasi H dan V terpisah, melihat keningnya berkerut saya anggap adalah hal wajar.

"Yang itu," saya mengulang kata, kali ini sambil menunjuk LNB, "yang sebelah timur itu untuk Asiasat7. Maklum, orang India," saya berkata sambil menduga ia tahu tentang konten siaran di satelit Asiasat7 memang acara India-nya buanyak sekali.

"Baru kali ini saya menangani
dish sebesar ini," katanya dengan mimik laiknya anak kelas dua SD dihadapkan pada soal ujian anak kelas enam.

Agar ia tidak bengong saja begitu, saya tunjukkan saja celah agar ia bisa berdiri tepat di tengah
dish lalu menggoyang LNB yang untuk Telkom tempat transponder Transvision C band bercokol. Pendek cerita, setelah menggoyang LNB dan melihat pada satellite finder SQ sudah menyentuh angka 81%, turunlah kami ke lantai 22, tempat si tuan India itu tinggal.

Sial, sinyal yang di atas terbaca 81%, pada layar kaca si India tetap loncat-loncat dari 56%-0%. Kami naik lagi, utak-atik lagi, dan sial lagi.

Kalau semboyan petugas PMK adalah Pantang Pulang Sebelum Padam, bagi
tracker sejati prinsipnya adalah Pantang Pulang Sebelum Cling. Demi tak menyalahi ikrar itu, kami naik lagi, oprek LNB lagi. Syukurlah, tak sia-sia naik turun dish; pada layar satellite finder merek Skybox sinyal kedetek nambah menjadi 95%!

Beres?
Belum. Karena saat kami cek pakai televisi, SQ malah zonk, kosong, 0%. Aduh
biyunggg...

"Cek konektornya," saya usulkan, dan daripada tanggung, diganti saja sekalian. Bukan hanya yang di pantat reciever, tetapi sekaligus juga yang di atas, yang menancap pada multi switch.

"Ini jurus terakhir," kata si teknisi, "kalau masih gelap, saya angkat tangan lalu langsung pamit angkat kaki. Biar besok ditangani teman lain yang lebih senior," terdengar setengah putus asa nada bicaranya.
Konektor, kecil-kecil bisa bikin eror. (Foto: ewe)

Agak deg-degan saat kami menuju ruang tamu si India (mantan pelanggan OrangeTV yang migrasi ke Transvision demi mengejar tayangan liga sepak bola.kelas dunia), takut jangan-jangan zonk lagi. Tetapi, "Yes!," sorak kami dalam hati begitu mendapati SQ anteng pada angka 95%!
Naik-turun berkali-kali, utak-atik LNB sana-sini, eh ternyata faktor utama yang bikin eror cuma konektor. *****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar