Kamis, 02 Agustus 2012

Rezeki Lajur Kiri

Pembagian takjil gratis.
Sumber foto: kaltim.tribunnews.com
DALAM berlalu lintas, sebisa mungkin saya mematuhi segala peraturan. Misalnya, saya akan menyalakan lampu sein untuk minggir bila ponsel di saku baju saya rasa bergetar. Saya termasuk yang belum mempunyai keberanian untuk membalas telepon (apalagi SMS) sambil mengemudi begitu. Saya merasa belum mahir betul membagi konsentrasi antara mengemudi sekaligus sambil mengetik pesan singkat pada keypad ponsel. Alasannya itu saja. Bukan takut kena denda sesuai UU lalulintas yang mengenakan denda sekian ratus ribu rupiah bagi yang bertelepon sambil berkendara begitu. (Dan, setiap hari, selalu saja saya temui perilaku pengendara yang begitu. Dan, sejauh ini, belum pernah saya mendengar ada yang telah didenda atas kenekatannya itu).

Tentu aturan lalu lintas tidak hanya itu. Ada banyak. Termasuk ini; karena tunggangan saya adalah roda dua, sejak dua tahun terakhir ini digalakkan agar kami menyalakan lampu utama di siang hari. Juga, kami mendapat lajur tersendiri. Lajur kiri.

Semua peraturan itu, sekali lagi, saya selalu berupaya mematuhinya. Termasuk yang harus menggunakan lajur kiri. Dan selama Ramadhan ini, setiap sore, saya makin khusuk mematuhinya. Pertama, ya karena memang peraturannya begitu. Kedua, karena pembagian takjil gratis selalu berada di kiri jalan. Dengan berkendara di lajur kiri, kemungkinan untuk ketiban rezeki takjil gratis makin terbuka lebar. *****

2 komentar:

  1. sangat senang karena ada kedisiplinan yang kuat pada pertakjilan :-))

    BalasHapus