Minggu, 19 Agustus 2012

Ini Sarungku, Mana Sarungmu?

KALAU pada ajang Grammy Award atau ajang-ajang lain yang sejenis itu ada istilah red carpet, di masjid tempat saya sholat id tadi ada green carpet. Ya, karpet selebar satu meter berwarna hijau itu dihampar memanjang sejak undakan masjid sampai ke ujung di dekat pengimaman. Peletakan yang di tengah-tengah begitu, seolah membelah masjid menjadi dua bagian, kiri dan kanan. Selatan dan utara.

Berangkatnya tadi, agak saya kebutkan langkah kaki. Dalam pikiran terbayang, kalau datang terlambat, bisa-bisa saya tidak mendapat tempat di dalam masjid. Bisa-bisa hanya di halamannya. Atau malah harus menggelar koran untuk kemudian ia dijadikan alas sajadah di jalan raya.

Saya lihat, banyak sekali calon jamaah yang duduk bergerombol di pinggir jalan. Saya terus saja berjalan. Saya terus saja berharap mendapat tempat di dalam masjid. Dan benarlah adanya. Ternyata masjid masih longgar. Terutama di lantai dua. Tetapi saya memilih di lantai satu saja. Sekalipun di ruang utama sudah penuh jamaah, saya masih mendapatkan tempat di serambinya yang masih lega. Posisi saya persis di dekat green carpet itu.

Setelah sholat dua rakaat, saya duduk sambil mengikuti takbir.
Saya melihat ke kiri kanan, dan mendapati hampir sebagian besar terlihat baju yang dikenakan para jamaah adalah baju baru. Kecuali para pengurus takmir masjid. Baju seragam berbentuk jas warna krem itu sering saya lihat saat mereka  masjid mengadakan acara. Termasuk acara sholat idul fitri ini.

Ini sarungku, mana sarungmu?
Foto: ewe.
Selain baju, yang juga pada baru adalah sarung.
Dengan poisisi yang di pinggir green carpet yang menjadi jalan masuk para jamaah yang baru datang begitu, membuat saya bisa membaca merek apa saja sarung yang mereka kenakan. Dan, mungkin, inilah bedanya sarung dan baju. Baju, mereknya seringkali dipasang  pada bagian kerah sisi dalam. Dengan begitu, saya tidak bisa membaca merek apa baju yang dikenakan orang yang barusan lewat di samping saya. Kalau sarung tidak begitu.

Merek sarung, oleh produsen sering (bahkan selalu) dijahit di bagian tengah motif sarung sisi bawah. Tepat di bagian tengah kain sarung, selebar sekitar dua puluh centi, dengan corak warna yang berbeda dari sebagian besar kain sarung itu. Dan, karena orang (termasuk saya) sudah terbiasa memakai sarung dengan lipatan sedemikian rupa, merek sarung itu dapat terbaca dengan jelas di bagian belakang paling bawah.
Secara branding itu tentu ada maksudnya. Tetapi, dengan begitu, ketika sedang sholat berjamaah, dan seorang sedang khusuk sambil agak menunduk dan memejamkan mata, ketika ia sekali saja membuka mata, kalau tidak benar-benar konsentrasi, pesan ‘iklan’ sarung itu terbaca juga. Atlas misalnya, atau Mangga, atau Wadimor, atau Gajah Duduk atau yang lainnya.

Sambil duduk bertakbir di pinggir green carpet itu, saya mendapati orang-orang lewat memakai aneka merek sarung. Dari yang umum seperti yang saya sebutkan di atas tadi, sampai merek-merek yang baru saya tahu. Yang ikut tertenun, tidak dijahit misalnya, ada merek BHS (hurufnya tertulis dengan besar dan mencolok), juga ada Sarung Samarinda dengan tenunan angka 210 di atasnya, ada juga yang agak nyeleneh. Sarung merek MPR. Entah itu produksi mana. 

Dan seorang jamaah yang di depan saya, sarungnya mengingatkan saya akan masa kecil saya dulu. Sarung yang dipakainya persis yang saya kenakan saat dikhitan. Yakni sebuah sarung batik dengan sambungan pada sisi tengah secara horizontal. Jadinya sarung ini ada dua jahitan, jahitan vertikal (sebagaimana lazimnya sarung) dan satu lagi jahitan horizontal. Saya lupa sarung saya dulu mereknya apa. Tetapi yang dikenakan orang di depan saya ini mereknya tertenun angka 210. Tanpa embel-embel kata-kata lagi.

Saya perhatikan dari belakang, sepertinya saya tidak mengenal sosok pemakai sarung yang berambut agak panjang itu. Tetapi, seandainya, angka pada bagian bawah belakang sarungnya adalah 212, tentu saya langsung menduga ia adalah si Wiro Sableng. *****

1 komentar:

  1. Terimakasih, Tokoh Idola.

    Selamat Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir Batin....

    BalasHapus