Rabu, 14 Maret 2012

Helmy Yahya; Gagal Jadi Dokter, Sukses Sebagai Entrepreneur


SELAIN talk show dan berita, dalam menonton televisi saya juga suka acara kuis. Saat remaja dulu, Gita Remaja yang dibawakan Tantowi Yahya jarang saya lewatkan. Itu, seingat saya, bukan acara kuis yang pertama saya kenal. Karena, lamat-lamat saya ingat, sebelumnya ada Bob Tutupoli dengan kuis Pesona 13 yang pernah saya tonton. Bagian terseru dari kuis itu adalah, merangkai satu kalimat dengan satu orang peserta sebagai pemandu tenman yang lain untuk menebak gerakan yang diterjemahkan sebagai kata. Maka, keramaian pertama yang muncul saat segmen itu adalah serbuan tanya; kata benda, kata sifat dst, dsb. Yang kemudian dipakai oleh semua peserta di episode selanjutnya adalah, gerakan menggoyangkan pinggul sebagai sebutan untuk kata 'yang'.

Berikutnya, masih ingat betul saya akan gaya Koes Hendratmo ketika mengucap kalimat 'Berpacu Dalam Melodi' sebelum Ireng Maulana All Stars memainkan instrumentalia lagu tertentu. Pula, gaya bung Kepra (sebuah nama yang asik, bukan?) ketika membawakan kuis Aksara Bermakna, atau Rano Karno dalam Lacak Dunia, Aom Kusman dalam Siapa Dia, Olan Sitompul di kuis Serba Prima. Lalu, ketika tayangan kuis itu habis, dalam deretan kerabat kerja yang terpampang dilayar kaca selalu ada nama Ani Sumadi, juga Reinhard Tawas sampai Helmy Yahya.

Nama terakhir itu yang ingin saya tulis. Ya, Helmy Yahya. Raja kuis (juga reality show) yang dengan piawai menyalip sang ratu yang juga gurunya; Ani Sumadi.
Foto: Google Image

Helmy Yahya lahir di Palembang pada 6 Maret 1963. Ayahnya adalah seorang kiai, yang juga mantan penyanyi di sebuah orkes gambus dan lalu menghidupi anak-anaknya dengan menjadi pedagang kaki lima.

Helmy Yahya memang cerdas. Ini terbukti selain sebelumnya menjadi pelajar teladan tingkat Sumatera Selatan, lalu juga menjadi pelajar teladan tingkat SLTA se-Indonesia pada 1980. Ketika itu cita-cita yang ingin ia raih adalah menjadi dokter. Tetapi, “Ah, kehidupan saya yang memprihatinkan di masa kecil dan terkadang tidak dipandang sebelah mata dan malah sering diremehkan membuat saya berkeinginan mencari pekerjaan yang membut saya dianggap oleh masyarakat sekitar. Lagi-lagi, karena keadaan ekonomi keluarga saya yang membuat saya harus mengubur cita-cita saya menjadi dokter. Saya tahu betul betapa mahalnya biaya untuk menjadi dokter, dan harus lulus. Tak ada cerita mahasiswa drop out dari fakultas kedokteran bisa praktik sebagai dokter,” begitu tulis Helmy Yahya dalam pengantar buku Siapa Berani Jadi Entrepreneur yang ditulisnya bareng Baban Sarbana.

Selulus SMA, adik kandung Tantowi Yahya ini diterima pada program Perintis II (sebuah model penerimaan Mahasiswa Baru terhadap lulusan terbaik SMA se-Indonesia) di IPB Bogor. Sekalipun dengan biaya kuliah yang disubsidi,
karena terasa masih memberatkan, ia hanya betah dua bulan belajar Matematika dan Kimia disitu. Lepas dari IPB, Helmy yang juga pernah menjuarai lomba baca puisi antar mahasiswa se-Indonesia 1981 diterima di Sekolah Tinggi Akuntasi Negata (STAN). Disini kuliah gratis, tetapi terkenal berat pendidikanya. Namun memasuki tingkat dua, mahasiswa langsung diangkat sebagai PNS.

“Kesekolah inilah saya menggantungkan harapan. Harapan untuk hidup lebih baik, dan harapan untuk segera lepas dari tanggungan ayah saya yang mulai sakit-sakitan,” kenang Helmy. “Sementara saat itu, kakak saya (Tantowi Yahya), pun sudah bekerja dibagian front office di hotel Borobudur Jakarta.”

Setelah menyelesaikan program beasiswa dari World Bank di University of Miami, yang membuatnya memperoleh gelar Master of Professional Accounting (MPA), ia mengabdikan diri sebagai dosen di almamaternya, STAN. Itupun masih 'nyambi' untuk mencari penghasilan tambahan dibeberapa perguruan tinggi di Jakrata seperti YAI dan Perbanas.

Belum cukup sampai disitu.
Helmy yang memang punya bakat seni yang bagus, diterima pula bekerja di Ireng Maulana Production. Dari sinilah awal mula ia kenal dengan ratu kuis Indonesia; Ani Sumadi.

Melihat kemampuan Helmy yang luar biasa, bu Ani 'merebut' dari tangan Ireng Maulana. Suatu tindakan yang membuat hubungannya dengan Ireng Maulana sempat terganggu.

Di Ani Sumadi Production ini, tugas pertama yang harus ia lakukan adalah termasuk hierarki terendah dalam struktur produksi kuis; menjadi pembuat soal. Pertama untuk Gita Remaja, dan kemudian untuk Berpacu Dalam Melodi.

“Berikutnya, karena kegairahan atau passionate yang luar biasa dalam bekerja membuat saya sangat cepat menyerap apa saja keinginan Bu Ani. Beliau adalah seorang prefeksionis, yang sangat sulit menerima ide orang lain. Dan bertahun-tahun saya belajar untuk memenuhi selera dan keinginannya sehingga saya menjadi orang yang sangat diandalkanya,” kata peraih Panasonic Award beberapa kali untuk kategori Presenter Kuis Pria Tervaforit ini.

Bekerja di Ani Sumadi Production ini Helmy Yahya mendapat segalanya. Kekayaan, juga popularitas. Dengan kedudukan sebagai orang kedua di perusahaan, ia berada dalam kondisi confort zone. Dan dalam titik tertentu ia sadar, dalam kondisi begitu teramat sulit untuk berkembang. Karena sekali pun sebagian besar ide pembuatan kuis berasal darinya, tetapi yang mendapat keuntungan lebih banyak tetap saja Bu Ani.

Padahal sebagai orang kedua di perusahaan, targetnya adalah harus bisa menjadi orang pertama. Namun dirasanya itu tidak mungkin. Padahal dilihatnya, kehadiran banyak televisi swasta kala itu, sudah tidak bisa lagi diikuti oleh gurunya yang sudah sangat terlambat meng-update diri.

Sepuluh tahun bekerja kepada Bu Ani, Helmy masih saja merasa takut tak makan bila keluar dari pekerjaan itu. Padahal diluar, peluang untuk membuat acara kuis terbuka lebar.

Banyak sekali contoh korban PHK yang justru menemukan jalan untuk sukses. Ha, Helmy Yahya dipecat?! Iya. Dan beginilah ceritanya;
Saat itu ia sedang jenuh-jenuhnya bekerja di Ani Sumadi Production. Sekitar akhir tahun 1999. Seorang kenalan menawarinya untuk membuat sebuah even bola basket dengan menggunakan sistem premium call. Tawaran bagi hasil itu begitu menggiurkan.Sehingga ia menyanggupi untuk merancang Perang Bintang Kobatama. Tiga bulan ia mempersiapkan even bola basket terbesar se Indonesia kala itu. Mulai mencari sponsor, merancang acara, sampai meng-organize-nya.

Hasilnya luar biasa!
Ratusan selebriti hadir. Penontonnya juga ribuan. Luar biasanya lagi, ia rugi. Karena banyak sekali penonton yang masuk memanfaatkan pintu yang jebol. Bonus tambahannya lagi, ketika ketahuan sedang mempersiapkan itu, Helmy mendapat surat beranplop biru berisi kata-kata yang ditulis tangan dengan huruf latin yang khas coretan Bu Ani. “Dan, isinya seperti saya duga. Beliau mempersilakan saya keluar karena beliau sadar perusahaannya mungkin sudah tidak cocok lagi mengakomodasi ide-ide saya yang liar.” kata Helmy.

Setelah menerima surat pemecatan itu, cukup lama ia tercenung. Batinnya bergumam,” Ya Allah, hari ini saya menjadi pengangguran...”

Tetapi nasib berkata lain. Hanya berselang tak lama dari pemecatan itu, datang tawaran untuk memanageri Joshua, penyanyi yang sedang mengobok-obok blantika musik anak-anak kala itu. Kalau sampeyan ingat, Tukul Arwana juga ambil peran di video klip lagu Diobok-obok itu.

Kemudian, lewat tangan hebatnya, Helmy Yahya merancang kuis Joshua. Hasilnya luar biasa. Rating bagus dan iklan penuh. Terbukti sudah, kemampuannya untuk membuat acara kuis diluar bayang-bayang Bu Ani Sumadi terkuak sudah. Tak terhitung sudah acara televisi yang ia garap menjadi program monumental dipertelevisian Indonesia. Tidak hanya kuis, tetapi juga aneka reality show. Jadilah ia, karenanya, sebagai seorang entrepreneur. Dan merujuk pada buku Entrepreneur: Be Your Best...and Beyond karya Alex McMillan, Helmy Yahya ini termasuk dalam kategori creative entrepreneur.

Dan menurut Helmy, semua orang bisa menjadi entrepreneur; asal punya spirit. Spirit untuk mengubah nasib yang bisa terjadi karena kepepet karena dipecat, misalnya. Atau karena kesadaran. Dengan spirit plus persiapan yang matang dipadu dengan perencanaan yang baik, siapa pun sudah memiliki modal yang kuat untuk menjadi entrepreneur.*****

(sumber: Buku 'Siapa Berani Jadi Entrepreneur', Helmy Yahya - Baban Sarbana, Elex Media Komputindo).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar