Sabtu, 19 November 2016

Perempuan Penjajah

WANITA dijajah pria sejak dulu.....

Penggalan syair lagu lawas itu mungkin agak kurang dikenal oleh generasi sekarang. Tetapi, 'penjajahan' macam itu masih saja terjadi sampai kini. Walau, atas nama HAM, si penjajah (baca: pria, menurut lagu itu) harus lebih berhati-hati. Harus lebih halus, sehingga si terjajah nyaris tidak menyadari kalau dirinya sedang dijajah.

Isu kesetaraan gender dan sebangsanya memang membawa hasil. Jumlah perempuan dalam parlemen dan aneka bidang lainnya cenderung lebih ada dibanding pada masa lalu. Perempuan, setidaknya bukan sekadar sebagai kanca wingking, teman di belakang. Yang hanya berkutat di sumur, dapur dan kasur. Sebagai yang secara jumlah lebih besar dibanding pria, seyogyanya perempuan adalah 'sang penjajah', bukan sebaliknya. Atau memang sudah, sudah menjajah. Tetapi secara halus, sehingga seperti saya tulis di atas, si terjajah (kali ini pria) nyaris tiada merasa kalau sedang dijajah?

Di sebuah pusat kebugaran di Surabaya, saya dapati ada sudut yang mengkhususkan diri sebagai tempat berlatih tinju. Tidak melulu tinju seperti yang dilakukan oleh Tyson atau Pacman, namun dipadu juga dengan Thai Boxing. Pokoknya tidak sekadar jotosan, nyaduk pakai dengkul dan atau cara nyikut yang 'mematikan' pun dilatihkan. Dan, setiap kali saya kesitu, selalu saya temui sebagian besar yang berlatih adalah perempuan!

Tentu perempuan yang berlatih di situ bukan oma-oma. Para perempuan itu masih kinyis-kinyis dan --dugaan saya-- masih bujangan. Saya belum sempat bertanya apa yang mendorong mereka berlatih jotosan dan nyaduk 'secara baik dan benar', tetapi itu saya baca sebagai sinyal bahwa mereka ingin mematahkan sebagian pendapat yang secara tradisional mengatakan wanita adalah lemah. Itu pertama. Kedua, dengan tidak sedikit kasus kejahatan jalanan yang mengincar perempuan sebagai korban, berlatih bela diri adalah hal yang masuk akal dilakukan. Dan ketiga, bisa jadi, KDRT yang sering menempatkan perempuan sebagai korban, kelak bila para perempuan itu menikah, bila sedang bertengkar dan kurang bisa mengontrol diri, si suami yang akan dijadikannya sansak.

Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, ditakutkan orang (bahkan warga AS sendiri) akan membuat dunia kacau berantakan. Sebuah ketakutan yang berlebihan, lebih-lebih bila jangan-jangan tokoh menakutkan itu ternyata malah menjadi penakut di hadapan perempuan bernama Melania.

Akhir syair lagu yang saya pakai sebagai pembuka tulisan ini adalah para pria berlulut di sudut kerling wanita, di hadapan perempuan yang piawai bertinju akan menjadi lebih tragis nasibnya karena berlutut bukan sekadar oleh kerling, namun oleh jap, hook atau upper cut. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar