BEDUG adalah sesuatu yang lazim ditemui
di masjid. Kalau untuk surau, di kampung tempat kakek saya dulu, ada
terpasang kentongan yang terbuat dari pangkal bambu ori. Tidak hanya
bentuknya yang 'bengkong' kayak terong, bunyinya pun unik. Ia, bedug
atau kentongan itu, dipukul dalam ketukan yang ada pakemnya. Tetapi
untuk nada, tentu saja tiada mengalahkan alat musik betulan. Pendek
kata, baik bedug maupun kentongan itu, saya curigai tidak ada do
re mi fa sol la si do-nya.
Untuk hal ini, saya pernah mendengar
sebuah guyonan (kalau tidak salah ini juga pernah 'ditampilkan' oleh
Gus Dur); mengapa masjid tidak ada piano atau gitarnya. Dan malah
tetap mempertahankan alat yang terkesan ketinggalan zaman. Jawaban
atas pertanyaan itu adalah sesuatu yang masuk akal. Yakni; Jangankan
diberi gitar atau piano, lha wong sandal saja hilang kok!
Tentang kehilangan sandal di masjid
ini, beberapa Jumat yang lalu dialami anak saya. Ia, yang mendapati
sandalnya hilang, tidak lalu seenaknya memakai sandal entah milik
secara ngawur sebagai gantinya. Tetapi dengan sabar menunggu sampai
semua orang di masjid pulang. Dan, pas. Tiada tersisa sepasang sandal
pun. Tidak ada pilihan lain, dia harus pulang dengan nyeker
saja.
Sungguh, hal ini pun dulu pernah saya
alami. Sandal jepit merek Swallow warna hijau yang tak begitu
baru raib saat saya menuju tempat ia tadinya saya 'parkir'. Sama
seperti anak saya, tiada gantinya. Maling sandal itu rupanya memang
sengaja berangkat dari rumah tanpa memakai alas kaki. Atau memakai
tetapi telah siap sebuah wadah untuk menampung sandal hasil
operasinya.
Sekarang di beberapa masjid telah
disiapkan tempat penitipan sandal atau sepatu. Ini akan bisa menambah
rasa aman bagi para jamaah. Sekaligus akan menambah rasa khusyu'.
Pikiran yang tidak tenang akan barang yang diparkir di halaman (bisa
hanya sandal, atau malah motor), akan membuat seseorang ketika
menoleh di salam ke dua, ia akan menoleh ke kiri sampai jauh ke
halaman.
Dulu, untuk menyiasati agar sandal
tidak hilang, biasanya saya akan menaruh sepasang sandal secara
terpisah. Sisi kiri di bagian sudut kanan undakan, sisi kanan saya
taruh di sudut kiri serambi, di dekat tempat wudlu. Aman. Sesuai
pengalaman saya, itu sangat aman. Karena si pencuri pasti tidak akan
mengambil sandal hanya sisi sebelah saja. Sebetapun baru dan agak
mahalnya sandal itu. Kecuali kalau ia tahu pasangannya yang saya
taruh berjarak lebih dari sepuluh meter dari situ.
Menerapkan cara itu akan menimbulkan
pemandangan agak aneh sih. Kalau saya lagi berdua dengan
seorang teman akan lebih mudah lagi. Saat masuk gerbang masjid, kami
menukar satu sisi antar sandal kami. Sisi kirinya saya tukar dengan
sisi kiri punya saya. Tetapi tetap, ia masuk dari serambi kiri, saya
masuk dari pintu depan. Saat pulang, kami jodohkan lagi sandal itu
sesuai pasangannya.
Praktikkan, lalu perhatikan apa yang
terjadi.*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar