Minggu, 20 Februari 2011

Kualat Duit Toilet



PERNAH sudah saya kemana-mana. Walau tentu tak sebanyak 'kemana-mana' Anda. Kemana-mana saya, antara lain ini; menggauli sekujur tubuh molek pulau Bali .(tentang tari pendet, klik disini) Termasuk mbambung di Ubung, terlunta tiada kerja di Kuta, nguli batu di Uluwatu, berlarian memaksiatkan mata di pantai Jimbaran, nyenyak pulas di Seminyak, atau tanpa pura-pura (untuk mengganjal perut) terpaksa mengambil buah sesajen di pura, termasuk nyaris tragis diamuk massa satu banjar yang kesetanan di Sesetan. Semua beraroma nelangsa. Walau belakangan menjadi semacam nostalgi. Nostalgi yang kalau dicecap menjadi berasa 'nano-nano'. Ada manis, ada asin, ada asem, ada-adaaa aja....!

 Dan syukurlah,dalam 'kemana-mana' itu saya terhindar dari angan untuk 'njajan' di 
Kedonganan.(?!)

Kalau semua ditulis, tentulah akan panjang. Makanya satu saja. Itupun kalau sebagai tayangan televisi, di bagian sudut atas harus ada tanda BO. Atau malah di bagian bawah ada running text: adegan tidak patut ditiru. Brutal? Tidak. Porno? Juga tidak. Hanya tidak layak tiru saja. Ini sekadar catatan ringan. Dan sama sekali benar-benar betul sungguhan saya alami (uh, kalimat apa pula ini!). 

Begini, TKP: terminal Ubung-Denpasar. Waktu: tengah malam Waktu Indonesia Tengah.  Tahun: sekitar akhir 80an. 

Bersama beberapa teman, saya akan pulang kampung. Memilih waktu tengah malam karena adem. Walau ada 'karena' yang lain. Yakni supaya sampai rumah di Jawa juga masih pagi buta. Agar tiada kentara para pemuda harapan desa pulang bertangan hampa. Uf. 

Malam itu terminal sudah tak terlalu ramai. Yang sesekali terdengar malah suara kondektur bus mencari penumpang dengan logat Probolinggo. Karena memang banyak armada bus berasal dari kota mangga itu. Menahan dingin malam saya hanya mendesis. Bukan desis ular, tapi desis kebelet pipis.

Menujulah saya ke toilet terminal. Gegas langkah saya jadi melambat begitu tahu penjaga toilet tidur mendengkur. Duduk membungkuk melampiaskan kantuk di atas meja. Saya membaca mantra meringankan tubuh seperti Brama Kumbara ala sandiwara radio Saur Sepuh. He, he... Kalau masuknya gak tahu, dan keluarnya juga gak ketahuan: terhindarlah saya dari membayar uang pipis yang cuma 500 rupiah itu!

Masuk, penjaga ngorok. Pas keluar (dengan segenap ilmu meringankan tubuh), "Bayar, mas," suara itu bukti ajian saya tidak mandi, tidak mempan. 

"Gak ada uang kecil," ini jurus ke dua saya.

 "Ada kembaliannya kok," tangkisnya masih dengan jurus ngantuk. Weladalah, apes tenan iki! 

Padahal yang saya bilang uang besar itu hanya 20 ribu. Nilai segitu menjadi besar karena cuma itu satu-satunya penghuni dompet saya. Pendekar ngantuk itu lamaaa... sekali menghitung uang kembalian saya. Dengan kusut akhirnya saya menerima segenggam uang yang juga kusut itu. Sambil bersungut, saya menghitung uang kembalian itu, dan... Ahaa, menjadi 29.500 rupiah! Dasar dewa ngantuk... Sekali pipis malah dibayar 9500, lha kalau 'beser', berkali-kali pipis, wah bisa hitung sendiri.

Mendapat 'rejeki nomplok', saya belikan uang pipis itu kue basah. Lumayan untuk ganjal perut.

"Lumayan, saya juga bisa segera pulang," kata pedagang asongan sambil ngeloyor pergi.

Saya ngeloyor menghampiri teman-teman saya, sambil menenteng satu tas kresek penuh kue basah bernilai 9500 rupiah. Dengan bangga saya ajak semua teman berpesta-pora. Tentu sebelumnya saya bumbui dengan kisah si 'pendekar toilet' ngantuk itu. 

Dasar pada lapar, semua saling comot isi tas kresek hitam yang saya tenteng. Tanpa dikomando semua bareng-bareng memasukkan kue ke mulut masing-masing. Tanpa dikomando semua langsung 'gebres-gebres' ; bersamaan memuntahkan isi mulutnya.

"Mambuuu... !!!" sebareng makannya mereka berkata.

Tanpa dikomando, mata saya mencari si pedagang asongan tadi. Blas gak kelihatan! Mungkin sudah dimakan leak!  Dan ketika saya menoleh ke penjaga toilet, tetaplah dia mendengkur. Dengkur yang menjadi bernada 'menyokorkan' (walah!) saya. Saya menjadi tak bisa bilang apa-apa. Kecuali satu kata, satu-satunya bahasa Bali yang saya bisa waktu itu; 'kleng' !!! ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar