SUATU ketika saya dan seorang teman diajak atasan saya ke rumahnya.Dan saya gagal membatasi 'jarak' kami; beliau atasan,saya bawahan.Begitu selalu,tak pandang waktu.
Pak Sigit Rahmat (nama atasan saya itu) membawa kami dari kantor ke rumahnya. Dan sedan putih kinyis-kinyis yang disopiri sendiri oleh atasan saya itu telah nongol dari parkiran ke bibir kantor.
Saya dan teman saya yang memang sama-sama 'katrok' jadi saling 'plerok' yang lalu memakai logika IQ yang sama-sama 'jongkok'; "dia atasan kami bawahan".Dan atas nama bawahan,kami pikir,tak pantaslah salah satu dari kami duduk di depan bersanding dengan atasan.
Jadilah kami berdua duduk di jok belakang dalam sedan kinyis-kinyis nan ber-AC isis ini. Sebuah penegasan tingkat strata kami; bawahan!
Tetapi,"Ayo duduk didepan,"suara atasan itu datang bak damprat yang menyengat."Kau kira aku ini sopirmu ya?"
Oh,atas nama atasan suara itu terdengar benar-benar benar.Ternyata lalu saya menyadari,(dalam kasus ini) ; atas nama bawahan,saya harus nurut...***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar