Kamis, 10 Februari 2011

Lalu

"MASIHKAH kamu tak lupa aku?"
"Tak,"jawabmu pendek,tapi masih serenyah dulu.
Ingin kucubit hidung mungilmu,karena gemesku.Tapi aku telah tak berhak untuk itu.Telah.Karena hidung mungilmu itu,juga segalamu,adalah milik Ku.
Ah,Ku.
Aku tak hendak mencemburui dengan laksana seekor babi buta.Sejak dulu aku telah melihat kesetiaan Ku menantimu.Ku telah sepantasnya mendapatkanmu.Walau dulu,dulu sekali,aku tak suka setiap kali Ku mendekatimu.Karena aku juga selalu ingin tak jauh darimu.
"Berapa lama ya kita tak jumpa?"engkau memecah segelas lamunku.
"Lama'"jawabku."Lama sekali"
"Seusia sulungku lebih dua tahun,"terangmu.Masih renyah.
Tapi kuping yang mendengarmu ini memerah.Tak marah aku.Tak.Karena tak ada hak aku untuk begitu.Juga saat Ku memenangkanmu atas aku.Yang membuat aku pergi sejauh-jauhnya dari hatimu.Walau semakin jauh terasa ada serat yang menjerat isi hatiku.Mungkin aku tak selayaknya cengeng begitu.Tak.
"Masih betah sendiri nih?..."
Duh,tanya itu.Tak adakah kata lain untuk kau ucapkan,batinku meronta.
"Adakah yang masih kau tunggu?"
Kupandang dengan lancang bola matamu,"Ada,"jawabku
"Siapa?"tanyamu dengan bola mata sebening dulu.
"Bulan purnama"
"Baru kemarin,"jawabmu.
"Memang selalu begitulah aku.Selalu terlambat..."
"Ragumu itu,masalahmu"
"Lalu,"panggilku."Hanya kamu yang tahu aku.Iya.Itu setelah kamu menjadi milik Ku baru aku sadari.Sungguh beruntung Ku memilikimu.Aku tahu Ku.Karena akupun juga sahabatnya.Seperti engkau yang dulunya hanya menyahabati Ku.Dan rasa itu datang bersama waktu.Dan karena waktu pulakah hingga engkau memilih Ku?"
"Tidak,"ujarmu."Tidak sekadar soal waktu.Tapi soal ragumu."
Aku diam.Dan diam-diam membenarkanmu.


Pertemuan yang tak diduga itu,melahirkan dugaanku yang membenar.Di bandara ini aku memandang yang lalu lalang.Juga memandang dalam-dalam Lalu Laksmi;kamu,teman sekolahku dulu.
"Percayalah,aku tetap ingat kamu,"katamu."Tapi aku tak bisa tak menyetiai seseorang yang menumpahkan kesetiannya sepenuh hati.Didalamnya tak kutemui sebutirpu ragu.Semua bisa begitu kalau mau.Termasuk kamu...."
Lalu menatapku dalam.Tatapannya,ditambah kalimat yang ia ucap barusan,itu tamparan bagiku.Tapi aku bisa apa kalau memang itu benar.
Sampai ketika ia terbang menuju kota tempat Ku bertugas,aku malah terbang ke masa lalu mengenang saat aku,Lalu dan Ku sebagai tiga sahabat.
Saat ini,di bandara ini,ketika bunyi mesin pesawat meraung-raung hendak terbang,aku ingin pula menerbangkan keraguanku.Melesat setingginya,dan tak kembali lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar