Sabtu, 31 Mei 2014

Kambing Hitam Kampanye Hitam

BEGINI,” Kang Karib menunjukkan jari tengah dan telunjuk secara dempet ketika Mas Bendo bertanya siapa yang menang dalam Pilpres nanti.

Begitu piye to, Kang?” Mas Bendo ora mudheng, tidak mengerti.

Artinya,” Kang Karib tetap mendempetkan dua jarinya, ”selisih suara, siapa pun yang menang nanti, Jokowi atau Prabowo, ya hanya seperti perbedaan tinggi jariku ini. Tipis sekali.”

Wah, kalau begitu, apa tidak akan menimbulkan 'keributan', Kang? Paling tidak akan berbuntut tuntutan pemilihan ulang seperti saat Pilgub Jatim dulu?”

Ya, karena terdiri dari dua pasang yang bertarung, pastilah pemenang langsung bisa ditentukan. Artinya pasti ada kan yang menang 50% plus satu. Artinya lagi, harus ada yang legawa mengakui kekalahannya.”

Ya nggak segampang itu, Kang? Orang nyalon lurah tapi gak jadi saya habis banyak, je. Lha apalagi ini nyalon presiden, pastilah biaya untuk itu buanyak sekali. Apalagi Pak Prabowo sudah dua kali ini maju, ya sepertinya ngebet sekali ingin menang.”

Jangan begitu, nDo” cegah Kang Karib. “Apa kamu pikir pak Jokowi itu juga gak ngebet?. Iya kan? Siapa pun yang maju, boleh saja punya ambisi, tetapi janganlah terlalu ambisius.”

Makanya, agar menang, ada yang sampai memakai kampanye hitam ya, Kang.?”

Iya, tetapi tentu kita tidak tahu siapa sebenarnya oknum yang menghembuskan black campaign itu. Iya, to?! Masing-masing tim sukses tidak ada yang mengaku melakukannya, dan masing-masing menyadari tidak ada gunanya berkampanye secara hitam begitu. Itu malah bisa merugikan.”

Apa yang melakukan itu hanya simpatisannya, Kang?”

Bisa jadi begitu,” sahut Kang Karib. “Bisa jadi juga tidak begitu.”

Tidak begitu piye to, Kang?”

Ya, bukan tidak mungkin kan isu yang beredar di kalangan bawah hadir by design. Ada 'orang pintar' yang sengaja membakar akar rumput.”

Tapi bukankah masyarakat kita sudah makin cerdas dalam berdemokrasi, Kang? Buktinya, dalam Pileg kemarin. Malah para caleg yang kelihatan kurang cerdas, pakai ngasih-ngasih duit, eh, cuma diambil duitnya, pas coblosan, orang tetap milih sesuai kata hati sendiri.”

Itu yang 'cerdas'. Tetapi ingat, nDo. Yang belum begitu cerdas kan juga ada. Sekalipun tak terlalu banyak, yang fanatik mutlak kan juga ada,” terang Kang Karib. “Nah, kelompok ini yang bahaya.”

Sebahaya apa sih, Kang?”

Ibarat kata, orang-orang di atas itu sedang menggosok kayu untuk membikin api seperti jaman purba dulu. Yang di atas kan cuma memutar-mutar telapak tangan, yang kebakar kan yang di bawah, yang akar rumput...”

Dan si pembakar itu masuk dalam jajaran tim sukses di masing-masing pasangan calon, begitu?”

Kalau tidak ketahuan ya begitu, tetapi kalau ketahuan pastilah ia dijadikan kambing hitam yang dituduh bermain solo, tanpa ada komando.”

Kalau begitu, sepanas apapun suhu politik negara kita hari-hari ini, kepala kita harus tetap dingin ya, Kang?”


Betul,” Kang karib mengiyakan. “menelan mentah-mentah semua kampanye hitam hanya akan membuat otak kita ikutan hitam, nDo...” *****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar