"BUNGA (bukan nama sebenarnya) janda lagi", begitu --antara lain-- bunyi SMS dari nomor tak saya kenal yang mampir ke HP jadul saya di sebuah sore.
Tapi dari karakter pesan dan bahasanya saya kenal. Setidaknya 99,9% saya tebak dia oknumnya.
Tapi itu menjadi tak penting. Setakpenting isi pesannya. Bukan saya tak peduli teman, bukan. Tapi ketika masuk ke zona pribadi, saya menjadi penakut. Takut salah sangka, takut keliru menilai. Dan ketakutan saya itu harus saya pupuk agar tak ambruk. Agar saya tak salah masuk ke hal-hal yang seharusnya tak saya masuki. Tak peduli sudah janda atau belum (semoga jangan, sejangan saya menjadi duda. Hm?) Sebagai teman kita memang berhak berbagi, tapi tetap sebagian saja. Dan bagian terbesar seyogianya tetaplah milik pribadi. Bukankah begitu?
“Siapa janda lagi?,” tanya teman lain tengah malam tadi.
Siapa?
Atau, siap-A atau siap-B? Tidak ada. Karena bukankah memang telah saya bilang; itu tidak penting. Ia bisa jadi sekadar kabar burung, sekadar kabar kabur. Lalu? Ya lalukan saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar