Senin, 02 Agustus 2021

Kampung Bendera Surabaya

KALAU di Rungkut ada Kampung Kue dan di Tenggilis ada Kampung Tempe, maka di Darmorejo, di ujung jalan Darmokali arah Wonokromo, ada Kampung Bendera. Dan kemarin sore, saya sengaja mampir kesitu.

Bu Cici sedang menjahit pesanan hiasan
tujuhbelasan di lapaknya.

Melihat geliat aktifitas yang marak. Maklum, telah masuk bulan Agustus. Aneka pernak-pernik tujuhbelasan ada dijual disini. Mulai umbul-umbul, bendera aneka ukuran, tiang bendera, lampu kelap-kelip dan sebagainya.

Tidak hanya tersedia barang jadi, namun ada beberapa perajin pernak-pernik yang sekalian mengusung peralatan jahitnya di lapaknya. "Iya, kami juga menerima pesanan. Ini saya juga lagi menjahit barang pesanan", Bu Cici, salah satu perajin pernak-pernik yang menggelar dagangannya di kios sederhana di tepi jalan Darmokali, menjelaskan saat saya tanya.

Iya memang, demi estetika dan agar telihat makin cantik, ketika menghias meja resepsionis sebuah hotel, misalnya. Tentu akan lebih manis kalau pernak-pernik tujuhbelasannya dipesankan. Bukan beli jadi. Agar ukurannya bisa pas. Bisa proporsional dengan ruang atau bidang yang akan dihias.

Agustusan tahun ini adalah Agustus kedua di tengah masa pandemi. Dengan ekonomi yang makin sulit, pembatasan kegiatan, serta aneka dampak pageblug Covid lainnya, ternyata animo masyarakat untuk belanja pernak-pernik tujuhbelasan tidak pudar.


"Mulai kemarin alhamdulillah sudah ramai", sambil menjahit, Bu Cici menerangkan. "Agustus tahun lalu penjualan juga bagus".

Si Covid memang ada. Dampaknya pun demikian. Namun, melihat geliat KampungBendera, dengan segala dinamikanya, saya menemukan secercah cahaya. Bahwa, ketika orang-orang masih berbelanja bendera dan atau pernak-pernik merah-putih lainnya, tentu itu yang akan dikibarkannya. Sang dwi warna. Merah-putih.

Bukan malah hanya mengibarkan kaih putih. Menyerah. 

Tujuh puluh enam tahun sudah Indonesia merdeka. Semoga, tak lama lagi kita juga segera terbebas dari cengkeraman si Corona. 

Merdeka !!!*****