Jumat, 04 Juni 2021

Memindah Brankas

SUATU kali saya mendapat tugas memonitor kedatangan brankas di kantor. Kantor kami membeli brankas setinggi saya, seukuran lemari dua pintu. Tentu berat. Namanya juga brankas. Kalau ringan, kaleng krupuk namanya.😊

Melihat mobil pengangkut datang dan hanya disertai tiga orang tenaga (satu merangkap sebagai sopir) tentu saya agak heran. Brankas seukuran itu dan seberat itu hanya ditangani tiga orang?! Diturunkan di basement lalu dinaikkan ke lantai 2, melewati lorong koridor, masuk lift barang menuju lantai 2. Bagaimana bisa? Tiga orang. Tanpa trolley pula.

Tapi melihat mereka bertiga secara cekatan menurunkan brankas dari mobil dengan terlihat gampang, pastilah mereka para expert di bidangnya. Bidang perbrankasan.

Brankas sudah turun dari mobil, lalu tanpa trolley bagaimana mereka akan mendorong si brankas itu sampai ke lantai yang dituju?

Salah seorang diantara mereka, yang merangkap sebagai sopir tadi, mengambil bungkusan plastik dari mobilnya. Isinya? Kelapa. Iya, kelapa. Yang sudah dikupas batoknya, yang orang kampung saya menamainya cikalan. Kelapa yang siap paru itu.

Tanpa banyak kata, dua orang mengungkit pakai linggis bagian bawah engsel brankas. Lalu yang seorang menaruh cikalan kelapa itu di bagian bawah brankas. Di empat sisinya. Dengan daging kelapa, yang berwarna putih itu, menghadap ke bawah, ke lantai.

Lalu?

Lalu didoronglah si brankas. Aneh. Ia tampak seperti punya roda. Licin menggelinding. Daging kelapa itu membuatnya begitu. Licin. Sehingga tanpa menggores lantai marmer, keramik, atau parquet yang dilewati. Edan. Boleh juga akal mereka.

Maka, beberapa bulan setelah itu, ketika saya mendapat tugas untuk menggeser brankas kantor, yang ukurannya setengah dari yang itu, dan setelah tanya sana-sini ternyata biaya memindah brankas oleh vendor terbilang mahal, saya tiru cara mereka. Pakai kelapa. Semoga cara itu belum dipatenkan. Sehingga saya tak perlu membayar royaltinya.😊 

 


Berhasil. Lumayan. Kantor tak perlu mengeluarkan ongkos setara harga HP yang sedang saya pakai menulis blog ini (dan cukup membeli tiga butir kelapa senilai kurang dari lima puluh ribu rupiah), si brankas terpindah tempat sudah.

Benarlah adanya kalau Pramuka memakai lambang tunas kelapa sebagai lambangnya. Karena kelapa memang serbaguna. Salah satunya bisa untuk memindah brankas. ****